Anda di halaman 1dari 216

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI DAN


PATOFISIOLOGI KELAINAN-KELAINAN
PADA THORAKS
LVIII-F

Perseptor: dr. Ilma Fiddiyanti, Sp.Rad, M.Kes


FOTO THORAX PROYEKSI AP
EKSPERTISE

• Foto simetris dan inspirasi maksimal


• Soft tissue dan skeletal normal.
• Trakea masih di tengah.
• Cor tidak membesar.
• Tidak tampak kalsifikasi aorta/elongatio aorta.
• Mediastinum dalam batas normal.
• Lokasi bayangan hepar dan gastric bubble dalam batas normal.
• Sinuses tajam dan diafragma normal.
Lanjutan…
• Pulmo:
• Hili normal.
• Corakan bronkovaskuler normal.
• Tidak tampak infiltrat/nodul/massa.
• Tidak tampak perselubungan opak.
• Tidak tampak bayangan lusen.
• Tidak tampak sillhouette sign.
KESAN
• Foto thorax dalam batas normal.
• Tidak tampak kardiomegali.
FOTO THORAX PROYEKSI LATERAL
CHF
• Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien.
• Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada jika disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal.
ANATOMI JANTUNG
Mekanisme Frank-Starling
• Mekanisme Frank-Starling berarti makin besar otot
jantung diregangkan selama pengisian, makin besar
kekuatan kontraksi dan makin besar pula jumlah darah
yang dipompa ke dalam aorta atau arteri pulmonalis.
• Kontraksi ventrikel yang menurun akan mengakibatkan
pengosongan ruang yang tidak sempurna sehingga volume
darah yang menumpuk dlm ventrikel saat diastol (volume
akhir diastolik) lebih besar dari normal. Berdasarkan
hukum Frank-Starling, peningkatan volume ini akan
meningkatkan pula daya kontraksi ventrikel sehingga
dapat menghasilkan curah jantung yang lebih besar.
Perangsangan Neurohormonal
• Perangsangan neurohormonal mencakup sistem saraf
simpatik, sistem renin-angiotensin, peningkatan produksi
hormon antidiuretik dan peptida natriuretik.
• Gagal jantung paling sering merupakan manifestasi dari
kelainan fungsi kontraktilitas ventrikel (disfungsi sistolik)
atau gangguan relaksasi ventrikel (disfungsi diastolik).
Pada disfungsi sistolik, kontraktilitas miokard mengalami
gangguan sehingga curah jantung menurun dan
menyebabkan kelemahan, fatigue, menurunnya
kemampuan aktivitas fisik, dan gejala hipoperfusi lainnya.
Manifestasi klinis
• Dispneu  Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas.
• Batuk
• Mudah lelah Terjadi karena curah jantung yang kurang mengambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
• Gelisah dan cemas  Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
• Edema ekstremitas
• Nokturia
• Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
Imaging
• Ekokardiografi dapat membantu mengevaluasi dimensi ruang, fungsi katup, LVEF, kelainan gerakan
dinding, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi diastolik, tekanan arteri pulmonal, tekanan pengisian RV dan
RV, fungsi RV, dan efusi perikardial. Trombi intrakardiak, tumor, dan kalsifikasi di dalam katup jantung,
mitral annulus, dan kelainan dinding aorta dapat dideteksi. Abnormalitas pergerakan dinding lokal atau
segmental sangat menyarankan penyakit arteri koroner yang mendasari tetapi juga dapat hadir dengan
miokarditis yang tidak sempurna.
• Doppler atau color Doppler echocardiography secara akurat mendeteksi gangguan katup dan shunt.
Kombinasi evaluasi Doppler inflow mitral dengan pencitraan Doppler jaringan mitral annulus dapat
membantu mengidentifikasi dan mengukur disfungsi LV diastolik dan tekanan pengisian LV. Mengukur
LVEF dapat membedakan antara HFpEF dominan (EF ≥ 0,50) dan HFrEF (EF ≤ 0,40). Penting untuk
menekankan kembali bahwa gagal jantung dapat terjadi dengan LVEF normal. Speckle-tracking
echocardiography (yang berguna dalam mendeteksi fungsi sistolik subklinis dan pola spesifik disfungsi
miokard) dapat menjadi penting tetapi saat ini hanya tersedia di pusat-pusat khusus.
Gambaran Radiologi
• Gagal jantung kanan
• Umumnya akibat penyakit paru kronik, sepeerti penyakit PPOK atau TB paru
• Terdapat kardiomegali dengan apeks yang terangkat akibat hipertrofi ventrikel kanan
• Terdapat pembesaran arteri pulmonalis
• Dapat terjadi efusi pleura
• Gagal jantung kiri
• Kardiomegali dengan apeks yang tertanam pada diafragma
• Gambaran radiologi di paru sesuai dengan tingkat keparahan penyakit yang dapat dilihat
dari Pulmonary Capillary Wedge Pressure (PCWP), dengan nilai normal 5-10 mmHg
Etiologi
• Berdasarkan hukum Frank Starling:
- Meningkatnya afterload  missal: Hipertensi
- Meningkatnya preload  missal: Sirosis hepatis
- Menurunnya kontraktilitas  missal: CAD
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi:
• Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya
bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan
• Diet pola makan dan kontrol asupan garam, dan air
• Pemantauan berat badan

Farmakologi:
• ACE Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) : Candesartan
• Diuretik : Furosemide 4mg
• Antibiotik : Ceftriaxone 2x1 inj iv
• Antiemetik : Lansoprazole 1-0-0 po
BRONKITIS KRONIS
Bronkitis Kronis
Definisi
Adalah suatu peradangan yang mengenai bronkus atau bronkhi,
biasanya terjadi bilateral. Bronkitis kronis ditandai dengan adanya
batuk produktif disertai hipersekresi sputum yang terjadi hampir
setiap hari selama sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut
dalam satu tahun dan paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
Manifestasi Klinis
•Batuk produktif >3 bulan atau lebih dalam setahun,
dan paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
•Hemaptoe
•Sesak napas, terkadang disertai mengi.
•Demam berulang.
Etiologi dan Faktor Risiko
1. ISPA (Haemophilus Influenza dan Streptococcus
Pneumoniae).
2. Pajanan asap rokok.
3. Polusi.
4. Usia.
5. Jenis kelamin.
Epidemiologi
• Usia penderita >60 tahun sekitar 7,5%.
• Usia >35-40 tahun 6,7 %.
• <15 tahun sekitar 3,6%.
• Lebih sering pada laki-laki, hal ini berkaitan dengan
keaktifan merokok yang cenderung banyak pada laki-
laki.
Tipe Bronkitis
1. Akut
-gejala kurang dari 3 mgg
-diawali dengan ispa
-penyebab virus atau bakteri

2. Kronis
-gejala bertahan lebih dari 3 bulan setiap tahun
-diawali dengan terpapar debu, asap rokok atau polusi
-biasanya karena virus
Klasifikasi
• Ringan
Pada golongan ringan ditemukan corak paru yang ramai di bagian basal
paru

• Sedang
Selain corakan paru yang ramai, terdapat emfisema dan kadang
disertai bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri.

• Berat
Ditemukan hal-hal tersebut diatas dan disertai cor pulmonale sebagai
komplikasi bronchitis kronis
Pemeriksaan Lab
1. Leukositosis
2. LED meningkat
3. Analisis Gas Darah : asidosis metabolik
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
• Bronkodilator (beta 2 antikolinergik, gol xantin)
• Antiinflamasi
• Antibiotik
• Antipiretik
• Mukolitik

2. Non Farmakologi
• Oksigen 2 L
• Nutrisi adekuat
• Hindari paparan asap rokok dan polusi
• Cegah ISPA
Gambar 1
Ekspertise Gambar 1
• Trakhea tidak ada deviasi.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Hilus tidak melebar.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru terutama pada bagian
basal.
• Terdapat gambaran signet ring sign.
• Hiperlusen pada kedua lapang paru.
• Kesan : Bronkitis kronis sedang disertai emfisema dan bronkiektasis.
Gambar 2
Ekspertise Gambar 2
• Trakhea tidak ada deviasi.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Diafragma kanan sejajar kiri.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Terdapat gambaran Tramline.
• Kesan : Bronkitis kronis sedang
Gambar 3
Ekspertise Gambar 3
• Trakhea tidak ada deviasi.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Hilus normal.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Terdapat gambaran Tramline.
• Kesan : Bronkitis kronis ringan
Gambar 4
Ekspertise Gambar 4
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Terdapat pelebaran sela iga kanan.
• Kesan : Bronkitis kronis sedang disertai bronkiektasis.
Gambar 5
Ekspertise Gambar 5
• Trakhea tidak ada deviasi.
• Jantung melebar, pinggang jantung menghilang.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Hilus melebar.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Terdapat gambaran tramline dan signet ring sign.
• Terdapat kranialisasi pada lapang paru kanan.
• Terdapat pelebaran sela iga kanan.
• Hiperlusen pada lapang atas kedua paru.
• Kesan : Bronkitis kronis berat disertai emfisema dan cor
pulomonale
BRONKIEKTASIS
Definisi
Adalah suatu keadaan dimana bronkus atau bronkiolus yang melebar
akibat kehilangan elastisitas dinding oto bronkus yang dapat
disebabkan oleh obstruksi dan peradangan yang kronis, atau dapat
pula disebabkan oleh kelainan lain.
Manifestasi Klinis
•Batuk kronis yang produktif terutama pagi hari dengan sputum banyak dan
purulen.
•Sputum purulen dan berbau.
•Sesak nafas.
•Demam
Etiologi
• PPOK
• Bronkitis kronik
• Fibrosis kistik

Epidemiologi
• 4,2% penderita dari 100.000 penduduk berusia 18-34
tahun.
• Sering terjadi pada orang dengan sosek rendah.
Tipe Bronkiektasis
• Tipe tubuler (silindris)  tram-tract sign
• Tipe varikose (fusiform)
• Tipe sakuler (kantong/kistik)  honey-comb
appearance
Pemeriksaan Lab
1.Sputum 3 lapis
Lapisan atas: tidak berwarna/hijau kecoklatan, tdd
gelembung udara, pus, dan mucus
Lapisan tengah: mukoid tipis seperti di atas tapi tidak
ada gelembung udara
Lapisan bawah: tebal, sedimen kehitaman, tdd pus,
sel, debris, gumpalan Kristal asam lemak dan serat
elastik.
2. Leukositosis
3. LED meningkat
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
• Antibiotik
• Mukolitik
• Antipiretiik

2. Non Farmakologi
• Oksigen 2 L
• Drainase postural dengan meninggikan kaki
dipertahankan selama 10-15 menit.
Gambar 1
Ekspertise Gambar 1
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Terdapat pelebaran sela iga kanan.
• Kesan : Bronkiektasis tipe sakuler
Gambar 2
Ekspertise Gambar 2
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi dari kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Kesan : Bronkiektasis tipe sakuler
Gambar 3
Ekspertise Gambar 2
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma kanan sama dengan kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Sela iga melebar.
• Kesan : Bronkiektasis tipe sakuler
Gambar 4
Ekspertise Gambar 4
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi daripada kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Kesan : Bronkiektasis tipe sakuler
Gambar 5
Ekspertise Gambar 5
• Trakhea deviasi ke arah kanan.
• Jantung dalam batas normal.
• Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus tajam.
• Hilus sulit dinilai.
• Corakan bronkovaskular meningkat pada kedua lapang paru.
• Diafragma dalam batas normal, kanan lebih tinggi daripada kiri.
• Terdapat gambaran sarang tawon pada kedua lapang paru.
• Hiperlusen pada lapang atas kedua paru.
• Kesan : Bronkiektasis tipe sakuler disertai emfisema.
Klasifikasi Tuberkulosis
1. Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru terbagi menjadi :

a.Tuberkulosis Paru BTA (+)


•Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
•Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
gambaran radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinik dan kelainan gambaran radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif serta tidak respon dengan pemberian antibiotik spektrum luas.
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.Tuberculosis positif.
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa.
2. Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :

a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis
harian)
b. Kasus Kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik
sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
•Infeksi sekunder
•Infeksi jamur
•TB paru kambuh
c. Kasus Gagal (Drop Out)
• Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan setelah akhir
pengobatan)
• Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif, menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
d. Kasus bekas TB
• Hasil pemeriksaan dahak BTA negatif dan gambaran radiologik paru
menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik yang
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan
OAT yang adekuat akan lebih mendukung.
• Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif,
namun setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata
tidak ada perubahan gambaran radiologik.
3. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru. Diagnosis
sebaiknya berdasarkan atas kultur spesimen positif, atau histologi,
atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstra paru aktif, yang
selanjutnya dilakukan pemberian obat anti tuberkulosis.
Gambaran Klinik
1. Gejala respiratorik
• Batuk > 2 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada

2. Gejala sistemik
• Demam
• Malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun, perbesaran kelenjar.
PNEUMOTHORAX
DEFINISI

Pneumothorax:
Keadaan terdapatnya udara atau gas dalam
rongga pleura. Pada keadaan normal
rongga pleura tidak berisi udara, agar
paru-paru dapat leluasa mengembang
terhadap rongga dada.
Etiologi Pneumothoraks

Spontan

Primer

Sekunder

Traumatik

Iatrogenik

Non Iatrogenik
Fistula
Pneumothoraks

Simple Pneumothoraks

Open Pneumothoraks

Tension Pneumothoraks
GEJALA KLINIS

• Nyeri dada
• Sesak nafas 
• Batuk-batuk
• Denyut jantung yang cepat 
• Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan
oksigen. 
• Riwayat : trauma, penyakit paru sebelumnya, operasi
daerah thoraks
PEMERIKSAAN FISIK
• Takikardia
• Takipneu
• Hipotensi
• Deviasi trakea
• Pergerakan asimetris
• VF menurun/hilang
• Suara perkusi hipersonor
• VR menurun/hilang
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN RADIOLOGI
 Bayangan lusen avaskuler di hemithorax
 Paru collaps ke arah medial
 Diafragma terdorong ke bawah
 Pada tension pneumothorax:
Mediastinum terdorong ke arah
kontralateral
EKSPERTISE
• Trakea tidak deviasi.
• Jantung tidak tampak membesar.
• Sudut costophrenicus dan sudut cardiophrenicus kiri dan
kanan tajam.
• Diafragma kanan terlihat mendatar.
• Tampak bayangan hiperlusen tanpa corakan vaskular pada
paru kanan.
• Sela iga kanan tampak melebar.
• Paru kanan tampak kolaps.
• Kesan : pneumothoraks dekstra.
R
EKSPERTISE
• Trakea tampak deviasi ke kiri.
• Jantung tampak terdorong ke arah kiri.
• Sudut costophrenicus kanan tajam, sudut cardiophrenicus kanan
tumpul, sudut costophrenicus dan cardiophrenicus kiri sulit dinilai.
• Diafragma kiri sulit dinilai dan kanan tampak mendatar.
• Tampak bayangan hiperlusen tanpa corakan vascular pada paru
kanan.
• Sela iga kanan tampak melebar.
• Kesan : Pneumothoraks Dekstra.
R
EKSPERTISE
• Trakea tampak deviasi ke kanan.
• Jantung tampak terdorong ke arah kanan.
• Sudut costophrenicus dan sudut cardiophrenicus kanan dan
kiri tajam.
• Diafragma kiri tampak mendatar.
• Tampak bayangan hiperlusen tanpa corakan vascular pada
paru kiri.
• Sela iga kiri tampak melebar.
• Kesan : Pneumothoraks Sinistra.
EKSPERTISE

• Trakea tidak tampak deviasi.


• Jantung tampak normal.
• Sudut costophrenicus dan sudut cardiophrenicus kanan dan kiri tajam.
• Diafragma kanan dan kiri tampak mendatar.
• Tampak bayangan hiperlusen tanpa corakan vascular pada paru kanan dan kiri.
• Kesan : Pneumothoraks Bilateral.
EKSPERTISE
• Trakea tidak tampak deviasi.
• Jantung tampak normal.
• Sudut costophrenicus dan sudut cardiophrenicus kanan dan
kiri tajam.
• Diafragma kiri tampak mendatar.
• Tampak bayangan hiperlusen tanpa corakan vascular pada
paru kiri.
• Paru kiri tampak kolaps.
• Sela iga kiri melebar.
• Kesan : Pneumothoraks Sinistra.
PENATALAKSANAAN
• Tujuan pengobatan  mengeluarkan udara dari rongga pleura,
sehingga paru-paru bisa kembali mengembang.
• Observasi dan pemberian tambahan
oksigen
• Aspirasi sederhana dengan jarum dan
pemasangan tube
• Torakoskopi
• Torakotomi
Tuberculosis
Definisi TB
• Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius disebebakan
oleh Mycobacterium tuberculosis.
• Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun
tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
• Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb
aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Gejala sistemik/umum
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
Gejala khusus
• Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
Klasifikasi TB

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA (+)


• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan
pemberian antibiotik spektrum luas
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis
positif , Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
2. Berdasarkan Tipe Penderita , Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :

a. Kasus baru Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps) Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
atau biakan positif.
c. Kasus pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah
berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah

d. Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling


kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
• Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
• Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran
radiologik ulang hasilnya perburukan
f. Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran
radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
is TB
Pemeriksaan penunjang

Radiologi
Kultur bakteri
Sputum BTA
Ekspertise :
- trakea ditengah
- cor normal, tidak membesar
- sinus costophrenicus dan cardiophrenicus
lancip
- difragma normal
- paru :
hilus kanan dan kiri normal
corakan bronkovaskuler normal
terdapat perbercakan lunak (infiltrat) di
lapang atas paru

kesan : TB Paru aktif


Ekspertise :
- trakea ditengah
- cor dalam batas normal
- sinus dan diafragma normal
- paru :#hilus kanan kasar tampak
tertarik ke atas
hilus kiri normal
#corakan bronkovaskuler meningkat
terdapat bercak berawan pada
kedua lapang paru atas yang, dan
garis fibrosis
Kesan : TB Paru lama aktif
Ekspertise :
- trakea ditengah
- cor normal, tidak membesar
- sinus costophrenicus dan cardiophrenicus
lancip
- difragma normal
- paru :
hilus kanan dan kiri normal
corakan bronkovaskuler normal
terdapat perbercakan lunak (infiltrat) di
lapang atas paru

kesan : TB Paru aktif


Rontgen PA pasien dengan
tuberkulosis progresif primer
menunjukkan penonjolan
daerah paratrakeal di sebelah
kanan, limfadenopati, kavitas
opak di lobus atas kanan, dan
fokal konsolidasi di zona paru
tengah bagian kanan.
Foto totaks menunjukkan massa kavitas
5 cm dengan dinding tebal, tidak teratur
(panah besar) dan dikelilingi oleh
noduler opak yang saling berdekatan
pada lobus kiri atas.
Suatu nodul 5 mm dengan densitas
(panah kecil) terdapat di kontralateral
lobus kanan atas
Penatalaksanaan
Non farmakologi

• Isolasi pasien
• Bed rest
• Diet sehat, tinggi lemak dan vitamin A
• Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal
• Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah
• Lakukan strategi DOTS dengan menggunakan PMO (pengawas minum obat)
Farmakologi

• Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
• Rekomendasi WHO 1999 : kombinasi dosis tetap (penderita minum obat 3-4
tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat
menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini
telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan).
Lini 1 → Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol
Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
• 4 obat antituberkulosis dalam 1 tablet (rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg)
• 3 obat antituberkulosis dalam 1 tablet (rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg
dan pirazinamid 400 mg)
Emfisema
Definisi
• Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara, sehingga
ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical
kearah diafragma.
Manifestasi Klinis
• Dispnea
• Nyeri dada
• Batuk dengan sputum purulent
• Sianosis
• Adanya Barell Chest disertai ekspirasi memanjang
Patofisiologi
Gambaran Radiologi
• Akibat penambahan ukuran paru anterior-posterior menyebabkan bentuk thorax
kifosis, sedangkan penambahan ukuran paru vertical menyebabkan diafragma letak
rendah & datar.

• Aerasi paru bertambah pada seluruh lapang/ lobaris/ segmental, akan menghasilkan
bayangan radiolusen

• Pelebaran sela iga


Ekspertise
• Identitas : tidak ada
• KV MAS cukup
• Semua bagian thorax tercakup
• Foto simetris
• Inspirasi sulit dinilai
• Trakea : tidak ada deviasi
• Cor : Jantung tidak membesar
• Diafragma : mendatar dan letak rendah
• Pulmo : Hiperinflasi, pelebaran ICS, gambaran hiperlusen pada paru dextra dan
sinistra
• Kesan : Emfisema
Ekspertise
• Identitas : tidak ada
• KV MAS cukup
• Semua bagian toraks tercakup
• Foto simetris
• Inspirasi sulit dinilai maksimal atau tidak
• Trakea : tidak ada deviasi
• Cor : batas jantung tidak melebar
• Diafragma : mendatar
• Pulmo : pelebaran diameter anteroposterior, pelebaran sela retrosternal, gambaran
hiperlusen pada parenkim paru dextra dan sinistra
• Kesan : emfisema
Ekspertise
• Identitas : tidak ada
• KV MAS cukup
• Semua bagian thorax tercakup
• Foto simetris
• Inspirasi sulit dinilai
• Trakea : tidak ada deviasi
• Cor : Jantung tidak membesar
• Diafragma : mendatar dan letak rendah
• Pulmo : Hiperinflasi, pelebaran ICS, gambaran hiperlusen pada paru dextra dan
sinistra
• Kesan : Emfisema
Ekspertise
• Identitas : tidak ada
• KV MAS cukup
• Semua bagian thorax tercakup
• Foto simetris
• Inspirasi sulit dinilai
• Trakea : tidak ada deviasi
• Cor : Jantung tidak membesar
• Diafragma : mendatar dan letak rendah
• Pulmo : gambaran hiperlusen pada paru dextra dan sinistra, pelebaran ICS, tampak
adanya bula pada lapang atas dan tengah paru
• Kesan : Emfisema bula
Ekspertise
• Identitas : tidak ada
• KV MAS cukup
• Semua bagian thorax tercakup
• Foto simetris
• Inspirasi sulit dinilai
• Trakea : tidak ada deviasi
• Cor : Jantung tidak membesar
• Diafragma : mendatar dan letak rendah
• Pulmo : Hiperinflasi, pelebaran ICS, gambaran hiperlusen pada paru dextra dan
sinistra
• Kesan : Emfisema
Penatalaksanaan
• Hentikan rokok
Rokok dapat mengakibatkan terjadinya proses inflamasi pada paru-paru yang
menyebabkan terjadinya emfisema.

• Terapi oksigen
Berikan oksigen nasal minimal 15 jam per hari terutama pada emfisema berat. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien

• Bronkodilator
Untuk dilatasi dan meringankan spasme muscular serta obstruksi jalan napas.
PNEUMONIA
Definisi

Suatu peradangan yang mengenai parenkim


paru distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorik dan alveoli
sehingga menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Klasifikasi
Berdasarkan predileksi infeksi:
• Pneumonia lobaris
• Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
• Pneumonia interstisial
Pneumonia Lobaris
• Sering pada pneumonia bakterial atau aspirasi benda
asing.
• Jarang pada bayi dan orang tua.
• Pneumonia terjadi pada satu lobus

• Gambaran radiologis : terlihat gambaran gabungan


konsolidasi berdensitas tinggi pada satu lobus.
Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
• Inflamasi paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis
• Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi dalam
lobus.
• Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
• Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.
• Sering pada bayi dan orangtua.
Pneumonia Interstisial
• Umumnya disebabkan oleh virus
• Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstisial dinding
bronkus dan peribronkil.

• Gambaran: Terlihat gambaran bronchial cuffing (penebalan


dan edema dinding bronkiolus), corakan bronkovaskuler
meningkat.
Pemeriksaan fisik:
Demam, sesak
Inspeksi: pergerakan thoraks bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas,
Palpasi: fremitus dapat mengeras
Perkusi: dull (redup)
Auskultasi: suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki
basah kasar pada stadium resolusi
Neonatus: takipnea, PCH +, retraksi dinding dada, sianosis, malas menetek
Bayi yg lebih besar dan anak prasekolah: jarang ditemukan grunting, batuk, panas,
iritabel
Anak sekolah dan remaja: gejala lain yg dapat dijumpai, nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi letargi
Patofisiologi

Penyebaran secara inhalasi


Daya tahan tubuh rendah
Proses inflamasi melewati mekanisme pertahanan tubuh.
(Epitel, silia, mukosa dll.)

Infeksi memasuki saluran nafas bawah (sampai ke alveolus).

Terjadi peradangan pada parenkim paru

Mekanisme pertahanan : peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler


di tempat infeksi, perpindahan eksudat plasma ke ruang intersisium.

Penimbunan cairan diantara kapiler dan alveolus Gangguan pertukaran gas


Saturasi oksigen menurun (STADIUM KONGESTI).

Reaksi peradangan : penumpukan eritrosit, leukosit, darah, cairan


eksudat
Lobus yang terkena menjadi padat oksigen di alveoli semakin
minimal semakin sesak.
(STADIUM HEPATISASI MERAH)

Penumpukan leukosit dan fibrin di daerah radang, erirosit di


alveoli mulai diresorbsi dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti. (STADIUM KONSOLIDASI)
Pneumonia lobus kanan atas.
Pada foto thorax PA: tampak adanya infiltrat alveolar pada paru tengah kanan.
Lateral : Infiltrat (panah) dapat dilihat di atas fisura minor, menunjukkan
bahwa itu adalah di lobus atas.
• Pneumonia lobus tengah kanan.
• Pada foto thorax PA (A) infiltrat alveolar mengaburkan batas jantung kanan. Tanda
siluet ini berarti bahwa proses patologis adalah melawan perbatasan jantung yang
tepat dan karena itu harus berada di lobus tengah. Hal ini ditegaskan pada tampilan
lateral (B) konsolidasi berada didepan fisura besar tetapi di bawah fisura minor.
• Pneumonia lobus kanan bawah.

• Thorax PA (A), infiltrasi alveolar


dapat dengan mudah dilihat di dasar
paru-paru kanan. Fakta bahwa
perbatasan jantung kanan jelas
• Lateral (B), menunjukkan bahwa infiltrasi yang
diidentifikasi menunjukkan bahwa
berada di belakang celah utama dan di segmen
ini bukan di lobus tengah kanan tapi anterior dari lobus kanan bawah.
mungkin di lobus bawah.
 Identitas tidak ada, marker ada
 Kualitas foto : KV dan MAS cukup
 Foto simetris, tidak ada artefak,
semua bagian thoraks terlihat
 Inspirasi maksimal
 Trakhea tidak deviasi
 Sudut costophrenicus dan
cardiophrenicus tajam
 Diafragma normal
 Cor : CTR<50%, aorta normal
 Pulmo :
 Hilus membesar
 Corakan paru meningkat
 Tampak perselubungan homogen opak dengan batas tegas di lapang
paru dextra lobus medius, air bronkogram (+)
 Kesan
 Pneumonia lobaris medius dextra
infiltrat
Tampak
perselubungan
opak homogen
pada lapangan
bawah kanan paru.
Air bronchogram

Perselubungan opak
disertai air bronchogram
Gambaran thorax pneumonia
KESAN
• Trakea tidak deviasi
• Tampak perselubungan opak
inhomogen tepi irreguler, batas
tegas, air bronchogram (+)
• Cor : bentuk dan ukuran dalam
batas normal
• Diafragma : cardiophrenikus
dan costophrenicus sinistra sulit
dinilai, dan sinus dextra baik
• Tulang-tulang intak
Gambaran thorax pneumonia (anak)
• Trakea tidak deviasi
• Cor membesar ke lateral kiri, apeks membulat,
pinggang jantung mendatar
• Sinus dan diafragma normal
• Pulmo :
− Hilus kiri tertutup bayangan jantung
− Corakan bronkovaskular bertambah
− Tampak perselubungan opak inhomogen
irreguler di lapang atas paru kanan disertai
air bronchogram (pneumonia)
− Terdapat perbercakan di lapang bawah paru
kanan (BP)
KESAN
• Tampak kardiomegali
• Pneumonia dan BP
 Identitas tidak ada, marker tidak ada
 Kualitas foto : KV dan MAS cukup

 Foto simetris, tidak ada artefak, semua bagian thoraks terlihat


 Inspirasi maksimal

 Trakhea tidak deviasi


 Sudut costophrenicus dan cardiophrenicus tajam

 Diafragma normal
 Cor : CTR<50%, aorta normal

 Pulmo :
• Hilus tidak terlihat
• Corakan paru meningkat
• Tampak perselubungan lobus kanan atas dan infiltrat pada lobus kanan
bawah, air bronkogram +
TUMOR
PARU PRIMER
DAN METASTASIS
Definisi
Massa dari jaringan paru yang timbul karena
multiplikasi sel abnormal yang tidak terkontrol dan
progresif.
Klasifikasi
Patofisiologi
Ekspos industri
(radiasi ion, uranium, asbes, dll) Polusi
Rokok

Iritasi memicu
perubahan genetik

Mutasi Gen (C-MYC,


K-RAS, EGFR, HER-2)

Multiplikasi agresif abnormal tidak terkontrol

Massa

Sesak, batuk berdarah, nyeri dada


Gambaran Klinik
Keluhan utama dapat berupa :
❑ Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
❑Batuk darah
❑Sesak napas
❑Suara serak
❑Sakit dada
❑Sulit / sakit menelan
❑Benjolan di pangkal leher
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
❑Berat badan berkurang
❑Nafsu makan hilang
❑Demam hilang timbul
❑Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.
Hamartoma
▪ Merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya berlangsung
sangat lambat. Terdiri dari kartilago, jaringan ikat, otot, lemak, dan
tulang.
▪ Biasanya pada umur >40 tahun, jarang pada anak-anak.
▪ Lokasi : sebagian besar (90%) ditemukan pada perifer paru dan 10% di
sentral (endobronchiale) dan sering terdapat di beberapa bagian paru
(multiple).
Gambaran Radiologi :
•Bentuk bulat atau bergelombang dengan batas tegas
•Biasanya <4 cm
•Mengandung kalsifikasi berbentuk bercak (gambaran popcorn)
Kista Paru
• Terbentuknya gambaran kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam
parenkim paru melalui celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis, dapat
juga akibat kelainan kongenital yang secara radiologi tidak dapat dibedakan
dengan kista paru yang didapat.

•Tempat predileksi tersering:


a. Perihilar
b. Lapang paru atas
c. Segmen apikal lapang paru bawah
Gambaran radiologi:
• Hiperinflasi
• Konsolidasi regional
• Pembesaran KGB
• Penebalan dinding bronkus
• Bayangan bulat berdinding tipis
• Ukuran bervariasi
• Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di kedua
• lapang paru (kista paru polikistik)
Jenis Tumor Ganas
▪ 90-95% : karsinoma bronchogenik
▪ 5% : carcinoid bronchial
▪ 2-5% : tumor mesenchymal dan lain-lain

• Terbagi menjadi non-small cell carsinoma dan small cell


carsinoma.
• A. non-small cell lung cancer (NSCLC) (80%)
adenocarcinoma (35%)
• Tipe paling sering terjadi.
• Banyak terjadi pada wanita. Terjadi di bagian perifer.
• Perokok maupun non perokok.
• squamous cell carcinoma (30%)
• Sering terjadi pada perokok.
• Membentuk kavitas.
• Prognosis buruk.
large-cell carcinoma (15%)
• Lokasi di perifer, ukuran besar lebih dari 4 cm.
small cell carcinoma (20%)
• Terjadi pada perokok, metastasis lebih cepat.
• Prognosis buruk.
Karsinoma Bronkogenik
(Sel Squamous)
Tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel bronkus.
• Golden S sign, Lapang atas paru kanan kolaps disertai dengan massa hilar.
Adenocarcinoma

Frontal CXR
demonstrating primary
tumors (white arrows); an
adenocarcinoma in the
right lung and a
squamous cell carcinoma
in the left lung.
Small Cell Carsinoma
Karsinoid Bronkus
Tumor karsinoid merupakan 90% dari seluruh kasus adenoma bronkial,
pertumbuhannya lambat,tidak terlalu ganas dan lebih sering timbul pada
usia 50-60 tahun. Predileksinya pada saluran napas utama atau bronkus
segmental. Separuh kasus tumor karsinoid tidak memberikan gejala.
Penatalaksanaan
● Kuratif : menyembuhkan atau memperpanjang masa
bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
pasien
● Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan
kualitas hidup
● Rawat rumah (hospice care) : dilakukan pada kasus
terminal yakni mengurangi dampak fisik maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
● Suportif : menunjang kuratif paliatif dan terminal
meliputi nutrisi, transfusi daraf, obat anti nyeri, obat
anti infeksi.
Radioterapi
● Dapat sebagai terapi kuratif dan sebagai terapi
adjuvan/paliatif pada tumor dengan komplikasi seperti
mengurangi efek obstruksi terhadap pembuluh darah
bronkus
● Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus
diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang
dikerjakan
– Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
● Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000
– 6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari
perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi
adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
METASTASE / TUMOR PARU
SEKUNDER
• Keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari proses keganasan di organ
atau di tempat lain

• Metastasis → kemampuan suatu jaringan tumor yang menempel serta hidup dan
berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain
• Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan
menyebabkan gangguan proses pernapasan
Patofisiologi
Keganasan dapat mencapai paru-paru melalui 5 jalur :
1. Arteri pulmonal /arteri bronchial (hematogen)
→ paling sering
− Perjalanan tumor melalui vena yang langsung menuju ke paru-paru
− Contoh : kanker kepala, kanker leher, tiroid, adrenal, ginjal, testis, melanoma
maligna, dan osteosarkoma
2. Limfatik
Paru dapat terkena metastasis akibat sel tumor yang menjalar
melalui saluran limfe yang berasal dari metastsis kelenjar getah bening
hilus, atau tumor abdomen bagian atas. Penyebaran melalui saluran
limfe juga dapat melalui duktus thorasikus
Metastasis saluran limfogen dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar mediastinum lalu mengakibatkan penekanan pada trakea,
esophagus, dan vena kava superior
3. Rongga pleura
− Contoh : kanker paru atau thymoma
− Penyebaran terjadi karena invasi pleura oleh tumor primer ke paru
4. Penyebaran endobronkhial
Mekanisme metastasis ini jarang terjadi. Penyebaran ini biasanya terjadi pada pasien
dengan Ca bronkhioalveolar.
5. Invasi langsung (perkontinuitatum) oleh tumor yang berdekatan dengan paru-
paru, termasuk tiroid, esofagus, mediastinum, saluran napas, dan struktur
kardiovaskular
KLASIFIKASI GAMBARAN RADIOLOGI

1. Tipe Noduler
Merupakan yang paling sering dengan gambaran seperti bola bola kecil,
dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
- Coin Lession : densitas semiopak dengan batas tegas
semi reguler dengan diameter 1-2 cm.
(Ca oropharynx, Ca Gaster, Ca Thyroid, Ca
Ovarium, Ca Uterus, Lymphosarcoma).
- Coarse ball : gambaran lebih kasar dari coin lession
dengan diameter 2-3 cm
- Cannon Ball : diameter 3-4cm
- Golf Ball : diameter 4-5 cm. (Renal clear cell)
KLASIFIKASI GAMBARAN RADIOLOGI (2)

2. Tipe pneumonik
Gambaran paru mirip dengan pneumonia, tetapi air
bronkogramnya negatif
3. Tipe retikuler
yang terlihat adalah jaringan limfe ( tipe limfangitis), kecil-
kecil halus, terletak diantara corakan vaskuler normal.
4. Tipe milier
seperti TB milier tetapi inhomogen, ada bagian lain yang
lebih besar tersebar sporadis dari apex sampai basiis untuk
kedua pulmo
DAERAH TEMPAT METASTASIS

Paru
Setiap keganasan dapat menimbulkan metastasis paru. Metastsis
tampak sebagai lesi opak bulat, berbatas jelas, multiple dengan
berbagai ukuran pada paru. Kavitasi kadang terlihat, jika ada
biasanya menunjukan adanya metastasis dari karsinoma sel
skuamosa
Pleura
Metastasis ke pleura sering berasal dari karsinoma payudara, dan
tampak sebagai lesi massa, walaupun manifestasi yang paling
sering adalah efusi pleura
GAMBARAN RADIOLOGI

Pada pemerisaan foto thoraks PA/lateral


- Masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm
- Tanda yang mendukung keganasan adalah:
tepi yang ireguler, disertai identasi pleura.
Ekspertise
Trakea normal, tidak ada deviasi
Jantung dalam batas normal, CTR <50%
Sinus costophrenicus kanan dan kiri tajam
Sinus cardiophrenicus kanan dan kiri tajam
Pulmo: Hilus normal, Corakan bronkovaskuler normal
Tampak bayangan opak noduler, multipel, berbatas tidak tegas,
tepi irreguler, tersebar di seluruh lapang paru

Kesan :
Metastase intrapulmonal
Expertise

• Trakea normal, tidak ada deviasi


• Jantung dalam batas normal, CTR <50%
• Sinus costophrenicus kanan dan kiri tajam
• Sinus cardiophrenicus kanan dan kiri tajam
• Pulmo: Hilus normal, Corakan bronkovaskuler
meningkat
• Tampak bayangan opak noduler, multipel, berbatas tidak
tegas, tepi irreguler, tersebar di seluruh lapang paru
Expertise

Trakea normal, tidak ada deviasi


Jantung dalam batas normal, CTR <50%
Sinus costophrenicus kanan dan kiri tajam
Sinus cardiophrenicus kanan dan kiri tajam
Pulmo: Hilus normal, Corakan bronkovaskuler meningkat
Tampak corakan seperti gambaran vaskular yang ireguler,
 pada lobus bawah pada kedua paru.

Kesan : Metastase intrapulmonal tipe retikuler (limfangitis)


TERAPI

• Kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, terapi biological, surgery,


atau kombinasi.
• Pilihan terapi tergantung dengan tipe dari kanker primer, ukuran
dan lokasi dari metastasis, umur pasien dan kesehatannya, dan
terapi yang sudah dilakukan oleh pasien di masa lampau.
• The goal of treatment may be to control the cancer, or to relieve
symptoms or side effects of treatment.
EFUSI PLEURA
DEFINISI
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya absorbsi.
MANIFESTASI KLINIS

– Sesak napas
– Rasa berat pada dada
– Nyeri dada
– Batuk disertai dahak/darah
– Edema generalisata
– Penurunan berat badan & malaise
– Memberat jika berbaring terlentang,
berkurang apabila tidur ke arah yang sakit.
PATOFISIOLOGI
INTERPRETASI
Trakea : Tidak ada deviasi
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus sinistra tajam, dextra tidak dapat dinilai
Diafragma : Kanan tidak dapat dinilai.
Hilus : Kanan tidak dapat dinilai, kiri normal.
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal.
Kelainan : Terdapat gambaran opak dextra setinggi vertebra torakal 5.
 
Kesimpulan: Cor normal, Pulmo hilus normal, corakan bronkovaskuler normal, terdapat
Gamabran opak di pulmo dextra setinggi torakal 5.

Kesan : Efusi pelura dextra setinggi torakal 5.


Trakea : Deviasi ke kiri.
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus sinistra tajam, kanan tumpul.
Diafragma : Kanan lebih tinggi dari diafragma kiri,
Hilus : Normal
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal
Kelainan : Gambaran opak di basal paru dextra minimal.
 
Kesimpulan: Cor normal, Pulmo hilus normal, corakan bronkovaskuler normal,
terdapat
Gamabran opak di basal paru dextra minimal.

Kesan : Efusi pleura dextra basal paru minimal.


Trakea : Deviasi ke kiri, tertarik
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus kiri tajam, kanan tidak dapat dinilai
Diafragma : Kanan sulit dinilai.
Hilus : Kanan sulit dinilai, kiri normal.
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal.
Kelainan : Gambaran opak pulmo dextra setinggi vertrebra torakal 4. Infiltrat
batas tegas di apek paru.
 
Kesimpulan: Cor normal, Pulmo hilus normal, corakan bronkovaskuler nomal,
terdapat

Gambaran opak di pulmo dextra seringgi vertebra torakal 4.


Kesan : Efusi pleura dextra setinggi torakal 4 dengan atelectasis
Trakea : Deviasi ke kanan, tertarik
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus dextra tajam, kiri sulit dinilai.
Diafragma : Kiri sulit dinilai.
Hilus : Kiri sulit dinilai.
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal.
Kelainan : Gambaran opak pulmo sinistra sertinggi vertebra torakal 4.
 
Kesimpulan: Cor normal, Pulmo hilus normal, corakan bronkovaskuler
normal, Gambaran
opak pulmo sinistra sertinggi vertebra torakal 4.
Kesan : Efusi pleura sinistra setinggi vertebra torakal 4.
Trakea : Trakea
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus sinistra tajam, kiri tidak dapat dinilai.
Diafragma : Kanan sulit dinilai.
Hilus : Melebar
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal
Kelainan : Gamabran opak pulmo dextra setinggi vertebra torakal 6, meniscus
sign.
 
Kesimpulan: Cor normal, Pulmo hilus melebar, corakan bronkovaskuler normal,
terdapat
Gamabaran opak pulmo dextra seinggi vertebra torakal 6.
Kesan : Efusi pleura dextra.
ABSES PARU
DEFINISI
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba.
MANIFESTASI KLINIS

ANAMNESIS
Abses paru akut terjadi kurang dari 4-6 minggu. Pada minggu 1-3 ditandai dengan gejala awal
lemah badan, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, nyeri dada, baktuk kering
kemudian menjadi batuk purulent atau hingga berdarah yang berbau amis, keringat malam, dan
demam intermiten hingga 39,4oC atau lebih yang disertai dengan menggigil.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH


Leukositosis 10.000 – 30.000 sel/mm3
Shift to the left
Anemia
LED meningkat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bronkoskopi
Aspirasi jarum perkutan
PATOFISIOLOGI
INTERPRETASI
Trakea : Tidak ada deviasi.
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus tajam
Diafragma : Kanan lebih tinggi dari diafragma kiri,
Hilus : Normal
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal
Kelainan : Tampak rongga lusen berdinding tebal berbatas tegas, reguler, dengan air-
fluid level didalamnya.
 
Kesan : Abses paru pulmo dextra apeks.
Trakea : Tidak ada deviasi.
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus tajam
Diafragma : Kanan lebih tinggi dari diafragma kiri,
Hilus : Normal
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal.
Kelainan : Tampak rongga lusen berdinding tebal berbatas tegas,
reguler, dengan air-
fluid level didalamnya di lapar paru tengah.
 
Kesan : Abses paru dextra.
Trakea : Deviasi ke kanan, tertarik
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus tajam
Diafragma : Kanan lebih tinggi dari diafragma kiri,
Hilus : Normal
Corakan : Corakan bronkovaskuler meningkat
Kelainan : Tampak rongga lusen berdinding tebal berbatas tegas,
reguler, dengan air-
fluid level didalamnya di apeks paru kanan.
 

Kesan : Abses paru dextra.


Trakea : Deviasi ke kanan, tertarik
Jantung : Ukuran normal, aorta tidak melebar,
Sinus : Costophrenocus dan Cardiophrenicus tajam
Diafragma : Kanan lebih tinggi dari diafragma kiri,
Hilus : Normal
Corakan : Corakan bronkovaskuler normal
Kelainan : Tampak rongga lusen berdinding tebal berbatas tegas,
reguler, dengan air-
fluid level didalamnya. Pulmo sinistra.
 

Kesan : Abses pulmonal sinistra


TATALAKSANA
• ANTIBIOTIK
• DRAINASE ABSES

Anda mungkin juga menyukai