Melakukan jima’ atau hubungan suami istri saat haid itu membahayakan sehingga para suami tidak boleh
melakukan jima’ di tempat keluarnya haid hingga haid selesai dan kemudian istri bersuci.
Menjauhi tempat keluarnya haid diperintahkan karena itu merupakan tempat keluarnya darah kotor, yang
mana ketika proses tersebut organ reproduksi wanita mengalami pembengkakan dan perubahan hormon.
Mengingat sangat pentingnya pemahaman tentang permasalahan hukum diatas, sebagai wanita muslimah
sudah selayaknya mengetahui hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, buat kemaslahatan dirinya. Sebagai
contoh mendasar yaitu kaitannya dengan hukum-hukum Islam tentang haid yang berhubungan dengan Ilmu
Kedokteran. Hukum-hukum ini merupakan permasalahan hukum yang sangat penting untuk diketahui. Maka dari
itu perlu meneliti dan mengkaji yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita saat haid
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
1. Bagaimanakah pandangan Islam tentang i’tizal (menjauhi) istri yang sedang haid?
2. Bagaimanakah aspek mudharat menggauli istri yang sedang haid dalam perspektif kesehatan?
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
a. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap I’tizal (menjauhi) istri yang sedang haid.
b. Untuk mengetahui aspek mudharat menggauli istri yang sedang haid dalam perspektif
kesehatan.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
untuk memberikan pemahaman tentang I’tizal (menjauhi) istri yang sedang haid dalam
pandangan Islam, serta untuk mengetahui bagaimana aspek mudharat dalam perspektif
Pada waktu menstruasi, sumbatan lendir akan terlepas. Akibatnya saluran kelamin tidak memiliki pengaman.
Sehingga sangat rentan terhadap serangan kuman.
Meningkatkan resiko penyakit menular seksual dan endometriosis. Karena darah dan luruhan endometrium
terdorong masuk ke rongga perut dan tuba.
Dalam keadaan menstruasi pembuluh-pembuluh darah di dinding rahim terbuka. Sehingga sangat mudah
kuman-kuman masuk ke dalam rahim. Kuman-kuman tersebut tidak hanya masuk ke dalam rongga perut namun juga
ke seluruh tubuh melalui pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dan dengan cepat menyebar ke otak, ke ginjal, ke
jantung, sehingga dapat mengakibatkan infeksi ke seluruh tubuh, bahkan bisa menimbulkan kematian mendadak.
Saat proses haid berlangsung posisi rahim tersangkut sehingga menjadi lunak dan jika terbentur dengan benda
asing maka sangat dimungkinkan dapat menyebabkan luka dan infeksi pada genetelia interen. Sehingga terjadinya
perubahan anatomi fungsional tuba, bisa juga sebagai penyebab hamil di luar kandungan.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe studi kepustakaan (library research)
2. Tahap-Tahap Penelitian Kepustakaan
a. Mengumpulkan bahan-bahan penelitian.
b. Membaca bahan kepustakaan.
c. Membuat catatan penelitian.
d. Mengolah catatan penelitian.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebab sumber data maupun hasil penelitian dalam
penelitian kepustakaan (library research) berupa deskripsi kata-kata.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
Sumber data bersifat kepustakaan atau berasal dari berbagai literatur, di antaranya buku, jurnal, surat kabar,
dokumen pribadi dan lain sebagainya.
1. Sumber Primer
Buku yang menjadi objek dalam penelitian ini, yakni kitab berjudul Fiqhul Mar’ah karya Syekh Muhammad
Mutawalli. Penulis memilih kitab ini karena ada beberapa alasan. Pertama, penulis ingin mengungkapkan konsep
menjauhi istri sedang haid yang ada dalam kitab ini. Kedua, penulis ingin mencari relevansi antara menjauhi istri
sedang haid dalam Islam dan kesehatan. Ketiga, bahaya/ mudhorot bagi suami maupun istri berjima’ saat haid
dalam kesehatan.
2. Data Sumber Sekunder
Buku-buku lain yang mengkaji tentang konsep menjauhi istri yang sedang haid dalam Islam dan kesehatan
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
1. Analisis Konten
Penulis menggunakan teknik analisis data berupa analisis konten (content analysis) sebab jenis penelitian
ini adalah jenis penelitian kepustakaan, di mana sumber datanya adalah berupa buku, kitab dan dokumen-
dokumen maupun literatur dalam bentuk yang lain.
2. Analisis Induktif
Suatu analisis berdasarkan data yang didapat, kemudian dikembangkan pola hubungan tertentu atau
menjadi hipotesis, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang hingga hipotesis diterima dan
hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
3. Deskriptif Analitik
Suatu cara dengan menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara secara
bersama-sama maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
Sangat tidak dianjurkan berjima’ saat haid. Bukan hanya syariat Islam yang melarang dan mengharamkan
berjima’ saat istri sedang haid namun juga para ahli medis menganjurkan tidak berhubungan badan disaat haid
karena resiko yang sangat berbahaya bagi kesehatan pria dan wanita.
Syari’at (hukum/aturan) Islam yang tertuang dalam ayat yang disebutkan di atas merupakan pelopor ilmu
pengetahuan yang sedang meniti jalannya. Hal ini juga menunjukkan mukjizat dari ayat tersebut.
Hikmah menjauhi istri ketika haid adalah kesungguhan syara’ yang mengharuskan agar suami tidak mengusir
istri dan tetap mencintainya. Tidak diragukan lagi bahwa adanya darah haid merupakan faktor yang membuat orang
tidak mau, suami menjauhi istri dan membuat dia kurang tertarik bergaul.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
Yang dijadikan Allah SWT sebagai batas akhir larangan adalah kesucian, bukan berlalunya sehari-semalam,
ataupun tiga hari, ataupun lima belas hari. Hal ini menunjukkan bahwa illat (alasan) hukumnya adalah haid, yakni
ada atau tidaknya. Jadi, jika ada haid berlakulah hukum itu dan jika telah suci (usai haid) tidak berlaku lagi hukum-
hukum haid tersebut.
Logika atau qiyas yang benar dan umum sifatnya. Yakni, bahwa Allah SWT menerangkan illat (alasan) haid
sebagai kotoran. Maka manakala haid itu ada, berarti kotoran pun ada. Haid adalah haid dan kotoran adalah
kotoran. Maka manakala haid itu ada, berarti kotoran pun ada. Tidak ada perbedaan antara hari kedua dengan
hari pertama, antara hari ketiga dengan hari keempat. Dalam kedua hari tersebut terdapat illat yang sama. Jika
demikian, bagaimana mungkin dibedakan dalam hukum antara kedua hari itu, padahal keduanya sama dalam
illat.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
PENUTUP KESIMPULAN
Berjima’ dalam keadaan haid menurut hukum Islam adalah haram dan termasuk dosa besar. Kemudian dari
hasil analisis kesehatan bahwa jika hubungan seks dilakukan pada saat haid akan mengakibatkan penyakit
menular seksual, risiko infeksi, endometriosis dan kematian mendadak karena pada saat haid banyak sekali
pembuluh darah di dinding rahim terbuka. Bila ada kuman-kuman yang masuk, dengan sangat mudah kuman-
kuman tersebut akan masuk karena tidak ada lendir yang menghambatnya. Namun, hubungan seks pada saat
haid bukan saja berbahaya bagi perempuan akan tetapi berbahaya pula bagi laki-laki.
BAB - 1 BAB - 2 BAB - 3 BAB - 4 BAB- 5
Seorang istri muslimah yang sedang haid tidak diperkenankan bersetubuh selama hari-hari menjalankan masa
haidnya. Namun seorang suami pun tidak diperkenankan baginya melakukan jima’ dengan istrinya yang sedang haid.
Mengadakan hubungan seks atau berjima’ dengan istri yang sedang haid adalah haram dan termasuk di antara dosa-
dosa besar. Bagi suami yang melakukan persetubuhan dengan istrinya ketika haid wajib melakukan taubat,
beristighfar dan membayar kaffarah dengan menyedekahkan satu dinar atau setengah dinar. Berjima’ saat haid
dapat merugikan kesehatan kedua pasangan. Beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi akibat melakukan jima’
saat haid antara lain:
1. Penyakit Menular Seksual
2. Risiko Infeksi
3. Endometriosis
4. Sudden Death
Dari kenyataan di atas, maka suami haram baginya menyetubuhi istrinya dalam keadaan haid baik menurut
Hukum Islam dan Kesehatan.
TERIMA KASIH