PENYIDIKAN LINGKUNGAN
Oleh:
Nur Utomo,SKM,M.Sc.
Refferensi
• Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 1996.
• Akib Muhammad, Hukum Lingkungan, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2014
• Ali Mahrus & Elvany Ayu, Hukum Pidana Lingkungan, Yogyakarta, UII Press, 2014.
• Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta. Kencana
Prenada Media Group, 2008.
• Bram Deni, Hukum Lingkungan Hidup, Bekasi, Sinar Gramata Publishing, 2014.
• Gatot Supramono, Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Indonesia. Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2013.
• M. Yahya Harahap. Pembahasan Dan Penerapan KUHAP. Jakarta : Sinar Grafika. 2000. Ed. kedua
• Samsul Wahidin, Dimensi Hukum Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2014.
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
• Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
• Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana Di
Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Pedoman Bidang Studi Pengawasan Pencemaran Lingkungan Fisik Pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan, Soedjono,
dkk, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1990/1991
•
MATERI PRAKTEK
• Menguatkan kedudukan alat bukti yang sah (Pasal 184 ayat [1] KUHAP);
• Mencari dan menemukan kebenaran materiil atas perkara sidang yang
ditangani;
• Setelah barang bukti menjadi penunjang alat bukti yang sah maka barang
bukti tersebut dapat menguatkan keyakinan hakim atas kesalahan yang
didakwakan JPU.
ALAT BUKTI
• Alat bukti yang sah (Ps. 96 UU PPLH):
• Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan
terdakwa dan Alat bukti lain:
• Informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik, magnetik, optik
• Alat bukti data, rekaman, atau informasi yang dapat dibaca,
dilihat, dan didengar yang dapat dikeluarkan dengan/tanpa
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas,
benda fisik selain kertas, atau terekam secara elektronik
• Hasil penelitian ahli mengenai kerusakan lingkungan.
Contohnya hasil analisa laboratorium dalam menentukan
proses pencemaran dan atau perusakan yang sedang terjadi,
kerugian/dampak yang timbul serta modus operandinya
apakah dilakukan secara sengaja atau tidak
• Informasi elektronik, dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya (Pasal 5 UU ITE)
KETERANGAN SAKSI
• keterangan saksi dalam tindak pidana umum
maupun tindak pidana lingkungan hidup merupakan
alat bukti yang utama. Oleh karena itu pentingnya
kualitas saksi yang menjadi bagian dari alat bukti
wajib diperhatikan dengan cermat oleh penyelidik
maupun penyidik. Kualitas saksi yang dapat dipakai
dalam pembuktian harus memenuhi persyaratan
adalah saksi yang melihat, mendengar atau
pengalamannya sendiri mengenai suatu peristiwa
pidana. Keterangan seorang saksi bukanlah saksi
(unus testis nullus testis) dan keterangan yang
berdasarkan atas keterangan orang lain pun tidak
dianggap sebagai saksi
INDIKATOR PENILAIAN KETERANGAN SAKSI
• Adanya laporan atau pengaduan tentang dugaan peristiwa pidana kepada aparatur
negara penegak hukum.
• Adanya dugaan peristiwa pidana yang terjadi pada waktu atau pada saat yang
mudah dipahami oleh akal sehat (waktu tertentu).
• Adanya pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan atas dugaan peristiwa pidana
tersebut.
• Adanya tempat atau lokasi kejadian yang jelas dan pasti atas dugaan peristiwa
pidana tersebut
Penentuan Tindak Pidana (TP)
• Berdasarkan Pasal 1 butir 24 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) disebutkan bahwa:
• “Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang
atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.”
• Berdasarkan pasal tersebut, setiap orang dapat melaporkan suatu tindak pidana, baik atas
kemauannya sendiri maupun atas kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-
undang. Isi dari laporan tersebut merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana
yang disaksikan, diketahui, atau dialami sebagai korban.
LK (2)………….
FORMAT LAPORAN KEJADIAN
KOP DEPARTEMEN / INSTANSI
• PRO JUSTITIA
LAPORAN KEJADIAN
Nomor : LK………………..…………
• PELAPOR :
1. N a m a : …………………………………………………………………………..
2. Tempat / tanggal lahir : ……………………………………………………………………………
3. Umur / Jenis Kelamin : …………Tahun , Laki-laki / perempuan.
4. A g a m a ……………………………………………………………………………
5. Kewarganegaraan ……………………………………………………………………………
6. Pekerjaan : ……………………………………………………………………………
7. Alamat : ……………………………………………………………………………
8. Telp / HP / Fax / E-mailL : ……………………………………………………………………………
PERISTIWA YANG DILAPORKAN
1. Waktu Kejadian : Hari……………, tanggal………………….tahun ………., jam :
2. Tempat Kejadian : ……………………………………………………………………………
3. Apa Yang Terjadi : …………………………………………………….......................................... ...................... melanggar Pasal ................. Undang-undang No. : .........
Tahun .......tentang ................................................................
4. Pelaku / Tersangka : Nama :..............., Tempat/Tgl. Lahir : ............., Jenis Kelamin : .........., Agama : ......., Kewarganegaraan : ................., Pekerjaan : ........., Alamat Tempat
Tinggal : .............. Telp/HP/Fax/E-mail : ...............
5. Modus Operandi : ........................................................................................................
6. Saksi-saksi : ……………………………………………………………………………
7. Barang Bukti : ……………………………………………………………………………
URAIAN SINGKAT KEJADIAN : ------------------------------------------------------------------------------------------
TINDAKAN YANG DIAMBIL :
--------------------------------------------------------------------------------------------- ......................................................................................................................................................................
Demikian laporan kejadian ini dibuat dengan sebenarnya, kemudian ditutup dan ditandatangani di ............ pada tanggal ........................ Bulan .......................... Tahun ..........................
--------------------------------------------------------
Mengetahui, KEPALA INSTANSI Pelapor
KOP
DEPARTEMEN / INSTANSI
Jakarta, ……………………
Nomor : …………………………… ….
Klasifikasi : …………………………….
Lampiran : …………………………....
Perihal : Permintaan bantuan back up Penyelidikan.
Kepada Yth.
KEPALA KEPOLISIAN
…………………………….
di …………………
U.p. .........................
1. Dasar :
a. Laporan Kejadian Nomor : ……….…………….tanggal………………...….;
b. Surat Perintah Tugas Nomor : ……………….. tanggal …………..………;
c. Surat Perintah Penyidikan Nomor : ......…….tanggal ...........................
2. Sehubungan dengan dasar tersebut di atas, disampaikan bahwa PPNS ……. (Departemen / Instansi) akan melakukan penyelidikan terhadap Tersangka / Saksi atas nama
N a m a : ...........................................................................................
Tempat/Tgl. Lahir : ...........................................................................................
Jenis kelamin : ...........................................................................................
Kewarganegaraan : ...........................................................................................
A g a m a : ...........................................................................................
Pekerjaan : ..........................................................................................
Alamat Tinggal : ...........................................................................................
Diduga keras berdasarkan bukti permulaan yang cukup telah melakukan tindak pidana di bidang …… sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Undang-undang Nomor : … Tahun ..…
tentang ...........................................................................................................................................................................................................................................................................
3. Untuk kepentingan penyidikan tersebut dimohon kepada Ka untuk dapat memberikan bantuan penyelidikan dalam pengungkapan kasus yang ditangani.
4. Demikian untuk menjadi maklum.
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
Tembusan
1. ………………………..
2. ………………………..
IV. MENYUSUN ANALISIS HASIL PENYELIDIKAN
Hal ini menyebabkan kita perlu mewaspadai aktifitas yang ada pada PESK serta dampaknya bagi penambang maupun masyarakat yang ada
di sekitarnya. Hg yang dibuang ke alam membawa konsekuensi serius kepada kehidupan masyarakat dan lingkungan. Ironisnya hasil
tambang mineral yang berlimpah ini tidak dinikmati oleh bangsa Indonesia secara optimal, bahkan negara harus menanggung semua
kerusakan manusia dan lingkungan yang diakibatkan oleh proses penambangan ilegal tersebut. Sebagian besar emas dari PESK ilegal
dinikmati oleh "tauke" atau investor yang ujudnya hampir tidak tampak di Indonesia, hanya kaki tangannya saja yang patut diduga
dilindungi oknum aparat Pemerintah Daerah maupun keamanan dan Kepolisian setempat.
Pada kasus di Minamata dan 4 daerah di sekitarnya (Kumamoto, Tottori, Wakayama dan Chiba), kadar konsentrasi merkuri rata-rata sebesar
2,55 mikrogram/gram pada laki-laki dan 1,43 mikrogram/gram pada perempuan (sumber:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12703660).
Sedangkan pencemaran merkuri alibat penambangan illegal, contoh di P. Buru (Desa Gunung Botak, Namlea Maluku), kandungan Hg di air
seni rakyat di seputar area penambangan (Desa Debowae) kadar Hg penduduk berkisar antara 10,5 mikrogram/liter – 127 mikrogram/liter
(hasil pemeriksaan darah penduduk di Debowae oleh Tim Kesehatan Kodam Pattimura). Artinya di satu lokasi tambang emas ilegal saja
kadar pencemaran Hg nya sangat tinggi karena acuan standarnya hanya 9 mikrogram/liter.
Sumber:https://news.detik.com/kolom/d-3440402/tragedi-minamata-mengancam-indonesia.
Studi Kasus II
Komisi DPR bidang lingkungan hidup akan melakukan kunjungan ke lokasi perkebunan sawit
milik Grup Korindo menyusul hasil investigasi yang ungkap perusahaan Korea Selatan itu '
sengaja' membakar lahan untuk perluasan lahan sawit pada periode 2011-2016.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Hasan Aminuddin, mengatakan selain melakukan kunjungan ke
Papua, pihaknya juga menjadwalkan untuk menggelar rapat dengar pendapat dengan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kunjungan spesifik untuk mengetahui fakta terkait isu yang berkembang. Karena ini
kejadiannya sudah menjadi isu nasional dan internasional, karena pelakunya disinyalir
perusahaan asing. Manakala itu ada kesengajaan, mendekati untuk dicabut izin perusahaan
asing yang melakukan kegiatan di negara kesatuan RI," kata Hasan kepada BBC News
Indonesia, Senin (16/11).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri mempertanyakan bukti video
pembakaran hutan yang terjadi 2013, yang disebutkan sudah pernah dilaporkan sejumlah
lembaga pemerhati lingkungan pada 2016, tapi disebut belum ada tindak lanjut.
Studi Kasus III:
TRIBUNNEWS.COM - Terjadi pencemaran udara di empat desa Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Akibatnya puluhan warga mengalami pusing dan mual setelah menghirup udara yang terkontaminasi limbah
bahan beracun dan berbahaya (B3) sebuah pabrik sejak Jumat (19/3/2021).
Camat Klapanunggal Ahmad Kosasih mengatakan, sampai saat ini total ada 38 warga pusing dan mula akibat terpapar
bau seperti bangkai dan gas yang keluar dari pabrik limbah PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Selain
warga, sejumlah karyawan pabrik limbah tersebut juga mengalami keluhan serupa sehingga langsung dipulangkan ke
rumah masing-masing.
Jadi awalnya 36 orang terangkum dari empat desa, dan ada dua juga yang kita samperin ke rumahnya karena sudah
tua, jadi total ada 38 orang," ungkap Kosasih saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/3/2021). Puluhan warga yang
mengalami gejala itu, mulai dari bayi, dewasa, dan orang tua, rata-rata rumahnya berada tak jauh dari pabrik
tersebut. Sejauh ini, Kosasih memastikan, sebanyak 38 orang tersebut sudah kembali ke rumah masing-masing
setelah mendapat perawatan dari tim medis Puskesmas Pembantu Desa Nambo. "38 itu mereka datang aja berobat
ke posko, dilayani lalu pulang lagi, enggak dirawat di situ. Yang penting kalau ada keluhan datang ke posko nanti
diperiksa kasih obat," ujarnya.
"Rata-rata yang punya penyakit bawaan gitulah sesak ditambah ada itu (bau) ya makin jadilah. Kalau yang normal gtu
paling pusing-pusing aja," imbuh dia. Dia mengimbau, semuanya warga yang mengalami kondisi serupa bisa
melaporkan ke posko supaya ditindaklanjuti dengan penanganan dokter.
Sumber:
https://www.tribunnews.com/regional/2021/03/22/pencemaran-udara-di-empat-desa-kabupaten-bogor-imbas-limbah
-beracun-pabrik-warga-jadi-korban
Tugas:
• SELAMAT MENGERJAKAN