Anda di halaman 1dari 25

IMUNISASI

&
ANTISIPATORY GUIDANCE

Qurrota A’yun, M.Kes


PENGANTAR
Program imunisasi di Indonesia dikembangkan sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit tertentu yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain:
tuberkulosis, dipteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak (Pusdatin Kemenkes).
Setiap bayi (0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1
dosis hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-hepatitis B, 4 dosis polio dan 1 dosis campak.
Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang dari 5 (lima) tahun di dunia yang
meninggal karena penyakit-penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi. Di
Indonesia sendiri sekitar 7 (tujuh) persen anak belum mendapatkan imunisasi. Keadaan ini
tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan tumbuh kembang anak.
PENGERTIAN
 Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.

 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Kekebalan yang
diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Satgas IDAI).

 Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai
usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes
RI).
TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles
(campak), polio dan tuberculosis.

Tujuan Khusus:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80%
secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2024.
2. Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan
dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2018.
3. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal Neonatal Tetanus Elimination).
4. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2016.
5. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
6. Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices).
7. Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).
SASARAN
Sasaran program imunisasi mencakup:
1. Bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis-B.
2. Ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (Catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.
3. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
4. Anak sekolah dasar (SD) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT.
MANFAAT
Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang
sering berjangkit.
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak
sakit.
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh anak sendiri membuat
zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Vaksin dibuat “hidup dan mati”. Vaksin
hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat
menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari
bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya
dan disebut toxoid.

Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah:


1). BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2). DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
3). Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4). Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
5). Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis
JENIS IMUNISASI
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibody kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut
untuk kekebalan tubuhnya. Antibody yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan
atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus (Satgas IDAI,
2008).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan antibody tertentu ke
janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi
yang ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami
dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat
seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibody tertentu untuk
menunjang kekebalan tubuhnya.
JENIS VAKSIN IMUNISASI DASAR

1. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine) Diberikan pada umur sebelum 3 bulan.
Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Kementerian Kesehatan RI
menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2. Hepatitis B Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan
upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui
transmisi maternal dari ibu pada bayinya.
3. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus) Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.
4. Polio Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan
imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan yang tinggi.
5. Campak Dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9
bulan.
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI
TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI
TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI
TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI
TEKNIK PEMBERIAN IMUNISASI
COLD CHAIN
Cold Chain: rantai dingin untuk mempertahankan potensi vaksin
PETUNJUK ANTISIPASI
(ANTICIPATORY GUIDANCE)
PENGERTIAN
Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory guidance.
Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk antisipasi dapat
diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua
dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam, 2005)

Anticipatory guidance juga merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat dalam
membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang tua sadar
akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan tahapan usia anak.

Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena
disesuaikan dengan karakteristiknya.
CONTOH USIA BAYI
Usia 6 bulan pertama
 Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan dan respons
bayi.
 Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi
 Tekankan kebutuhan imunisasi
 Persiapkan untuk pengenalan makanan padat

Usia 6 bulan kedua


 Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing) dari anak.
 Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.
 Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak dan rasa
keingintahuannya.
CONTOH USIA TODDLER (1-3 THN)
Usia 12-18 bulan
 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler
khususnya negativisme.
 Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan
pemberian makanan padat.
 Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
 Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah, kendaraan
bermotor, keracunan, jatuh.
 Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara
untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada todler.
 Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan
keterampilan sosial.
CONTOH USIA TODDLER (1-3 THN)
Usia 18-24 bulan
• Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
• Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan kemungkinan terjadinya
persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry).
• Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training.
PENCEGAHAN TERHADAP
PERILAKU NEGATIVE ANAK
Pencegahan yang bisa dilakukan:
1. Awasi anak jika bermain dekat sumber air.
Jenis kecelakaan yang sering terjadi : 2. Ajarkan anak berenang.
1. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda, 3. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak
terkena benda tajam, dll. dan strika.
2. Tenggelam. 4. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
3. Keracunan atau terbakar. 5. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
4. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon. 6. Cek air mandi sebelum dipakai.
5. Aspirasi dan asfiksia. 7. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang
aman.
8. Jangan biarkan kabel listrik menggantung/ menjuntai
ke lantai.
9. Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.

Anda mungkin juga menyukai