INJEKSI CEFOTAXIM
KELOMPOK 4
Dosen Pengampu:
Dr. apt. Gressy Novita, M.Farm
PREFORMULASI
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas formulasi
dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi.
Untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia
sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui
sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Monografi sediaan:
1. Nama Sediaan
Nama Generik : Injeksi Cefotaxime
Nama Dagang : Injeksi Cefofar Nama zat aktif : Sefotaxime Sodium / Cefotaxime Sodium
Struktur Molekul : C16H16N5NaO7S2
2. Kekuatan Sediaan BM: 477,45
Kekuatan sediaan : 1 g/vial Pemerian : Hampir putih atau kekuningan, bubuk kristal, sedikit
Volume sediaan : 10 ml (vial) higroskopis.
Jumlah sediaan : 1000 vial Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam metanol,
sangat sukar larut dalam etanol.
3. Zat Aktif dan Tambahan Titik Lebur : 162-163 °C (The United States Pharmacoppeial,
Cefotaxim Natrium 2004)
Natrium Benzoat pH Zat Aktif : 5 – 7,5
Aqua Pro Injeksi Struktur :
Stabilitas : Sediaan cefotaxime injeksi harus disimpan di bawah suhu 30 oC. Dan terlindung
dari cahaya.
Indikasi : Infeksi saluran nafas, THT, saluran kemih, sepsis, meningitis, sendi, kulit dan
jaringan lunak, intra abdominal, genital, bakterimia. Terapi profilaksis menjelang operasi pada
pasien dengan kekebalan menurun
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya. Ekivalensi terhadap NaCl:
0,12 (1%)
Metabolisme
FARMAKOKINETIK Cefotaxime akan dimetabolisme secara cepat di hepar
melalui proses deasetilasi. Kadar metabolit ini sudah
Absorpsi dapat terdeteksi di plasma 5 menit setelah pemberian
Cefotaxime biasanya diberikan secara intravena atau intramuskular obat. Metabolit ini dapat terdeteksi di darah dan urin.
Sekitar 10 menit setelah pemberian cefotaxime 15
dan diabsorpsi dengan cepat. Absorpsi melalui pemberian oral
mg/kg dosis tunggal IV, diasetil cefotaxime ditemukan
kurang baik sehingga sediaan oral tidak tersedia. Setelah pemberian
dengan jumlah 5 μg/mL. Metabolit ini memiliki
1 gram, konsentrasi rata-rata plasma adalah sekitar 20 mg/L untuk
spektrum antimikroba yang serupa dengan
pemberian intramuskular, 102 mg/L untuk pemberian intravena
setelah 2 – 5 menit, dan 27,9 mg/L setelah pemberian melalui infus cefotaxime, amun keaktifannya lebih rendah. Diasetil
selama 30 menit. Cefotaxime akan dimetabolisme kembali menjadi
bentuk yang inaktif terhadap mikroba.
Eliminasi
Distribusi Sefalosporin dieliminasi melalui sekresi tubular dan atau
Cefotaxime didistribusikan dengan baik di seluruh tubuh, termasuk di filtrasi glomerulus sehingga memerlukan penyesuaian
cairan serebrospinal sehingga dapat digunakan untuk meningitis. dosis pada pasien dengan gangguan ginjal. Setelah
Dalam keadaan normal, konsentrasi cefotaxime di cairan pemberian 1 g cefotaxime, rata-rata klirens plasma
serebrospinal lebih rendah dibandingkan di plasma, namun saat adalah 318 mL/menit/1,73 m2. Rata-rata waktu paruh
terjadi inflamasi cefotaxime akan menunjukkan difusi yang signifikan eliminasi untuk cefotaxime adalah 1,45 jam untuk
ke dalam cairan serebrospinal. Semua obat golongan sefalosporin, pemberian secara intramuskular, 1,06 jam untuk
termasuk cefotaxime dapat menembus plasenta. Sekitar 32 – 44% pemberian intravena bolus, dan 1,13 jam untuk
cefotaxime yang masuk akan berikatan dengan protein plasma. pemberian infus selama 30 menit. Selain melalui urin,
cefotaxime juga diekskresikan melalui feses. Dari total
obat yang diekskresikan melalui urin, sekitar 20 – 36%
dikeluarkan dalam bentuk yang tidak diubah, 15 – 25%
dalam bentuk metabolit deasetilasi, dan 20 – 25% dalam
bentuk inaktif lakton terbuka.
FARMAKODINAMIK
Cefotaxime akan berikatan dengan PBP 1a, 1b, dan 3. Ikatan antara
cefotaxime dengan PBP 1a dan 1b akan membuat bakteri lisis secara cepat
dan mati, sementara ikatan dengan PBP 3 akan membuat bakteri
mengalami filamentasi sebelum akhirnya mati.
Zat Tambahan
2. Perhitungan Tonisitas
• % cefotaxime
x 100% = 10,5%
• W Na Benzoat
x 100% = 0,5%
X gram =
X gram = 0,05 gram
• Perhitungan Ekivalen
0,9– 1,46% = -0,56%
Maka larutan bersifat hipertonis, tidak diperlukan penambahan NaCl .
Perhitungan untuk 1 batch (1000 vial)
• Cefotaxime Natrium 1g/10 ml x 1000 = 1000 g
• Natrium Benzoat x 1000 = 5 g
Alasan Pemilihan Bahan:
Cefotaxime Natrium :Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga yang memiliki aktivitas anti bakteri. Karena dilihat dari kelarutan Cefotaxime
Natrium yang mudah larut dalam air dan lebih stabil. Sediaan injeksi juga dapat
digunakan untuk pengobatan pada pasien yang tidak sadar.
Aqua p.i :Digunakan sebagai pembawa dan pelarut untuk Cefotaxime Sodium.
Dengan kelarutan cefotaxime juga mudah larut dalam air.
Teknik Pembuatan Injeksi Cefotaxime
1. Klasifikasi Ruangan di Industri Farmasi
Catatan:
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril. Kelas E adalah
kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril. Persyaratan lain untuk pembuatan
produk steril dirangkum pada Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
2. Penanganan Bahan Baku
1. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi
yang relevan
2. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi
keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan
dan tanggal daluwarsa bila ada.
3. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label
dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi
hendaklah tidak dipakai.
4. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah
dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
5. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi
6. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan tertentu,
pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis
yang diperkuat dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.
7. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu pengiriman berisi bahan
awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh
pemasok.
8. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh
kepala bagian Pengawasan Mutu.
9. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah memuat
keterangan paling sedikit sebagai berikut:
Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
Nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
Status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu;
10. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah
tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik.
11. Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada panas,
hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat;
12. Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui.
Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat
dilakukan.
13. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok, ditempatkan
terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
3. Penetapan Kadar Bahan Baku
1. Cefotaxim Natrium (FI Ed VI, Hal 1546-1547)
• Dapar Larutkan 7,1 g per L natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam 1000 mL air, atur
pH hingga 6,25 dengan penambahan asam fosfat P.
Larutan A Campuran Dapar-metanol P (86:14).
Larutan B Campuran Dapar-metanol P (60:40).
• Fase gerak buat variasi campuran Larutan A dan Larutan B. Lakukan seperti tertera
pada Sistem kromatografi.
• Larutan baku: Timbang saksama sejumlah Sefotaksim Natrium BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,8 mg per mL. Simpan
dalam lemari pendingin, gunakan dalam waktu 24 jam.
• Larutan sensitivitas: Pipet sejumlah Larutan baku, encerkan dengan Larutan A
hingga kadar lebih kurang 1,6 g per mL. Simpan dalam lemari pendingin, gunakan
dalam waktu 24 jam.
• Larutan uji: Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Larutan
A hingga kadar lebih kurang 0,8 mg per mL. Simpan dalam lemari pendingin,
gunakan dalam waktu 24 jam.
Sistem kromatografi: Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 235
nm dan kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 μm.
Pertahankan suhu kolom pada 30º, “autosampler” pada 4 º. Laju alir lebih kurang 1 mL
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
2. Natrium Benzoat
Timbang saksama lebih kurang 600 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL.
Tambahkan 100 mL asam asetat glasial P, aduk hingga larut sempurna, tambahkan 2
tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau.
Lakukan penetapan blangko.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 14,41 mg C7H5NaO2
4. Preparasi Bahan, Vial dan Stopper
5. Proses Produksi
6. Alat-Alat Yang Digunakan Untuk Proses Produksi
1. Autoklaf
Adalah alat pemanas tertutup yang dgunkan untuk mensterilisasi
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(1210C, 15lbs) selama kurang lebih 15 menit.
2. Laminar air flow
fungsi laminar air flow bukan hanya menyediakan tempat atau meja kerja
yang steril, bebas dari fungi, mikroba, bakteri, atau debu lainnya yang dapat
menyebabkan kontaminasi. Melainkan dengan menggunakan laminar air
flow diharapkan laboran atau pengguna bisa merasa aman dari paparan
bakteri atau mikro organisme yang mungkin saja berbahaya dan bisa
merusak bahan yang akan digunakan pada pengujian.
3. Uji Kebocoran
Tidak ada 1 vial pun yang bocor :
Methilenblue dilarutkan dalam 1 liter air pada beker glass.
Vial yang berisi serbuk cefotaxime dimasukkan ke dalam beaker,
Jika ada wadah yang bocor, larutan metilen blue akan masuk kedalam
sediaan sehingga serbuk dalam wadah akan berwarna biru
8. Evaluasi
In Process Control (IPC) untuk Produk Jadi
In Process Control (IPC) untuk Bagian Quality Control
4. Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk sediaan dan bahan baku yang sesuai farmakope yang dipersyaratkan
steril. Bahan padat untuk injeksi diambil sebanyak 20 wadah, masing-masing ± 300 mg dimasukkan
kedalam labu Erlenmayer steril 500 ml kemudian saring melalui membaran tambahkan media yang
sesuia, inkubasi tidak kurang dari 14 hari.
Hasil pengujian LAL dinyatakan negatif apabila tidak terbentuk secara perlahan-
lahan gel tidak terbentuk atau gel terbentuk jatuh saat dibalik, maka hasil pengujian
LAL dinyatakan negative.
Alur Registrasi Obat
Pra-Registrasi
Sistem aplikasi registrasi obat secara online ini (AeRO) mempunyai kelebihan, yaitu :
a. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan edar obat menjadi singkat. Misalnya
waktu pelayanan registrasi obat copy berkisar antara 150-200 hari kerja, diharapkan
dengan sistem e-Registrasi bisa memangkas waktu hingga di bawah 150 hari.
b. Pemohon tidak perlu datang sendiri ke BPOM dan bisa mengurangi man to man meeting
c. Berkurangnya pertemuan langsung antara pemohon dengan pejabat terkait diharapkan
bisa mengurangi potensi kecurangan dalam pemberian izin edar.
Alur Pengajuan Pra-registrasi Obat Copy
Gambar Alur Pre-Registrasi Secara Online Obat Copy (BPOM RI, 2011)
Pengemasan
Secara umum kemasan terbagi menjadi tiga yaitu kemasan primer, lemasan sekunder dan
kemasan tersier. kemasan primer merupakan kemasan yang secara langsung bersentuhan dengan
produk. Produk yang secara langsung menyentuh permukaan kemasan, maka disebut sebagai
kemasan primer. Kemasan sekunder yang melindungi kemasan primer. Jika kemasan primer
langsung menyentuh/mengontak produk, kemasan sekunder berfungsi untuk memberikan
perlindungan tambahan dari kemasan primer. Kemasan tersier merupakan bagian akhir dari
seluruh rangkaian proses pengemasan yang ada. Karena menjadi kemasan yang penggunaannya
untuk menggabungkan kemasan primer dan sukender, biasanya kemasan tersier terbuat dari
kardus, kayu, atau cardboard.
Pengemasan primer dilakukan di white area kelas A latar belakang B. Pengemasan sekunder
dan tersier dilakukan pada black area kelas E.
Kemasan
Pembagian zona wilayah ini dirumuskan oleh badan kesehatan dunia (World
Health Organization)WHO terdapat 4 zona, dan Indonesia masuk zona IVB
Zona Iklim Keterangan Rata-rata suhu pada udara Kondisi Pengujian
terbuka (0C) dan tekanan Suhu (0C) Kelembaban
uap parsial (hPa) (RH)
I Sedang ≤ 15 11 21 45
II Subtropis dan >15-22 11-18 25 60
mediterania
III Panas dan >22 ≤15 30 35
kering
IVA Panas dan >22 >15-27 30 65
lembab
IVB Panas dan >22 >27 30 75
sangat lembab
Pengujian Stabilitas Obat
mutlak dan hasil berupa garis lurus diekstrapolasisampai (masa edar) secara kuantitatif,dan tanggal tersebutlah
temperatur ruang digunakan untuk memperoleh pengukuran yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat
kestabilanobat pada kondisi penyimpanan biasa. yangnantinya harus dicantumkan dalam kemasan obat.
3. Paska Pemasaran
Studi stabilitas hendaklah dilakukan tiap tahun terhadap produk
yangdipasarkan. Studi tersebut hendaklah dilaksanakan pada 1 bets
dari tiap produk/tahun dan meliputi paling sedikit selama 12 bulan
untuk jangka waktuyang cukup mencakup masa simpan/edar yang
diusulkan.
THANK YOU