ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN VERTIGO
Oleh Tim:
Departemen Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya
2022
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus persepsi
sensori pada klien dewasa dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
Cochlea
Organ of Corti
Organ terakhir dari proses mendengar
• Berisikan sterosilia dan reseptor sel-sel rambut dalam
• 3 baris outer cells hair (OHC), 1 baris inner cells hair (IHC)
• Membran Tektorial dan Basilar
• Cairan Koklear
Sel-Sel Rambut Dalam
Frekuensi yang spesifik
• Intensitas tinggi = di dasar koklea.
• Intensitas rendah = di apeks (puncak) koklea.
• Gerakan cairan menyebabkan defleksi dari ujung–ujung saraf.
• Impuls saraf (energi listrik) akan di teruskan dan dikirimkan menuju pusat otak.
• Bentuk telinga dalam >> Labirin;
• Bagian Labirin:
- Bagian tulang, terdiri dari: kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea
(bentuk dua setengah lingkaran dan vestibuler yang dibentuk oleh utriculus).
- Bagian membran, terdiri dari: kanalis semisirkularis, utriculus, sakulus, sakus
dan ductus endolimfatikus serta koklea. Terdapat cairan endolimfe yang
diproduksi oleh stria vaskularis dan direabsorbsi pada sakkus endolimfatikus.
Antara labirin terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe yang berasal
dari cairan seresbrospinal dan filtrasi dari darah
Sistem Vestibuler
• Terdiri dari 3 kanalis semisirkularis.
• Posisi >> Pemantau (mengontrol) gerakan yang diperintahkan
• Mengatur keseimbangan
• Berbagi cairan dengan koklea
• Sistem Koklea & Vestibuler berhubungan pada telinga dalam.
Fisiologi Pendengaran
Suara masuk melalui:
1. Hantaran Udara → cochlea
2. Hantaran Tulang → cochlea
Suara melalui hantaran udara lebih baik daripada hantaran tulang
Perdarahan serebral
Vestibular Labirin Sistem keseimbangan tubuh terganggu
Sumbatan arteri
Migrain
Ototoksik
Gangguan sensoripersepsi
Infeksi
Keganasan
ETIOLOGI Metabolik
Toksik
Vaskuler
Autoimun
KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo bukanlah suatu penyakit tersendiri melainkan gejala dari penyakit yang letak lesi dan
penyebabnya berbeda – beda. Oleh karena itu pada setiap penderita vertigo harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi,
dan penyebabnya.
1) Labirin
1)Infark batang otak (a)Benign Paroxysmal
2)Tumor otak Positional Vertigo (BPPV)
3)Radang Otak (b)Meniere
(c)Ototoksik
4)Insufisiensi a.v. basiler (d)Labirinitis
5)Epilepsi
2) Saraf vestibuler
(a)Neuritis
(b)Neuroma Akustikus
Berdasarkan Bentuk Vertigo
• Vertigo Kronis
Serangan vertigo menetap lama, lebih dari 3 bulan, dengan intensitas yang
konstan
• Vertigo Akut
Serangan vertigo yang mucul dengan tiba-tiba, perlahan berangsur intensitas nya
berkurang, namun klien tidak merasakan periode bebas sempurna pada saat
serangan.
• Vertigo Paroksisimal
Serangan vertigo mendadak, terjadi dalam hitungan menit atau hari, lalu
menghilang sempurna. Namun, serangaan akan muncul kembali. Klien tidak
merasakan gejala diantara serangan yang berulang.
Klasifikasi BPPV
• Posterior canal BPPV
• Lateral canal BPPV
• Dix-Hallpike maneuver is the diagnostic test for posterior canal BPPV (Level 1)
• Supine roll test is the diagnostic test for lateral canal BPPV (Level 2)
• Epley maneuver is the first-line treatment for posterior canal BPPV (Level 1)
• Posterior semicircular canal occlusion is an effective treatment for recalcitrant posterior
canal BPPV. (Level 4)
• Lateral canal BPPV can be treated with a variety of repositioning maneuvers (Level 2)
Berdasarkan Penyebab
• Pada tumor N VIII, serangan periodic dengan sifat mula-mula lemah
namun makin lama makin kuat
• Pada sclerosis multiple, vertigo periodic tetapi intensitas serangan
sama pada setiap serangan
• Pada neuritis vestibuler, serangan vertigo tidak periodic dan makin
lama makin menghilang, penyebab diduga virus. Umumnya
Haemophylus influenza, akan sembuh total bila tidak ada komplikasi.
Gejala Klinis
Terapi Farmakologis
BPPV : Terapi Non Farmakologis
• BPPV disebabkan oleh debris kalsium di the semicircular canals (canalithiasis), biasanya di kanal
posterior. Terapi farmakologis tidak direkomendasikan pada kondisi ini..
• Vertigo akan membaik setelah kepala dirotasikan sehingga akan mengembalikan deposit kalsium
kembali ke vestibulus. Tindakan yang dilakukan adalah Epley Manuver atau Modified Epley
Manuver jika pasien di rumah.
• Pasien disarankan untuk tetap pada posisi tegak selama 24 jam setelah reposisi canalith untuk
mencegah deposit kalsium kembali ke semicircular canals.
• Kontraindikasi canalith repositioning antara lain severe carotid stenosis, unstable heart disease,
and severe neck disease, such as cervical spondylosis with myelopathy or advanced rheumatoid
arthritis
BPPV : Terapi Non Farmakologis
• BPPV pada kanal lateral dimanajemen dengan Lempert Roll, Forced prolonged positioning, dan
Gufoni maneuver.
Lempert Roll
Gufoni maneuver
BPPV : Terapi Non Farmakologis
The following points list the level of evidence as based on Oxford Centre for Evidence-
Based Medicine
• BPPV is the most common diagnosis of vertigo (Level 4)
• Dix-Hallpike maneuver is the diagnostic test for posterior canal BPPV (Level 1)
• Supine roll test is the diagnostic test for lateral canal BPPV (Level 2)
• Epley maneuver is the first-line treatment for posterior canal BPPV (Level 1)
• Posterior semicircular canal occlusion is an effective treatment for recalcitrant posterior
canal BPPV. (Level 4)
• Lateral canal BPPV can be treated with a variety of repositioning maneuvers (Level 2)
Epley Manuver
• Modified Epley Manuver dapat
dilihat di Handout
Epley Manuver
PROSES KEPERAWATAN
• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
• Intervensi
• Implementasi
• Evaluasi
Pengkajian
1. Anamnesa
• Data umum:
Nama, usia, alamat, pendidikan, pekerjaan,
pembiayaan/penganggung biaya, nama ortu/saudara yang
bertanggung jawab.
• Riwayat Kesehatan:
Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat alergi, riwayat kelahiran, penyakit penyerta
lain.
Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik
Data Subjektif: Keluhan yang disampaikan pasien
>> Ditanyakan bentuk vertigonya (apakah melayang, goyang, berputar tujuh
keliling, rasa seperti naik perahu, dan sebagainya), keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo (perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan dan ketegangan), profil waktu (apakah timbulnya akut atau perlahan-
lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik, progresif, atau membaik).
>> Keluhan Vertigo
Subyektif:
Terjadi bila seseorang mengalami bahwa dirinya merasa bergerak
Obyektif:
Perasaan objektif bila orang tersebut merasa bahwa di sekitar orang
tersebut bergerak
Lanjutan Data Subyektif
• Fungsi Vestibuler :
a. Uji Dix Hallpike, Penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat dari posisi duduk di atas tempat tidur sehingga kepalanya
menggantung 45° di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Lakukan uji ini ke kanan
dan kiri. Perhatikan apakah terdapat nistagmus pada penderita. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus.
Uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,
hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang beberapa kali (fatigue) menunjukan
bahwa yang terjadi pada penderita ialah vertigo perifer. Sedangkan jika tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) menunjukan bahwa yang terjadi
pada penderita ialah vertigo sentral.
b. Tes Kalori, Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua
telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal
90-150 detik). Tes ini dapat menententukan adanya kanal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Kanal
paresis adalah abnormalitas yang ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Kanal
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram, Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada
nistagmus sehingga nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
Pemeriksaan Penunjang
Ekternal Internal
Ketidakamanan transportasi 1. Ketidaknormalan profil darah
2. Perubahan orientasi afektif
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi biokimia
5. Hipoksia jaringan
6. Malnutrisi
7. Perubahan fungsi psikomotor
8. Perubahan fungsi kognitif
2. Resiko cedera:
Intervensi utama: Manajemen keselamatan lingkungan; Pencegahan Cedera
Intervensi pendukung: Identifikasi resiko, Pencegahan jatuh, Edukasi pengurangan resiko
3. Nausea:
Intervensi utama: manajemen mual
Intervensi pendukung: Pemberian obat antimual (kolaborasi), Terapi akupresur, Terapi relaksasi
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik
c. Mengidentifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai kebijakan institusi
d. Menghitung skala resiko menggunakan Fall Morse Scale, Humpty Dumpty jika diperlukan
d. Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik, tinggi karbohidrat dan rendah lemak
• Jahn K, Lopez C, Zwergal A, Zur O, Cakrt O, Kellerer S, Kerkeni H, Tjernström F, Meldrum D., Vestibular Rehabilitation Research
Group in the European DIZZYNET. Vestibular rehabilitation therapy in Europe: chances and challenges. J Neurol. 2019
Sep;266(Suppl 1):9-10. [PubMed]
• Joesoef AA. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober
2016 I 91
• LeMone, Priscilla, Burke, M., Karen, & Bauldoff , Gerene. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Visual &
Auditori. 5th Ed. Jakarta: EGC
• Lumbantobing SM. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I
Oktober 2016 I 91
• Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
• Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
• Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Any question?
TERIMAKASIH