Anda di halaman 1dari 21

A.

Reproduksi pada Hewan


Perkembangbiakan hewan memiliki tujuan untuk melestarikan jenisnya terlebih lagi adalah
banyak hewan yang ada di Indonesia hampir di ambang kepunahan. Oleh sebab itulah
perkembangbiakan perlu dilakukan agar hewan tersebut tidak punah. Sebenarnya setiap
makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melestarikan jenisnya dengan cara berkembangbiak
hewan, namun seiring dengan campur tangan manusia banyak makhluk hidup yang tidak dapat
melestarikan jenisnya.

1. Reproduksi Secara Generatif


Perkembangbiakan dengan jenis ini akan membentuk individu baru dengan cara kawin yaitu
peleburan sel kelamin jantan dan juga sel kelamin betina. Berikut ini adalah jenis
perkembangbiakan yang masuk ke dalam jensi generative.
 
1. Vivipar atau Melahirkan.
Cara pertama yang bisa dilakukan oleh hewan untuk memperbanyak diri adalah dengan cara
melahirkan. Vivipar banyak dilakukan oleh hewan mamalia. Hewan yang berkembangbiak
dengan cara melahirkan, pertama kali dia akan mengalami pembuahan sel telur yang akan
dilakukan oleh sperma  di dalam tubuhnya atau rahimnya. Tidak hanya itu saja perkembangan
embrio ada di rahim hewan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan embrio akan terus
terjadi sampai saatnya embrio itu berubah menjadi bakal hewan yang dilahirkan di dunia ini.
 
Proses perkembangbiakan dengan cara melahirkan adalah sebagai berikut ini :

1.Sel sperma membuahi sel telur yang ada di induk betina.

2. Tumbuhlah embrio di dalam rahim si induk betina.

3. Induk betina akan mengalami masa kehamilan dimana embrio itu akan berubah menjadi
bakal janin hewan di dalam rahim induk betina.

4. Sama halnya dengan manusia, hewan yang mengandung dan melahirkan akan berbagi
makanan dengan janin yang ada di dalam rahimnya. Hal itu dikarenakan janin yang ada di dalam
rahim akan memperoleh makanan dari induknya. Apa yang induknya makan juga akan dimakan
oleh janin yang ada di dalam kandungan. Penghubung antara induk dengan janin yang ada di
dalam kandungan adalah plasenta.

5. Pertumbuhan janin pada hewan vivipar cenderung lambat, berbeda dengan pertumbuhan
janin hewan ovipar.

6. Anak hewan yang dilahirkan ke dunia nantinya akan memiliki sifat yang sama dengan
induknya begitupula dengan bentuk tubuh anak hewan yang dilahirkan sama persis dengan
induknya.
2. Hewan Bertelur atau Ovipar .
Berikut ini proses perkembangbiakan yang terjadi pada hewan bertelur :
1. Pertemuan sel kelamin jantan dan betina akan membentuk embrio di dalam cangkang telur.
2. Embrio akan tumbuh berada di luar induknya namun berada di dalam cangkang telur.
3. Embrio yang ada di dalam cangkang telur akan memperoleh makanan dari kuning telur yang
ada di dalam telur tersebut.
4. Embrio akan terus tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
5. Embrio yang ada di dalam telur akan tumbuh dengan waktu yang cepat dibandingkan dengan
embrio yang ada di dalam rahim hewan vivipar.
6. Embrio yang tumbuh di dalam cangkang telur akan membentuk tubuhnya sama dengan
indukannya.
7. Embrio yang ditetaskan tidak memiliki daun telinga seperti hewan vivipar.
8. Janin yang dikeluarkan oleh hewan ovipar juga tidak memiliki kelenjar susu sehingga individu
baru tersebut akan sama dengan induknya yang tidak bisa menyusui anaknya.
3. Bertelur Dan Melahirkan ( Ovovivipar ).

Berikut ini adalah proses hewan yang bertelur dan juga melahirkan :
1. Pembuahan yang dilakukan sel kelamin jantan terhadap sel kelamin betina menghasilkan
embrio yang ada di dalam tubuh induk betina.
2. Embrio tersebut tumbuh dan berkembang di dalam cangkang telur.
3. Embrio tersebut akan terus berkembang dan tumbuh di dalam dcangkang telur. Sama halnya
dengan hewan ovipar, makanan yang diperlukan oleh bakal janin itu ada pada kuning telur.
4. Makanan yang dibutuhkan oleh bakal janin itu tidak berasal dari induknya.
5. Saat tiba waktunya untuk dilahirkan, telur tersebut akan menetas. Setelah telur tersebut
menetas, anak hewan tersebut akan keluar dari tubuh induknya dan menjadi individu yang
baru.

2. Reproduksi Secara Vegetatif.


Perkembangbiakan secara tidak kawin akan dilakukan oleh hewan dengan tingkatan
rendah. Hal itu dikarenakan hewan tersebut memiliki struktur yang tidak sempurna
dibandingkan dengan hewan tingkat tinggi yang memiliki struktur tubuh yang sempurna.
Berikut ini adalah cara dan proses perkembangbkiakan hewan dengan cara vegetatif yang
harus diketahui :
1. Tunas.
Cara perkembangbiakan hewan yang pertama adalah dengan cara tunas. Hewan yang
berkembangbiak dengan cara tunas adalah hewan hydra.
 
Cara perkembangbiakan dengan cara tunas yang dilakukan oleh hewan adalah sebagai berikut
ini:
1. Hewan hydra akan berkembangbiak dengan cara membentuk tunas di dalam tubuhnya.
2. Tunas tersebut akan tumbuh dan juga berkembang dalam batasan ukuran tertentu.
3. Setelah dirasa cukup dewasa, tunas yang ada pada hewan itu akan melepaskan diri dari
induknya.
4. Setelah tunas memisahkan diri dari induknya, tunas itu akan membentuk individu yang baru.
2. Membelah Diri.
Perkembangbiakan secara vegetatif lainnya adalah membelah diri. Perkembangbiakan ini
biasanya terjadi pada hewan yang memiliki sel satu.
 
Berikut ini adalah cara pembelahan diri yang dilakukan oleh hewan yang memiliki sel satu :
1. Hewan bersel satu memiliki inti sel.
2. Inti sel pada hewan bersel satu itu akan membelah diri menjadi dua bagian.
3. Pembelahan dua bagian itu diikuti dengan pembelahan cairan dan juga dinding sel.
4. Setelah itu, muncullah dua sel individu baru.
5. Kedua hewan bersel satu itu akan hidup mandiri dan nantinya akan membelah diri lagi,
begitulah seterusnya.
3. Fragmentasi.
Fragmentasi merupakan perkembangbiakan yang akan dilakukan oleh kelompok hewan tingkat
rendah dengan memotong bagian tubuh tertentu untuk menghasilkan individu baru.
 
Cara perkembangbiakan dengan cara fragmentasi adalah sebagai berikut ini:
Hewan yang berkembangbiak dengan cara fragmentasi adalah cacing planaria.
Cacing ini adalah cacing pipih.
Cara perkembangbiakan cacing ini adalah ketika kita memotong bagian tubuh cacing ini,
bagian tubuh yang dipotong tersebut akan membentuk individu baru.
4. Sporulasi (Pembentukan Spora)

Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang


menghasilkan spora. Hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium
sp. Plamodium adalah protozoa bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria.
Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami dua fase, yaitu fase generatif dan fase vegetatif.
Fase generatif berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif
berlangsung di dalam tubuh penderita penyakit malaria.
B. Kawin Silang pada sapi
Kebijakan di bidang pembibitan tersebut harus bisa mendorong kemajuan di bidang
industri pembibitan di Negara kita, sehingga peternak terjamin dalam memperoleh bibit unggul
secara berkelanjutan sesuai jumlah, jenis dan kualitas genetik yang diperlukan. Cara yang biasa
dilakukan peternak  yatu  dengan menggunakan cara kawinsuntik atau inseminasi buatan.
Sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan pendapatan petani,  dan sebagai sumber
komoditas hasil peternakan.

Inseminasi buatan merupakan suatu alat yang ampuh yang bisa diciptakan oleh
manusia untuk meningkatkan jumlah dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Mozzes R. (1977), inseminasi buatan adalah terjemahan dari Artificial Insemination
(Inggris). Artificial artinya tiruan atau buatan, Inseminnation artinya pemasukan, penyampaian,
disposisi. Sedangkan semen merupakan cairan yang mengandung sel sel kelamin jantan yang
dikeluarkan melalui penis pada saat kopulasi. Jadi arti inseminasi buatan yaitu pemasukan
semen kedalam kelamin betina dengan memakai alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara
alami.
Kapan Waktunya Peternak Melaporkan Kepada Petugas Untuk Kawin Suntik Pada Ternak
Sapi
1.Jika masa birahi dimulai sebelum jam 9 pagi, perkawinan bisa dilaksanakan pada siang hari
sesudah jam 12 siang.

2. Jika birahi dimulai antara jam 9 pagi sampai dengan jam 12 siang, maka kawinkan sesudah
jam 5 sore.

3. Jika mulai tampak pada sore hari, kawinkan pada pagi hari esoknya.

4. Jika ternak yang telah dikawinkan masih memperlihatkan tanda birahi pada periode birahi
berikutnya supaya dikawinkan lagi.

Bagaimana Peternak Mengetahui Sapi Betina Birahi


Mempunyai cirri ciri sebagai berikut :
1. Selalu ribut dan gelisah dan mencoba menaiki temannya.
2. Alat kelaminnya kelihatan membesar, kemerahan, hangat dan mengeluarkan lendir.
3. Nafsu makan menurun.
4. Sapi kurang istirahat.
5. Ada cairan tak berwarna pada vulva.
6. Sapi berdiri mendekat dengan sapi yang lain untuk dinaiki.
Jenis Sapi Unggul Yang Bisa Disuntik Untuk Menghasilkan Sapi Unggul
1. Sapi Bali
2. Sapi unggul Brahman dari India
3. Sapi unggul Simental dan Limousin dari Eropa
4. Sapi unggul Perah Frishian Holland dari Belanda

Sapi hasil kawin suntik atau Imseminasi Buatan adalah keturunan sapi jantan unggul
sehingga jika dipelihara akan menjadi cepat besar, atau pertuumbuhan bobot badan harian
yang tinggi dan jika dijual harganya pun mahal.
Keuntungan Mengawinkan Sapi Dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Suntik
1.Meningkatkan angka kelahiran sapi, sehingga Jumlah atau populasi ternak terutama sapi
lebih cepat berkembang.

2. Memperbaiki kualitas genetik (perbaikan secara kualitatif dari sapi lokal).

3. Penghematan dalam penggunaan pejantan pemacek.

4. Terbukanya kesempatan untuk menggunakan bibit pejantan unggul secara lebih luas dan
dalam jangka waktu yang lebih lama.

5. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.

6. Bisa mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik.

7. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding).

8. Dengan peralatan dan teknologi yang baik dapat disimpan lama.

9. Semen beku masih bisa dipakai untuk beberapa tahun, sekalipun pejantannya telah mati.

10. Menghindari kecelakaan yang terjadi pada saat perkawinan karena pejantan terlalu
besar.
Berukut ini adalah Kerugian dari IB / Kawin Suntik Pada Ternak Sapi
1.Jika identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan
terjadi kebuntingan.

2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), jika semen beku yang digunakan berasal dari
pejantan dengan breed/turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina
keturunan/breed kecil;

3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan
yang sama dalam jangka waktu yang lama.

4. Bisa mengakibatkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).

Ada Beberapa hal yang sangat menentukan dalam pelaksanaan inseminasi buatan atau
kawin suntik adalah :
1. Perhatian peternak terhadap ternaknya pada saat ternaknya birahi serta tepat waktu
dalam pelaporan birahi kepada petugas IB
2. Ternak yang akan diinseminasi buatan itu sendiri.
3. Ketepatan pada pelaksanaan inseminasi buatan oleh petugas (Inseminator).
4. Bibit dan peralatan yang digunakan.
Penyakit dan Penyebab serta dampaknya Pada Sistem Reproduksi
Hewan.
 
1. Penyakit Brucellosis (Keluron Menular)
Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi,
kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit
ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia
menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disevut Demam Malta.
Brucella memiliki 2 macam antigen, antigen M dan antigen a. Brucella melitensis
memiliki lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A, sedangkan Brucella abortus dan
Brucella suis sebaliknya. Daya pengebalan akibat infeksi Brucella adalah rendah karena
antibodi tidak begitu berperan.
Pada kambing brucellosis hanya memperlihatkan gejala yang samar-samar. Kambing
kadang-kadang mengalami keguguran dalam 4 - 6 minggu terakhir dari kebuntingan. Kambing
jantan dapat memperlihatkan kebengkakan pada persendian atau testes.Pada sapi gejala
penyakit brucellosis yang dapat diamati adalah keguguran, biasanya terjadi padakebuntingan 5
- 8 bulan, kadang diikuti dengan kemajiran, Cairan janin berwarna keruh pada waktu terjadi
keguguran, kelenjar air susu tidak menunjukkan gejala-gejala klinik, walaupun di dalam air susu
terdapat bakteri Brucella, tetapi hal ini merupakan sumber penularan terhadap manusia. Pada
ternak jantan terjadi kebengkakan pada testes dan persendian lutut.
Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada vaksinasi dan tindakan sanitasi
dan tata laksana. Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitusisa-sisa abortusan yang bersifat
infeksius dihapushamakan. Fetus dan plasenta harus dibakar dan vagina apabila mengeluarkan
cairan harus diirigasi selama 1 minggu

Bahan bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : phenol,
kresol,amonium kwarterner, biocid dan lisol.Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan
betina yang mengalami kluron. Apabila seekor ternak pejantan mengawini ternak betina
tersebut, maka penis dan preputium dicuci dengan cairan pencuci hama. anak-anak ternak
yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang
bebas brucellosis. kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan
dihapushamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.
2. Vibriosis

Vibriosis pada sapi disebabkan oleh kuman Campylobacter fetus veneralis yang
mengakibatkan gangguan proses reproduksi. Sapi yang terserang penyakit ini umumnya
memperlihatkan rata-rata kawin berulang sebanyak 5 kali kawin alam (antara 5-25 kali), siklus
birahi menjadi lama dan tidak teratur (25-55 hari), lendir pada saat birahi terlihat keruh karena
pernanahan. Abortus terjadi pada umur 2-3 bulan kebuntingan. Penyakit ini menular hanya
melalui semen, yaitu melalui perkawinan alam atau inseminasi buatan (IB) dengan semen
tercemar.
Penularan dari betina terinfeksi ke betina sehat tidak pernah dilaporkan. Diagnosa
penyakit berdasarkan gejala klinis sulit dilakukan, tetapi adanya perpanjangan masa kawin
dan jarak beranak patut dicurigai adanya Vibriosis . Diagnosa penyakit dengan tepat dapat
dicapai melalui prosedur diagnostik, yaitu isolasi agen penyakit . Secara serologi penyakit
juga dapat didiagnosis melalui pendeteksian antigen dari cairan lendir saluran reproduksi 60
hari setelah perkawinan.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan menggunakan IB, atau pejantan yang
bebas Vibriosis. Vaksinasi dapat mencegah infeksi penyakit. Ternak jantan yang sakit dapat
diobati dan sembuh dengan menggunakan antibiotik seperti streptomisin dosis tinggi secara
subkutan disertai pemberian secara lokal pada sarung dan glands penis (pejantan), atau 1
gram streptomisin secara intrauterin setelah inseminasi untuk mencegah infeksi pada
hewan betina .
3. Leptospirosis

Leptospirosis pada sapi disebabkan oleh beberapa serovar kuman Leptospira


mengakibatkan gangguan proses reproduksi berupa abortus pada akhir trimester dari
kebuntingan, kemajiran, serta kelemahan pada anak yang dilahirkan. Pada sapi yang
terinfeksi akut, selain terjadi abortus, gejala yang terlihat berupa turunnya nafsu makan,
kehilangan berat badan, mastitis (dengan air susu yang sangat kental dan berwarna kuning
tua), demam, cairan urin berdarah .
4. Listeriosis
Kejadian Listeriosis pada sapi domestikasi sangat jarang, namun bila terserang
dapat mengakibatkan kerusakan pada otak dan membran selaput otak, serta mengakibatkan
abortus. Abortus terjadi pada 4-7 bulan umur kebuntingan . Cara penyebaran penyakit
melalui pakan atau air yang terkontaminasi, terutama tercemar oleh feses, cairan lendir
vaginal atau saluran pernafasan dari ternak domba yang terinfeksi .
Diagnosis terbaik adalah dengan mengisolasi agen penyakitnya. Pencegahan
dilakukan dengan memperhatikan sanitasi pakan dan air/lingkungan . Pengobatan hewan
sakit dilakukan dengan pemberian antibiotik penisilin dan tetrasiklin untuk mengurangi
tingkat kematian. Penyakit ini juga menular ke manusia akibat menangani abortusan, atau
minum susu segar dari hewan terinfeksi.

5. Bovine Trichomoniasis

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trichomonas fetus mengakibatkan abortus


pada umur kebuntingan muda, pyometra serta ternak menjadi steril .Gejala penyakit ini mirip
dengan infeksi Campylobacter fetus, namun lebih menonjol pada pyometra disertai
akumulasi nanah sehubungan dengan degenerasi fetus dalam uterus . Pada kelompok ternak
terjadi kejadian yang tinggi adanya cairan lendir bercampur nanah dari saluran
reproduksi.Diagnosis penyakit dilakukan, selain dengan memperhatikan gejala klinis, juga
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap protozoa dalam cairan lendir dari hewan betina
atau bilasan prepusium pejantan.
Pencegahan dilakukan dengan: bila pada kelompok ternak ditemukan penyakit ini,
maka pelaksanaan perkawinan pada betina lainnya diistirahatkan . Pemeriksaan pyometra
dilakukan, ternak yang sakit kemudian diberi antibiotik. Pejantan yang terinfeksi sebaiknya
dipotong . Pejantan dapat juga diobati dengan sodium iodide, acroflavin, dan bonoflavin
salep. Istirahat seksual bagi betina diikuti sekurang-kurangnya disarankan satu tahun.
Penggunaan vaksin pada hewan yang belum terinfeksi dapat dilakukan, tetapi tidak
efektifpada hewan yang telah terinfeksi.

6. Toxoplasmosis

Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Pada sapi betina Toxoplasmosis
mengakibatkan abortus pada akhir umur kebuntingan . Jika pedet sempat lahir maka terjadi
kelemahan atau kelahiran muda, disertai tertahannya plasenta.Diagnosis penyakit dilakukan
dengan mengisolasi agen penyakit atau pengujian serologis. Pemeriksaan mikroskopik dari
daerah nekrotik plasenta dapat memperlihatkan agen penyakit ini.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memutus siklus hidup dari Toxoplasma, yaitu
mencegah tertelannya oosit dari lingkungan yang tercemar (kotoran kucing terinfeksi) .
 
7. Bovine viral diarrhea (BVD)
Pada sapi, penyakit BVD disebabkan oleh virus bovine diarrhea . Penyakit ini menimbulkan 4
bentuk gejala klinis, yaitu:
1) bentuk subklinis, tidak terlihat gejala;
2) bentuk kronis, ada gejala tapi tidak jelas seperti berkurangnya nafsu makan, kelesuan,
diare ringan, pertumbuhan yang lamban;
3) bentuk akut, memperlihatkan diare profusa, demam, erosi pada saluran gastrointestinal ;
4) bentuk mukosa, paling berat, ditandai dengan gejala akut disertai adanya perlukaan pada
selaput lendir ruang mulut dan saluran
  Pencegahan penyakit dilakukan melalui mencegah kontak dengan hewan sakit
(memperlihatkan gejala klinis), lingkungan tercemar (terkena lendir hewan sakit),
menggunakan pejantan bebas BVD pada kawin alam, atau penggunaan semen bebas BVD
pada IB. Alternatif pencegahan penyakit adalah melakukan vaksinasi hewan terhadap virus
BVD. Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) Jika virus IBR menyerang sistem reproduksi sapi
betina, maka akan terlihat gejala klinis pustular vulvovaginitis profusa . Lendir bernanah dapat
terlihat keluar dari liang vulva. Sapi betina memperlihatkan kemajiran temporer. Sapi betina
yang terinfeksi virusn IBR, baik tipe pernafasan maupun vulvovaginitis, dapat berakibat pada
abortus fetus mulai 3 minggu sampai 3 bulan setelah mengalami infeksi. Tanda lainnya yang
umum adalah tertahannya plasenta. Pada sapi jantan, gejala klinis yang tampak adalah
perlukaan bernanah pada glands penis.
Pencegahan penyakit pada sapi betina dilakukan dengan mencegah kontak seksual
dengan pejantan terinfeksi, tidak menggunakan semen terinfeksi pada program IB, serta
mencegah kontak dengan hewan sakit IBR (lendir mukosa atau lingkungan tercemar virus IBR).
Vaksinasi cukup efektif untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.

8. Bluetongue

Pada sapi, penyakit Bluetongue mengakibatkan gejala klinis pada mulut dan kaki,
serta dapat mengakibatkan abortus (meskipun tidak selalu), kelemahan pedet atau pedet lahir
belum cukup umur. Hilangnya koordinasi otot serta kebutaan juga dapat terjadi akibat infeksi
penyakit ini. Diagnosis penyakit dilakukan dengan mengisolasi agen penyakitnya, atau
pemeriksaan antibodi dalam serum berpasangan (sebelum dan setelah terjadi infksi penyakit).
Penularan terjadi melalui perantara nyamuk Culicoides yang menghisap darah hewan sakit
atau karier.
Penularan penyakit melalui kontak seksual. Strategi Alternatif Pengendalian Penyakit
Reproduksi Menular untuk Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Potong dengan pejantan
terinfeksi atau semen terinfeksi pada program IB adalah sangat memungkinkan.
Cara pencegahan penyakit adalah dengan melakukan vaksinasi, mencegah perkawinan alam
dengan pejantan terinfeksi, serta menghindari penggunaan semen terinfeksi pada program IB.
9. Mikosis

Gangguan reproduksi ternak sapi yang diakibatkan oleh infeksi kapang, utamanya
adalah Aspergillus fumigatus, A. absidia dan A. mucor. Hal ini terbukti dengan adanya kapang
tersebut pada fetus yang diaborsikan (membran fetus atau isi perut fetus). Abortus akibat
infeksi kapang terjadi pada pertengahan atau akhir umur kebuntingan. Infeksi pada ternak
sapi terjadi karena temak menelan/menghirup spora dari pakan yang berjamur.

Cara pencegahannya adalah dengan menghindarkan sapi dari pakan berjamur. Cara
penyimpanan pakan yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan
penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai