Anda di halaman 1dari 28

BIMBINGAN TEKNIS

(SUPERVISI)
Kelompok 3
Mata Kuliah Pemantapan Mutu TB
Prodi Sarjana Terapan TLM Kelas Alih Kredit
2021/2022
KELOMPOK 3

 AHMAD SYAHRONI  RISQON ANJAHIRANDA


ADIPUTRA
 ANDRI HADINATA
 ROLITA ROMO HARBO
 ARMI MELIANA DEWI
 RUSHARTINI
 BAGAS PADMANABA
PRABOWO  NANI SURACHMAN
 RISDIANA  NOVIA FEBRYANI ACHMADI
 CINDY HANDISAS ZULANMIGA  PUTI EDEL WEISTA
 CITRA SUHESTY  RINA DIANA
 MERRY RACHMAWATI
BIMBINGAN TEKNIS (SUPERVISI)

Bimbingan Teknis atau supervisi adalah kegiatan yang sistematis


untuk meningkatkan kinerja petugas dengan mempertahankan
kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung
dan secara berjenjang dari unit labolatorium rujukan di tingkat
Nasional sampai labolatorium fasyankes.

Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah pengamatan,


diskusi, bantuan teknis bila diperlukan, pemecah bersama
masalah yang ditemukan dan memberikan rekomendasi dan
saran.
A. PERENCANAAN SUPERVISI
Hal – hal berikut penting diperhatikan dalam perencanaan supervisi :
1. Supervisi harus dilaksanakan secara rutin dan teratur pada semua tingkat
minimal satu kali dalam setahun.
2. Pada keadaan tertentu frekuensi supervisi perlu ditingkatkan, yaitu :
a. Pelatihan baru selesai dilaksanakan
b. Pada tahap awal pelaksanaan program pelayanan DOTS di fasyankes
c. Bila pada uji silang ditemukan ada satu kesalahan besar dan atau 3
kesalahan kecil pada suatu siklus uji silang
d. Bila hasil uji silang menunjukkan salah satu komponen kualitas
sediaan yang jelek >10%
B. PETUGAS SUPERVISI
Petugas teknis labolatorium melakukan supervisi teknis ke labolatorium
fasyankes/ rujukan uji silang 1 dan 2 secara berjenjang.
Kriteria petugas supervisi sebagai berikut :
1.Kualifikasi minimal D3 analis kesehatan dengan pengalaman melakukan
labolatorium mikroskopis TB minimal 2 tahun dan masih aktif sebagai
petugas laboratorium mikroskopis TB, telah mengikuti salah satu pelatihan:
a. TOT (Training of Trainer) labolatorium TB
b. Program Penanggulangan Tuberkolosis dengan strategi DOTS tingkat
wasor, pada atau setelah tahun 2000
c. Pemantapan Mutu Laboratorium TB
C. FREKUENSI SUPERVISI
1. Supervisi oleh Laboratorium Rujukan nasional ke laboratorium rujukan uji silang
provinsi (RUS 2), dilakukan minimal 1 kali setahun, dilanjutkan kunjungan ke RUS 1
dan fasyankes untuk memastikan pelaksanaan program sesuai pedoman .
2. Supervisi oleh laboratorium rujukan tingkat provinsi (RUS 2) ke laboratorium rujukan
uji silang ke kabupaten.kota (RUS 1) dilakukan minimal 1 kali setahun dilanjutkan ke
fasyankes untuk memastikan pelaksanaan program sesuai pedoman.
3. Supervisi dari laboratorium RUS 1 ke laboratorium fasyankes dilakukan minimal 1 kali
setahun untuk setiap laboratorium dan bila ditemukan permasalahan, supervisi
dilakukan lebih intensif.
4. Bimbingan teknis dari laboratorium PRM ke laboratorium PS dapat dilakukan pada
saat petugas laboratorium PS merujuk sediaan dahak ke PRM.
D. PERSIAPAN SUPERVISI
1. Petugas supervisi harus memenuhi 6. Menyusun rencana jadwal kunjungan dan
kriteria yang telah ditentukan. memberitahukan kepada laboratorium yang akan
2. Perencanaan supervisi mengacu dikunjungi sekurang – kurangnya satu minggi
sebelumnya.
jepada umpan balik untuk
menentukan sasaran supervisi. 7. Daftar tilik supervisi digunakan untuk menemukan
dan memecahkan masalah dengan menggunakan
3. Jadwal supervisi ditentukan dengan daftar tilik sesuai standar dengan program nasional
berkoordinasi dengan wasor Tb. TB.
4. Data labolatorium dengan kinerja tidak 8. Membawa dua sediaan yang belum diwarnai (1
baik untuk menentukan prioritas sediaan negatif dan 1 sediaan positif) dan satu
laboratorium yang akan dikunjungi. sediaan positif yang sudah diwarnai (1+ atau
scanty) untuk menilai kinerja pewarnaan dan
5. Mengetahui rekomendasi supervisi pembacaan dan/ atau membawa 5 slide yang sudah
periode sebelumnya untuk menilai di warnai dengsan gradasi hasil yang berbeda.
upaya peningkatan kinerja.
E. KEGIATAN SUPERVISI
Hal – hal yang harus diperhatikan selama supervisi di setiap tingkatan berdasar
observasi dan wawancara :
1. Setiap supervisor harus bersikap sopan, b. sarana laboratorium dan kondisinya, termasuk ruang
membina, memberikan usulan perbaikan, jangan pengambilan dahak, ruang pemeriksaan, peralatan,
mencari – cari kesalahan. penanganan limbah, pasokan air dan listrik.
2. Mengevaluasi tindakan perbaikan sesuia c. prasarana laboratorium terdiri atas : reagensia, bahan
rekomendasi pada kunjungan terdahulu. habis pakai lain, pedoman, dan prosedur tetap.
3. Observasi difokuskan kepada kegiatan yang 5.Kinerja petugas : beban kerja, implementasi standar
berdampak terhadap mutu hasil pemeriksaan prosedur operasional (teknis, pencatatan dan pelaporan).
laboratorium.
6.Mengidentifikasimasalah teknis dan administratif.
4. Pengamatan sumber daya laboratorium :
7.Petugas laboratorium dan supervisor sama – sama
a. tenanga: jumlah, pendidikan dasar, pelatihan, menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) berdasarkan hasil
alih tugas tenaga dll. temuan yang ada.
F. KEGIATAN PASCA SUPERVISI

1. Petugas bimbingan teknis melakukan analisis hasil supervisi.


2. Memberikan umpan balik dan rekomendasi pada petugas
laboratorium.
3. Melaporkan hasil temuan dan rekomendasi kepada pejabat
yang berwenang di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kepala RUS1, RUS 2 dan fasyakes terkait.
DAFTAR PUSTAKA
 Pedoman jejaring dan pemantapan mutu pemeriksaan mikroskopis
tuberkulosis, Kementerian Kesehatan RI, 2013

Anda mungkin juga menyukai