0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan28 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang bimbingan teknis atau supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja petugas laboratorium TB. Supervisi dilakukan secara berjenjang dari laboratorium rujukan nasional hingga laboratorium fasyankes. Kegiatan supervisi meliputi pengamatan, diskusi, bantuan teknis, pemecahan masalah, dan memberikan rekomendasi. Dokumen ini juga menjelaskan persiapan, frekuensi, dan kegiatan super
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Bimbingan Teknis (SUPERVISI) - Kelompok 3 Pemantapan Mutu TB Kelas Alih Kredit.pptx
Dokumen tersebut membahas tentang bimbingan teknis atau supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja petugas laboratorium TB. Supervisi dilakukan secara berjenjang dari laboratorium rujukan nasional hingga laboratorium fasyankes. Kegiatan supervisi meliputi pengamatan, diskusi, bantuan teknis, pemecahan masalah, dan memberikan rekomendasi. Dokumen ini juga menjelaskan persiapan, frekuensi, dan kegiatan super
Dokumen tersebut membahas tentang bimbingan teknis atau supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja petugas laboratorium TB. Supervisi dilakukan secara berjenjang dari laboratorium rujukan nasional hingga laboratorium fasyankes. Kegiatan supervisi meliputi pengamatan, diskusi, bantuan teknis, pemecahan masalah, dan memberikan rekomendasi. Dokumen ini juga menjelaskan persiapan, frekuensi, dan kegiatan super
Bimbingan Teknis atau supervisi adalah kegiatan yang sistematis
untuk meningkatkan kinerja petugas dengan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung dan secara berjenjang dari unit labolatorium rujukan di tingkat Nasional sampai labolatorium fasyankes.
Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah pengamatan,
diskusi, bantuan teknis bila diperlukan, pemecah bersama masalah yang ditemukan dan memberikan rekomendasi dan saran. A. PERENCANAAN SUPERVISI Hal – hal berikut penting diperhatikan dalam perencanaan supervisi : 1. Supervisi harus dilaksanakan secara rutin dan teratur pada semua tingkat minimal satu kali dalam setahun. 2. Pada keadaan tertentu frekuensi supervisi perlu ditingkatkan, yaitu : a. Pelatihan baru selesai dilaksanakan b. Pada tahap awal pelaksanaan program pelayanan DOTS di fasyankes c. Bila pada uji silang ditemukan ada satu kesalahan besar dan atau 3 kesalahan kecil pada suatu siklus uji silang d. Bila hasil uji silang menunjukkan salah satu komponen kualitas sediaan yang jelek >10% B. PETUGAS SUPERVISI Petugas teknis labolatorium melakukan supervisi teknis ke labolatorium fasyankes/ rujukan uji silang 1 dan 2 secara berjenjang. Kriteria petugas supervisi sebagai berikut : 1.Kualifikasi minimal D3 analis kesehatan dengan pengalaman melakukan labolatorium mikroskopis TB minimal 2 tahun dan masih aktif sebagai petugas laboratorium mikroskopis TB, telah mengikuti salah satu pelatihan: a. TOT (Training of Trainer) labolatorium TB b. Program Penanggulangan Tuberkolosis dengan strategi DOTS tingkat wasor, pada atau setelah tahun 2000 c. Pemantapan Mutu Laboratorium TB C. FREKUENSI SUPERVISI 1. Supervisi oleh Laboratorium Rujukan nasional ke laboratorium rujukan uji silang provinsi (RUS 2), dilakukan minimal 1 kali setahun, dilanjutkan kunjungan ke RUS 1 dan fasyankes untuk memastikan pelaksanaan program sesuai pedoman . 2. Supervisi oleh laboratorium rujukan tingkat provinsi (RUS 2) ke laboratorium rujukan uji silang ke kabupaten.kota (RUS 1) dilakukan minimal 1 kali setahun dilanjutkan ke fasyankes untuk memastikan pelaksanaan program sesuai pedoman. 3. Supervisi dari laboratorium RUS 1 ke laboratorium fasyankes dilakukan minimal 1 kali setahun untuk setiap laboratorium dan bila ditemukan permasalahan, supervisi dilakukan lebih intensif. 4. Bimbingan teknis dari laboratorium PRM ke laboratorium PS dapat dilakukan pada saat petugas laboratorium PS merujuk sediaan dahak ke PRM. D. PERSIAPAN SUPERVISI 1. Petugas supervisi harus memenuhi 6. Menyusun rencana jadwal kunjungan dan kriteria yang telah ditentukan. memberitahukan kepada laboratorium yang akan 2. Perencanaan supervisi mengacu dikunjungi sekurang – kurangnya satu minggi sebelumnya. jepada umpan balik untuk menentukan sasaran supervisi. 7. Daftar tilik supervisi digunakan untuk menemukan dan memecahkan masalah dengan menggunakan 3. Jadwal supervisi ditentukan dengan daftar tilik sesuai standar dengan program nasional berkoordinasi dengan wasor Tb. TB. 4. Data labolatorium dengan kinerja tidak 8. Membawa dua sediaan yang belum diwarnai (1 baik untuk menentukan prioritas sediaan negatif dan 1 sediaan positif) dan satu laboratorium yang akan dikunjungi. sediaan positif yang sudah diwarnai (1+ atau scanty) untuk menilai kinerja pewarnaan dan 5. Mengetahui rekomendasi supervisi pembacaan dan/ atau membawa 5 slide yang sudah periode sebelumnya untuk menilai di warnai dengsan gradasi hasil yang berbeda. upaya peningkatan kinerja. E. KEGIATAN SUPERVISI Hal – hal yang harus diperhatikan selama supervisi di setiap tingkatan berdasar observasi dan wawancara : 1. Setiap supervisor harus bersikap sopan, b. sarana laboratorium dan kondisinya, termasuk ruang membina, memberikan usulan perbaikan, jangan pengambilan dahak, ruang pemeriksaan, peralatan, mencari – cari kesalahan. penanganan limbah, pasokan air dan listrik. 2. Mengevaluasi tindakan perbaikan sesuia c. prasarana laboratorium terdiri atas : reagensia, bahan rekomendasi pada kunjungan terdahulu. habis pakai lain, pedoman, dan prosedur tetap. 3. Observasi difokuskan kepada kegiatan yang 5.Kinerja petugas : beban kerja, implementasi standar berdampak terhadap mutu hasil pemeriksaan prosedur operasional (teknis, pencatatan dan pelaporan). laboratorium. 6.Mengidentifikasimasalah teknis dan administratif. 4. Pengamatan sumber daya laboratorium : 7.Petugas laboratorium dan supervisor sama – sama a. tenanga: jumlah, pendidikan dasar, pelatihan, menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) berdasarkan hasil alih tugas tenaga dll. temuan yang ada. F. KEGIATAN PASCA SUPERVISI
1. Petugas bimbingan teknis melakukan analisis hasil supervisi.
2. Memberikan umpan balik dan rekomendasi pada petugas laboratorium. 3. Melaporkan hasil temuan dan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kepala RUS1, RUS 2 dan fasyakes terkait. DAFTAR PUSTAKA Pedoman jejaring dan pemantapan mutu pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis, Kementerian Kesehatan RI, 2013