Anda di halaman 1dari 25

TYPHUS ABDOMINALIS

Definisi
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
typhosa, lesi definitif di plak Peyer, kelenjar
mesenterika dan limpa, disertai oleh gejala
demam yang berkepanjangan, sakit kepala
dan nyeri abdomen.
Epidemiologi

Infeksi berasal dari penderita atau seorang yang


secara klinik tampak sehat tetapi yang
mengandung kuman yang keluar bersama
faecesnya atau bersama kemih (carrier). Kuman-
kuman ini mengkontaminasi makanan, minuman
dan tangan. Lalat merupakan penyebar kuman
typhus terpenting, karena dari tempat kotor ia
dapat mengotori makanan.
Masa inkubasi (masa sejak terpapar oleh virus
sampai timbulnya gejala pertama) berkisar antara
1-3 minggu (rata-rata 10-14 hari)
Etiologi

Etiologi : Salmonella typhi


• Batang gram negatif
• Termasuk dalam famili Enterobacteriace

Faktor Risiko

• Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak


memenuhi syarat kesehatan
• Lingkungan yang kotor
• Daya tahan tubuh yang rendah
Patofisiologis

Salmonella typhi masuk ke dalam saluran


pencernaan melalui makanan dan atau minuman
yang tercemar.

Sebagian kuman akan mati akibat barier asam


lambung, tapi sebagian lagi akan lolos ke dalam
usus.

Sesampainya di usus, bakteri akan menembus


masuk ke dinding usus halus melalui kelenjar
yang disebut plak Peyer dan menimbulkan
peradangan di sana.
• Bakteri ini kemudian berkembang biak
dalam makrofag plak peyer tersebut.

• Lama-kelamaan plak Peyer yang


membesar akan menekan dinding usus
sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya
pecah.

• Akibatnya kuman akan tersebar melalui


darah (septikemi) ke seluruh organ tubuh.
• kuman-kuman
usus
kelenjar getah bening mesentarium [berproliferasi]
ductus thoracicus
peredaran darah
kuman-kuman musnah - endotoksinnya keluar
menyebabkan gejala-gejala penyakit.
Kelainan yang timbul pada jaringan limfoid usus dapat
dibagi atas beberapa tingkat :

Tingkat I :

Waktu inkubasi

• Proliferasi sel retikuloendotel yang mempunyai daya


fagosit dan membentuk sel-sel besar, mengandung
satu inti yang jelas (mononukleus) dan mempunyai
sitoplasma yang berlebihan berwarna merah
(eosinofil). Dalam sitoplasma sel-sel ini terdapat
kuman atau sisa-sisa jaringan nekrotik dan eritrosit
(erythrophagocytosis).
• Sel-sel ini disebut pula sel typhus. Akibat kerusakan
pada susuan retikuloendotel sumsum tulang dan
tempat hemopoiesis, maka pembentukan lekosit
berkurang.

• Pelebaran pembuluh darah (hiperemi) ; lekosit jarang.

• Bercak-bercak peyer dan lymphonoduli akibat


hiperemi dan hiperplasi tampak membengkak dan
menonjol di atas permukaan selaput lendir. Lamanya
1 minggu.
Tingkat II :

• Nekrosis daripada jaringan limfoid yang membengkak


itu dan mengeras seperti kerak dan disebut tingkat
keropeng.

Tingkat III :

• Keropeng yang terdiri atas jaringan limfoid nekrotik


dilepaskan, terjadilah tukak (ulkus). Tukak itu bertempat
pada bercak peyer dan berbentuk lonjong dan
memanjang menurut poros usus. Dasar tukak diliputi
fibrin yang mengandung lekosit dan jaringan nekrotik
dan secara mikroskopik tempat makrofag pada semua
lapisan usus.
Tingkat IV

Tingkat resolusi (pembersihan) atau penyembuhan, jika


terjadi perforasi.

• Tukak sembuh dengan regenerasi mukosa yang


sempurna tanpa parut dan tanpa stenosis.
Gejala dan Tanda Klinis

Gejala- Gejala :

• Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak


enak badan, nyeri yang tidak jelas, sakit
kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi,
lemas.

• Dalam beberapa hari sampai 1 minggu,


terjadi
kenaikan suhu badan yang bisa mencapai
lebih dari 40°C.
• Pada saat ini, sebuah tanda khas demam
tifoid yang disebut rose spots “bintik merah
muda” bisa terlihat, khususnya pada bagian
perut (abdomen). Tanda yang juga dapat
dijumpai pada daerah dada dan punggung ini
akan telihat memudar bila ditekan.
• Pada akhir minggu pertama, terjadi gejala-
gejala hematopoetik sebagai pembesaran
limpa (splenomegali), leukopenia dan
berkurangnya atau menghilangnya dari darah
sel-sel lekosit polinukleus dan eosinofil.
• Pada minggu kedua, suhu badan akan
mengalami remisi harian. Panas terutama
meningkat pada malam hari dengan perbedaan
temperatur lebih kurang ½ sampai 2°C dibanding
pagi hari. Bila demam sangat tinggi dapat terjadi
penurunan kesadaran dan penderita mengigau.

• Retensi urin sering terjadi.


Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :

• Bradikardi relatif (frekuensi denyut jantung relatif


lambat bila dibanding dengan tingkat kenaikan
suhu tubuh).

• Lidah tifoid (Awalnya merah di tengah dengan tepi


hiperemis dan bergetar, bila penyakit berat lidah
menjadi kering dan pecah-pecah serta berwarna
kecoklatan).
Perkusi abdomen: timpani

Palpasi abdomen: Nyeri tekan khususnya di fosa iliaka

Stupor

Bergumam

Delirium

Twitching otot-otot
Pada masa penyembuhan dapat terjadi :
• Anemia
• Kerontokan rambut

Pemeriksaan Laboratorium
• Pembiakan kuman dari darah penderita. Pembiakan akan
positif selama minggu pertama penyakit, yaitu pada saat-saat
terjadinya bakteriemi.
• Tes serologi Widal ialah percobaan terhadap antibodi, berupa
aglutinasi antigen-antibodi.
• Perhitungan lekosit merupakan cara penting bagi diagnosis
penyakit typhus, yaitu akan ditemukan lekopeni yang terutama
disebabkan menurunnya jumlah sel polinukleus dan sering
menghilangnya sel eosinofil.
• Pada minggu ke-3, kemih dapat mengandung kuman typhus.
Komplikasi

Komplikasi biasanya timbul pada minggu ke-3 atau ke-4 dan


terjadi pada ± 25% kasus yang tidak mendapatkan pengobatan.
Kematian sering mengikuti komplikasi ini. Komplikasi tersebut
antara lain :
• Gangguan metabolik
• Perdarahan saluran cerna
• Perforasi saluran cerna
• Peritonitis
• Hepatitis tifosa
• Pnemonia
• Ensefalopati tifosa
• Abses otak
• Meningitis
• Osteomielitis
• Endokarditis
• Abses pada berbagai organ
• Komplikasi yang paling sering terjadi dan berbahaya adalah
perdarahan dan perforasi saluran cerna. Turunnya suhu tubuh
secara drastis sering menjadi pertanda terjadinya komplikasi
tersebut.
Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul :


• Peningkatan suhu tubuh : hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit (bakterimia).
• Nyeri berhubungan dengan patofisiologis penyakit.
• Potensial terjadinya pendarahan intra abdominalis
berhubungan dengan lekopeni
• Gangguan pola eliminasi behubungan dengan
konstipasi
Penatalaksanaan
• Isolasi penderita (untuk mencegah
penularan)
• Tirah baring
• Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna.
Makanan sebaiknya tidak banyak
mengandung serat dan tidak merangsang
(seperti pedas dan asam)
• Masukan cairan harus cukup
• Kompres hangat bila terjadi panas tinggi
• Pembedahan kadang diperlukan bila
penggunaan obat-obatan dan dekompresi
usus gagal mengatasi perdarahan saluran
cerna yang berat. Tindakan tersebut juga
dibutuhkan bila terjadi perforasi usus.
Pencegahan

- Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan


- Pilih makanan yang telah diolah dan
disajikan dengan baik (memenuhi syarat
kesehatan)
- Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur
(harus sesuai standar pembuatan jamban yang
baik)
-Imunisasi
Typhus abdominalis

Anda mungkin juga menyukai