Anda di halaman 1dari 37

LEPTOSPIROSIS

DEFINISI
• Suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikro organisme Leptospira interogans tanpa
memandang bentuk spesifik serotipenya.
• Bentuk yang beratnya dikenal sebagai Weil’s
disease.
• Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama
seperti: mud fever, sIime fever, swamp feve ,
autumnal fever, infectious jaundice, fieId fever,
cane cutter fever dan lain-lain.
• Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade
terakhir di beberapa negara telah menjadikan
leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang
termasuk the emerging infectious diseases
PENULARAN
• Kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang
telah terkontaminasi oleh urine binatang yang
telah terinfeksi leptospira.
• Infeksi tersebut ter.ladi jika terjadi luka/erosi
pada kulit ataupun selaput lendir.
• Gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi
leptospira,
• Kontak dengan kultur leptospira di
laboratorium.
PATOGENESIS
• Masuk dalam tubuh melalui kulit/selaput lendir  aliran
darah dan berkembang  menyebar ke seluruh jaringan
tubuh  respon imunologi seluler dan humoral  infeksi
dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik.
• Beberapa organisme yang bertahan misalnya dalam ginjal
(convulated tubules), bertahan, dilepaskan melalui urin (8 hr-
bbrp minggu, tahun)
• Kuman ini akan lenyap setelah terbentuk aglutinin.
• 3 mekanisme :
1. Invasi bakteri langsung
2. Faktor inflamasi non spesifik
3. Reaksi imunologi
PATOLOGI
• fase leptospiremia, melepaskan toksin  patologi pada
beberapa organ, kerusakan pada lapisan endotel kapiler.
• Pada leptospirosis terdapat perbedaan antara deraj at
gangguan Fungsi organ dengan kerusakan secara histologik:
Ringan : ginjal dan hati: kerusakan bukan pada struktur organ.
Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit,
limfosit dan sel plasma.
Berat : kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan
disfungsi hepatoselular dengan retensi bilier. Ke otak dan
mata, cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia 
meningitis.
• Organ-organ : ginjal, hati, otot dan pembuluh darah.
Kelainan spesifik
• Ginjal. Interstitial nefritis, infiltrasi sel MN. Gagal ginjal
terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan
nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal,
hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme.
• Hati : nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel
limfosit fokal dan proliferasi sel Kupfer dengan
kolestatis..
• Jantung. Epikardium, endokardium dan miokardium
dapat terlibat, dapat fokal atau difus berupa intersitital
edema dengan infiltrasi sel MN dan plasma.
• Otot rangka: lokal nekrotis, vakuolisasi dan kehilangan
striata. Nyeri otot disebabkan invasi langsung
leptospira.
• Mata: masuk ruang anterior selama fase
leptospiremia dan bertahan beberapa bulan
walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi
uveitis.
• Pembuluh darah: vaskulitisperdarahan:
perdarahan/pteki pada mukosa, permukaan serosa
dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.
• Susunan saraf pusat: meningitis, terjadi sewaktu
terbentuknya respon antibodi, tidak pada saat
memasuki CSS, diperantarai oleh mekanisme
imunologis, penebalan meningen dengan sedikit
peningkatan sel MN arakhnoid, meningitis aseptik,
biasanya paling sering disebabkan oleh L. canicola.
WEIL DISEASE
• Suatu leptospirosis berat: ikterus, perdarahan,
anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan
demam tipe kontinua.
• Penyebab weil disease adalah serotipe
icterohaemorragica pernah juga dilaporkan
oleh serotipe copenhageni dan bataviae.
• Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan
renal, hepatik atau disfungsi vaskular.
GAMBARAN KLINIS
• Masa inkubasi 2 -26 hari, biasanya 7 -13 hari
dan rata-rata 10 hari.
GAMBARAN KLINIS
Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas, yaitu :
1. Fase Leptospiraemia : adanya leptospira di dalam darah
dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba
dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa
sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis
dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti
dengan
• hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil,
juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai
mencret, penurunan kesadaran.
• Pada pemeriksaan keadaan sakit berat, bradikardi relatif,
dan ikterus.
GAMBARAN KLINIS
• Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva
suffusion dan fotofobia, rash yang berbentuk makular,
makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai
splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati.
• Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien
akan membaik, suhu akan kembali noflnal,
penyembuhan organ-organ yang terlibat dan fungsinya
kembali normal 3-6 minggu setelah onset.
• Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun
setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari,
setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut
fase kedua atau fase imun.
2. Fase lmun
• Peningkatan titer antibodi
• Demam yang mencapai suhu 40˚C + menggigil, lemah.
• Rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot
kaki terutama otot betis.
• Perdarahan: epistaksis
• Gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik
purpura, ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan
manifestasi perdarahan yang paling sering, Conjunctiva
injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan
tanda patognomosis untuk leptospirosis.
• Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini,
pleositosis pada CSS, tanda-tanda meningeal dapat menetap
dalam beberapa minggu, tetapi biasanya menghilang setelah
1-2 hari. Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urin.
DIAGNOSIS
• Datang dengan : meningitis, hepatitis, nefritis,
pneumonia, influenza, sindroma syok toksik,
demam yang tidak diketahui asalnya dan
diatetesis hemoragik, pankreatitis.
• Ax : riw pekerjaan risiko tinggi
• Gejala/keluhan : demam yang muncul
mendadak, sakit kepala tu bagian frontal,
nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau
muntah.
Pemeriksaan
• Fisik : Demam, bradikardia, nyeri tekan otot,
hepatomegali dan lain-lain.
• Lab : DL : lekositosis, normal atau sedikit
menurun disertai gambaran neutrofilia dan LED.
UL : proteinuria, leukosituria dan torak (cast).
• Organ hati terlibat, bilirubin direk  tanpa 
transaminase.
• BUN, Ureum dan kreatinin juga 
• Trombositopenia
• Diagnosa pasti : isolasi leptospira dari cairan
tubuh dan serologi.
• Kultur :
darah atau CCS segera pada awal gejala. (kultur
ganda, saat fase leptospiremia, belum diberi
antibiotik)
urine diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit.
• Serologi : Polymerase Chain Reaction (PCR),
silver stain atau Fluroscent antibodi stain, dan
mikroskop lapangan gelap.
PENGOBATAN
• Pengobatan suportif dengan observasi ketat
untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal
ginjal.
• Gangguan fungsi ginjal spontan, membaik
dengan membaiknya kondisi pasien, beberapa
butuhkan tindakan hemodialisa temporer.
• Antibiotik : secepat mungkin, dimulai 4 hari
setelah onset cukup efektif.
• Kasus berat : intra vena penisilin G amoksisliin,
ampisilin atau eritromisin dapat diberikan.
• Kasus ringan : oral tetrasiklin, doksisiklin,
ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosforin.
• Penisilin masih mempakan antibiotika pilihan
utama, (fase leptospiraemia)
• Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi
Jarisch-Herxherimer 4 - 6 jam setelah pemberian
intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas
anti leptospira.
PROGNOSIS
• Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal.
• Pada kasus dengan ikterus, angka kematian
5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada
usia lanjut mencapai 30-40%.
PENCEGAHAN
• Risiko tinggi : perlindungan berupa pakaian khusus
yang dapat melindunginya dari kontak dengan
bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan
kemih binatang reservoar‘
• Untuk risiko tinggi dengan paparan singkat :
Doksisiklin 200 mg perminggu.
• Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka
reservoar sudah lama direkomendasikan, tetapi
vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan

Anda mungkin juga menyukai