Anda di halaman 1dari 61

PEMBELAJARAN KELAS MATRIKULASI

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN VERTIGO

Oleh Tim:

Ns.Dewi Purnama Sari, S.Kep.,M.Kep.


Kompartemen Keperawatan Medikal Bedah

Departemen Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya
2022
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH

Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus persepsi
sensori pada klien dewasa dengan memperhatikan aspek legal dan etis.

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Peserta didik mampu mensimulasikan asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran


dan keseimbangan vertigo ada tiga level pencegahan: primer, sekunder, dan tersier.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Struktur Telinga Dalam
Cochlea

Saluran nya berbentuk siput di antara tulang


mastoid 2 ½ lingkaran, 3 kanal yg berisikan
cairan.

Skala Media berisikan Organ Korti


mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi elektrik.
Struktur Telinga Dalam

Cochlea
Organ of Corti
Organ terakhir dari proses mendengar
• Berisikan sterosilia dan reseptor sel-sel rambut dalam
• 3 baris outer cells hair (OHC), 1 baris inner cells hair (IHC)
• Membran Tektorial dan Basilar
• Cairan Koklear
Sel-Sel Rambut Dalam
Frekuensi yang spesifik
• Intensitas tinggi = di dasar koklea.
• Intensitas rendah = di apeks (puncak) koklea.
• Gerakan cairan menyebabkan defleksi dari ujung–ujung saraf.
• Impuls saraf (energi listrik) akan di teruskan dan dikirimkan menuju pusat otak.
• Bentuk telinga dalam >> Labirin;

• Labirin mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada


pars petrosus os temporal.

• Bagian Labirin:
- Bagian tulang, terdiri dari: kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea
(bentuk dua setengah lingkaran dan vestibuler yang dibentuk oleh utriculus).
- Bagian membran, terdiri dari: kanalis semisirkularis, utriculus, sakulus, sakus
dan ductus endolimfatikus serta koklea. Terdapat cairan endolimfe yang
diproduksi oleh stria vaskularis dan direabsorbsi pada sakkus endolimfatikus.
Antara labirin terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe yang berasal
dari cairan seresbrospinal dan filtrasi dari darah
Sistem Vestibuler
• Terdiri dari 3 kanalis semisirkularis.
• Posisi >> Pemantau (mengontrol) gerakan yang diperintahkan
• Mengatur keseimbangan
• Berbagi cairan dengan koklea
• Sistem Koklea & Vestibuler berhubungan pada telinga dalam.
Fisiologi Pendengaran
Suara masuk melalui:
1. Hantaran Udara → cochlea
2. Hantaran Tulang → cochlea
Suara melalui hantaran udara lebih baik daripada hantaran tulang

Gelombang suara  telinga luar & membran timpani  membran


timpani bergetar  osikel bergetar  koklea  gerakan cairan di
dalam koklea  gerakan sel rambut di organ korti  sinyal impuls
listrik di saraf pendengaran  otak  mendengar
VERTIGO
EPIDEMIOLOGI

• Vertigo umumnya ditemukan pada klinik/ unit rawat jalan, keluhan


mencapai 20-30%. Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79
tahun dalam seumur hidupnya mencapai 7.4% dengan angka insidensi 1
tahun 1.4%. Angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
(Neuhauser HK, 2016)
• Penyebab vertigo didominasi oleh penyebab perifer (hingga mencapai
80%) dengan angka kejadian paling banyak dari kelompok ini adalah
Benign Paroxysmal Postural Vertigo (BPPV). 20% sisanya adalah penyebab
dari sentral. (Jahn K, etc in Baumgartner B, etc., 2020)
DEFINISI VERTIGO
Vertigo >> bahasa Latin, vertere, arti memutar.
Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak atau halusinasi
gerakan. Bentuk keluhan berupa rasa berputar – putar atau rasa bergerak
dari lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun kadang ditemukan juga
keluhan berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertikal
linier). (Lumbantobing SM. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016)
Vertigo >> kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan
keseimbangan pada sistem vestibular atau gangguan sistem saraf pusat.
Selain itu, vertigo terjadi akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh
yang terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum (kanalis
semisirkularis) dan proprioseptif (tendon, sendi dan sensibilitas dalam)
(Joesoef AA. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016 )
PATOFISIOLOGI
Vertigo Sentral
Perifer
 

Perdarahan serebral
Vestibular Labirin Sistem keseimbangan tubuh terganggu
Sumbatan arteri

Migrain

Neuroma Akustikus Sensasi seperti bergerak/ berputar


BPPH
Neuritis Motion sickness
Penyakit Menier

Infeksi (Labirinitis) Proses pengolahan informasi terganggu terganggu

Ototoksik

Gangguan sensoripersepsi

Peningkatan TIK Gangguan esofagus Perubahan orientasi afektif

Mual Resiko cedera Gangguan mobilitas fisik


Trauma

Infeksi

Keganasan

ETIOLOGI Metabolik

Toksik

Vaskuler

Autoimun
KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo bukanlah suatu penyakit tersendiri melainkan gejala dari penyakit yang letak lesi dan
penyebabnya berbeda – beda. Oleh karena itu pada setiap penderita vertigo harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi,
dan penyebabnya.

Berdasarkan sistem keseimbangan tubuh dibagi :

1. Sistem vestibuler (Pusat dan perifer)


2. Sistem non vestibuler (visual (retina, otot bola mata), dan somatokinetik (kulit,
sendi, otot)
Berdasarkan Letak Lesi
a. Sentral b. Perifer

1) Labirin
1)Infark batang otak (a)Benign Paroxysmal
2)Tumor otak Positional Vertigo (BPPV)
3)Radang Otak (b)Meniere
(c)Ototoksik
4)Insufisiensi a.v. basiler (d)Labirinitis
5)Epilepsi
2) Saraf vestibuler
(a)Neuritis
(b)Neuroma Akustikus
Berdasarkan Bentuk Vertigo
• Vertigo Kronis
Serangan vertigo menetap lama, lebih dari 3 bulan, dengan intensitas yang
konstan
• Vertigo Akut
Serangan vertigo yang mucul dengan tiba-tiba, perlahan berangsur intensitas nya
berkurang, namun klien tidak merasakan periode bebas sempurna pada saat
serangan.
• Vertigo Paroksisimal
Serangan vertigo mendadak, terjadi dalam hitungan menit atau hari, lalu
menghilang sempurna. Namun, serangaan akan muncul kembali. Klien tidak
merasakan gejala diantara serangan yang berulang.
Klasifikasi BPPV
• Posterior canal BPPV
• Lateral canal BPPV
• Dix-Hallpike maneuver is the diagnostic test for posterior canal BPPV (Level 1)
• Supine roll test is the diagnostic test for lateral canal BPPV (Level 2)
• Epley maneuver is the first-line treatment for posterior canal BPPV (Level 1)
• Posterior semicircular canal occlusion is an effective treatment for recalcitrant posterior
canal BPPV. (Level 4)
• Lateral canal BPPV can be treated with a variety of repositioning maneuvers (Level 2)
Berdasarkan Penyebab
• Pada tumor N VIII, serangan periodic dengan sifat mula-mula lemah
namun makin lama makin kuat
• Pada sclerosis multiple, vertigo periodic tetapi intensitas serangan
sama pada setiap serangan
• Pada neuritis vestibuler, serangan vertigo tidak periodic dan makin
lama makin menghilang, penyebab diduga virus. Umumnya
Haemophylus influenza, akan sembuh total bila tidak ada komplikasi.
Gejala Klinis
Terapi Farmakologis
BPPV : Terapi Non Farmakologis
• BPPV disebabkan oleh debris kalsium di the semicircular canals (canalithiasis), biasanya di kanal
posterior. Terapi farmakologis tidak direkomendasikan pada kondisi ini..
• Vertigo akan membaik setelah kepala dirotasikan sehingga akan mengembalikan deposit kalsium
kembali ke vestibulus. Tindakan yang dilakukan adalah Epley Manuver atau Modified Epley
Manuver jika pasien di rumah.
• Pasien disarankan untuk tetap pada posisi tegak selama 24 jam setelah reposisi canalith untuk
mencegah deposit kalsium kembali ke semicircular canals.
• Kontraindikasi canalith repositioning antara lain severe carotid stenosis, unstable heart disease,
and severe neck disease, such as cervical spondylosis with myelopathy or advanced rheumatoid
arthritis
BPPV : Terapi Non Farmakologis
• BPPV pada kanal lateral dimanajemen dengan Lempert Roll, Forced prolonged positioning, dan
Gufoni maneuver.

Lempert Roll
Gufoni maneuver
BPPV : Terapi Non Farmakologis
The following points list the level of evidence as based on Oxford Centre for Evidence-
Based Medicine
• BPPV is the most common diagnosis of vertigo (Level 4)
• Dix-Hallpike maneuver is the diagnostic test for posterior canal BPPV (Level 1)
• Supine roll test is the diagnostic test for lateral canal BPPV (Level 2)
• Epley maneuver is the first-line treatment for posterior canal BPPV (Level 1)
• Posterior semicircular canal occlusion is an effective treatment for recalcitrant posterior
canal BPPV. (Level 4)
• Lateral canal BPPV can be treated with a variety of repositioning maneuvers (Level 2)
Epley Manuver
• Modified Epley Manuver dapat
dilihat di Handout
Epley Manuver
PROSES KEPERAWATAN

• Pengkajian

• Diagnosa keperawatan

• Intervensi

• Implementasi

• Evaluasi
Pengkajian
1. Anamnesa
• Data umum:
Nama, usia, alamat, pendidikan, pekerjaan,
pembiayaan/penganggung biaya, nama ortu/saudara yang
bertanggung jawab.
• Riwayat Kesehatan:
Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat alergi, riwayat kelahiran, penyakit penyerta
lain.
Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik
Data Subjektif: Keluhan yang disampaikan pasien
>> Ditanyakan bentuk vertigonya (apakah melayang, goyang, berputar tujuh
keliling, rasa seperti naik perahu, dan sebagainya), keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo (perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan dan ketegangan), profil waktu (apakah timbulnya akut atau perlahan-
lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik, progresif, atau membaik).
>> Keluhan Vertigo
Subyektif:
Terjadi bila seseorang mengalami bahwa dirinya merasa bergerak
Obyektif:
Perasaan objektif bila orang tersebut merasa bahwa di sekitar orang
tersebut bergerak
Lanjutan Data Subyektif

• Apakah ada gangguan pendengaran menyertai/ ditemukan lesi alat


vestibuler atau n. Vestibularis/ penggunaan obat-obatan seperti
streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dll yang diketahui
ototoksik atau vestibulotoksik/ adanya penyakit sistemik (anemia,
penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru &
kemungkinan trauma akustik).
• Pertanyaan tentang faktor psikologik atau psikiatrik yang dapat
mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik : aritmia jantung, hipertensi, hipotensi, gagal
jantung kongestif, anemia, dan hipoglikemia
Data Obyektif

1. Pemeriksaan TTV diukur dalam posisi berbaring, duduk, dan


berdiri,
2. Pemeriksaan bising karotis, irama (denyut jantung), dan pulsasi
nadi perifer.
3. Pemeriksaan neurologis yang dapa dilakukan antara lain:
Pemeriksaan neurologis
(a) Uji Romberg,
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan
mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian
tertutup. Biarkan posisi selama 20-30 detik. Tidak
ada bantuan titik cahaya atau suara tertentu. Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan klien bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebral badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
(b) Tandem Gait,
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler, perjalanannya akan menyimpang dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
(c) Uji Unterberger,

Penderita berdiri dengan kedua lengan lurus


horizontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita
akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar cakram yaitu
kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi
lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
(d) Uji Tunjuk Barany (past-ponting test),

Penderita diinstruksikan mengangkat


lengannya ke atas dengan jari telunjuk
ekstensi dan lengan lurus ke depan,
kemudian diturunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini
dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil,
Penderita berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang
selama setengan menit dengan mata
tertutup berulang kali. Jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien
akan berjalan dengan arah berbentuk
bintang.
• Pemeriksaan khusus oto-Neurologi dilakukan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

• Fungsi Vestibuler :
a. Uji Dix Hallpike, Penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat dari posisi duduk di atas tempat tidur sehingga kepalanya
menggantung 45° di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Lakukan uji ini ke kanan
dan kiri. Perhatikan apakah terdapat nistagmus pada penderita. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus.
Uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,
hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang beberapa kali (fatigue) menunjukan
bahwa yang terjadi pada penderita ialah vertigo perifer. Sedangkan jika tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) menunjukan bahwa yang terjadi
pada penderita ialah vertigo sentral.
b. Tes Kalori, Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua
telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap
irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal
90-150 detik). Tes ini dapat menententukan adanya kanal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Kanal
paresis adalah abnormalitas yang ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Kanal
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram, Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada
nistagmus sehingga nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
Pemeriksaan Penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium rutin


DL, UL, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
(2) Foto Rontgen
Waters, leher (Os Cervicalis), Head, Stenvers (pada neurinoma akustik)
(3) Neurofisiologi
Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
(4) Pencitraan CT-scan, arteriografi, (MRI).
Diagnosa Keperawatan
Merujuk pada SDKI (2016)
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan
sensoripersepsi
2. Resiko cedera b.d perubahan orientasi afektif
3. Nausea b.d gangguan pada esofagus
Penatalaksanaan
• Farmakologis
Suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan Benzodiazepine
(diazepam, clonazepam) dan Antihistamine (meclizine, dipenhidramin).
Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat
mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer.
Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga
dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness.
. Non farmakologis
Edukasi penggunaan terapi relaksasi
Pemberian terapi akupresur
Studi Kasus
Ny A ( 35 thn), pekerjaan ibu rumah tangga, mengatakan pusing berputar, timbul dengan perubahan kepala,
mendadak dan mual. MRS dikarenakan pusing semakin memberat dan mengganggu aktifitas. TD= 140/90mmHg,
N= 82x/m, RR= 20x.m, S= 36,4°C, Status Psikiologi dalam batas normal. Kesadaran Compos mentis. GSC E4V5M6.
Cara berjalan Tidak stabil “sempoyongan”, Kepala tidak ada kelainan, Leher, tidak ada kelainan, Gejala rangsang
meningeal tidak ada, Nervi cranialis: N VIII Nistagmus +/+, Lain-lain tidak ditemukan kelainan.
Motorik Kekuatan
4444 4444
4444 4444
Tonus Normotonus, Trofi Eutrofi, Refleks fisologis +/+, Refleks patologis -/_, Sensibiitas eksteroseptif dan
propiosepstif. Tes Romberg: (+) badan bergoyang mejauhi garis tengah saat mata tertutup; Tanda tandem gait :
(+) menyimpang. Tes Fukuda (-), Tes Disdiadokinesis (-), Rebound phenomenon (-), Dismetri (-), Tes telunjuk
hidung Baik, Tes telunjuk Baik, tes Tumit lutut Baik, Fungsi otonom tidak ada kelainan, fungsi luhur tidak ada
kelainan, hasil lab tidak ditemukan kelainan.
Analisa Kasus
Diagnosa etiologis : vertigo vestibuler tipe perifer
Lab mengetahui ada peningkatan viskositas darah, infeksi dan factor resiko selain
hipertensi
BAEP; pemeriksaan sensorik auditorik
CT scan kepala: melihat lesi patologis pada otak
Terapi farmakologis:
-Betahistin 3x6 mg
(mekanisme kerja: inhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis lateraris. Dapat
digunakan pada tipe perifer maupun sentral)
-Metoklopramid 2x10 mg (untuk mual dan muntah)
- Captopril 2x12,5 mg (antihipertensi)
Analisa Data Keperawatan
 Data Subjektif:
• Klien mengatakan pusing berputar, timbul dengan
perubahan kepala, mendadak
• Klien merasa mual
• Klien MRS dikarenakan pusing semakin memberat dan
mengganggu saat aktifitas.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan sensoripersepsi
Definisi: keterbatasan dalam Gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

Gejala dan Tanda Mayor

Data Subyektif Data Obyektif


Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas 1. Kekuatan otot berkurang
2. Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan Tanda Minor


Data Subyektif Data Obyektif
1. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
2. Enggan melakukan pergerakan 2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Merasa cemas saat bergerak 3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Diagnosa Keperawatan
2. Resiko cedera b.d perubahan orientasi afektif
Definisi: Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi
sepenuhnya sehat atau dalam keadaan baik
Faktor resiko

Ekternal Internal
Ketidakamanan transportasi 1. Ketidaknormalan profil darah
2. Perubahan orientasi afektif
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi biokimia
5. Hipoksia jaringan
6. Malnutrisi
7. Perubahan fungsi psikomotor
8. Perubahan fungsi kognitif

Kondisi klinis terkait


Vertigo
Diagnosa Keperawatan
3. Nausea b.d gangguan pada esofagus
Definisi: perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah

Gejala dan Tanda Mayor


Data Subyektif Data Obyektif
1. Mengeluh mual Tidak tersedia
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak berminat makan

Gejala dan Tanda Minor


Data Subyektif Data Obyektif
1. Merasa asam di mulut 1. Saliva meningkat
2. Sensasi panas/ dingin 2. Pucat
3. Sering menelan 3. Diaforesis
4. Takikardia
5. Pupil dilatasi
Intervensi Keperawatan (SLKI, 2016)
Sesuai dengan Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Manajemen mobilitas fisik:


Intervensi utama: Dukungan mobilisasi
Intervensi pendukung: Manajemen sensasi perifer
Kolaborasi: pemberian antihistamin , kortikosteroid jika perlu

2. Resiko cedera:
Intervensi utama: Manajemen keselamatan lingkungan; Pencegahan Cedera
Intervensi pendukung: Identifikasi resiko, Pencegahan jatuh, Edukasi pengurangan resiko

3. Nausea:
Intervensi utama: manajemen mual
Intervensi pendukung: Pemberian obat antimual (kolaborasi), Terapi akupresur, Terapi relaksasi
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik

a. Mengidentifikasi keluhan fisik pada klien

b. Mengidentifikasi penyebab perubahan sensasi

c. Memfasilitasi klien melakukan pergerakan

d. Melakukan kolaborasi dengan tim medis pemberian terapi suppresant vestibular

yang digunakan adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan

antihistamine (meclizine, dipenhidramin) sesuai indikasi (pada kasus: betahistin)


Implementasi Keperawatan
Diagnosa Resiko tinggi Cedera

a. Mengidentifiaksi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera

b. Mengidentifikasi factor resiko jatuh (gangguan keseimbangan)

c. Mengidentifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai kebijakan institusi

d. Menghitung skala resiko menggunakan Fall Morse Scale, Humpty Dumpty jika diperlukan

e. Memasang handrail temapt tidur

f. Mendekatkan bel pemanggil perawat dalam jangkauan klien

g. Memberikan alat bantu kursi roda pada klien


Implementasi Keperawatan
Diagnosa Nausea

a. Mengidentifikasi kebutuhan antiemetic pada klien

b. Memonitor mual (frekuensi, durasi dan tingkat keparahan)

c. Memonitor asupan nutrisi dan kalori

d. Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik, tinggi karbohidrat dan rendah lemak

e. Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup

f. Mengajarkan Teknik relaksasi, pemberian terapi akupresur

g. Kolaborasi pemberian antiemetik


Evaluasi

1. Gangguan mobilitas fisik


Kriteria hasil:
pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat,
ROM meningkat, Gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik
menurun
2. Resiko cedera
Kriteria hasil:
tingkat cedera turun, tingkat resiko jatuh menurun
3. Nausea
Kriteria hasil:
tingkat nausea menurun, kontrol mual meningkat, status nutrisi
meningkat
References
• Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

• Jahn K, Lopez C, Zwergal A, Zur O, Cakrt O, Kellerer S, Kerkeni H, Tjernström F, Meldrum D., Vestibular Rehabilitation Research
Group in the European DIZZYNET. Vestibular rehabilitation therapy in Europe: chances and challenges. J Neurol. 2019
Sep;266(Suppl 1):9-10. [PubMed]

• Joesoef AA. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober
2016 I 91

• LeMone, Priscilla, Burke, M., Karen, & Bauldoff , Gerene. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Visual &
Auditori. 5th Ed. Jakarta: EGC

• Lumbantobing SM. dalam Setyawanti,M & Susanti, 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I
Oktober 2016 I 91

• Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

• Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

• Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Any question?
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai