3. Induk betina akan mengalami masa kehamilan dimana embrio itu akan berubah menjadi
bakal janin hewan di dalam rahim induk betina.
4. Sama halnya dengan manusia, hewan yang mengandung dan melahirkan akan berbagi
makanan dengan janin yang ada di dalam rahimnya. Hal itu dikarenakan janin yang ada di dalam
rahim akan memperoleh makanan dari induknya. Apa yang induknya makan juga akan dimakan
oleh janin yang ada di dalam kandungan. Penghubung antara induk dengan janin yang ada di
dalam kandungan adalah plasenta.
5. Pertumbuhan janin pada hewan vivipar cenderung lambat, berbeda dengan pertumbuhan
janin hewan ovipar.
6. Anak hewan yang dilahirkan ke dunia nantinya akan memiliki sifat yang sama dengan
induknya begitupula dengan bentuk tubuh anak hewan yang dilahirkan sama persis dengan
induknya.
2. Hewan Bertelur atau Ovipar .
Berikut ini proses perkembangbiakan yang terjadi pada hewan bertelur :
1. Pertemuan sel kelamin jantan dan betina akan membentuk embrio di dalam cangkang telur.
2. Embrio akan tumbuh berada di luar induknya namun berada di dalam cangkang telur.
3. Embrio yang ada di dalam cangkang telur akan memperoleh makanan dari kuning telur yang
ada di dalam telur tersebut.
4. Embrio akan terus tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
5. Embrio yang ada di dalam telur akan tumbuh dengan waktu yang cepat dibandingkan dengan
embrio yang ada di dalam rahim hewan vivipar.
6. Embrio yang tumbuh di dalam cangkang telur akan membentuk tubuhnya sama dengan
indukannya.
7. Embrio yang ditetaskan tidak memiliki daun telinga seperti hewan vivipar.
8. Janin yang dikeluarkan oleh hewan ovipar juga tidak memiliki kelenjar susu sehingga individu
baru tersebut akan sama dengan induknya yang tidak bisa menyusui anaknya.
3. Bertelur Dan Melahirkan ( Ovovivipar ).
Berikut ini adalah proses hewan yang bertelur dan juga melahirkan :
1. Pembuahan yang dilakukan sel kelamin jantan terhadap sel kelamin betina menghasilkan
embrio yang ada di dalam tubuh induk betina.
2. Embrio tersebut tumbuh dan berkembang di dalam cangkang telur.
3. Embrio tersebut akan terus berkembang dan tumbuh di dalam dcangkang telur. Sama halnya
dengan hewan ovipar, makanan yang diperlukan oleh bakal janin itu ada pada kuning telur.
4. Makanan yang dibutuhkan oleh bakal janin itu tidak berasal dari induknya.
5. Saat tiba waktunya untuk dilahirkan, telur tersebut akan menetas. Setelah telur tersebut
menetas, anak hewan tersebut akan keluar dari tubuh induknya dan menjadi individu yang
baru.
Inseminasi buatan merupakan suatu alat yang ampuh yang bisa diciptakan oleh
manusia untuk meningkatkan jumlah dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Mozzes R. (1977), inseminasi buatan adalah terjemahan dari Artificial Insemination
(Inggris). Artificial artinya tiruan atau buatan, Inseminnation artinya pemasukan, penyampaian,
disposisi. Sedangkan semen merupakan cairan yang mengandung sel sel kelamin jantan yang
dikeluarkan melalui penis pada saat kopulasi. Jadi arti inseminasi buatan yaitu pemasukan
semen kedalam kelamin betina dengan memakai alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara
alami.
Kapan Waktunya Peternak Melaporkan Kepada Petugas Untuk Kawin Suntik Pada Ternak
Sapi
1.Jika masa birahi dimulai sebelum jam 9 pagi, perkawinan bisa dilaksanakan pada siang hari
sesudah jam 12 siang.
2. Jika birahi dimulai antara jam 9 pagi sampai dengan jam 12 siang, maka kawinkan sesudah
jam 5 sore.
3. Jika mulai tampak pada sore hari, kawinkan pada pagi hari esoknya.
4. Jika ternak yang telah dikawinkan masih memperlihatkan tanda birahi pada periode birahi
berikutnya supaya dikawinkan lagi.
Sapi hasil kawin suntik atau Imseminasi Buatan adalah keturunan sapi jantan unggul
sehingga jika dipelihara akan menjadi cepat besar, atau pertuumbuhan bobot badan harian
yang tinggi dan jika dijual harganya pun mahal.
Keuntungan Mengawinkan Sapi Dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Suntik
1.Meningkatkan angka kelahiran sapi, sehingga Jumlah atau populasi ternak terutama sapi
lebih cepat berkembang.
4. Terbukanya kesempatan untuk menggunakan bibit pejantan unggul secara lebih luas dan
dalam jangka waktu yang lebih lama.
9. Semen beku masih bisa dipakai untuk beberapa tahun, sekalipun pejantannya telah mati.
10. Menghindari kecelakaan yang terjadi pada saat perkawinan karena pejantan terlalu
besar.
Berukut ini adalah Kerugian dari IB / Kawin Suntik Pada Ternak Sapi
1.Jika identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan
terjadi kebuntingan.
2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), jika semen beku yang digunakan berasal dari
pejantan dengan breed/turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina
keturunan/breed kecil;
3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan
yang sama dalam jangka waktu yang lama.
4. Bisa mengakibatkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Ada Beberapa hal yang sangat menentukan dalam pelaksanaan inseminasi buatan atau
kawin suntik adalah :
1. Perhatian peternak terhadap ternaknya pada saat ternaknya birahi serta tepat waktu
dalam pelaporan birahi kepada petugas IB
2. Ternak yang akan diinseminasi buatan itu sendiri.
3. Ketepatan pada pelaksanaan inseminasi buatan oleh petugas (Inseminator).
4. Bibit dan peralatan yang digunakan.
Penyakit dan Penyebab serta dampaknya Pada Sistem Reproduksi
Hewan.
1. Penyakit Brucellosis (Keluron Menular)
Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi,
kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit
ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia
menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disevut Demam Malta.
Brucella memiliki 2 macam antigen, antigen M dan antigen a. Brucella melitensis
memiliki lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A, sedangkan Brucella abortus dan
Brucella suis sebaliknya. Daya pengebalan akibat infeksi Brucella adalah rendah karena
antibodi tidak begitu berperan.
Pada kambing brucellosis hanya memperlihatkan gejala yang samar-samar. Kambing
kadang-kadang mengalami keguguran dalam 4 - 6 minggu terakhir dari kebuntingan. Kambing
jantan dapat memperlihatkan kebengkakan pada persendian atau testes.Pada sapi gejala
penyakit brucellosis yang dapat diamati adalah keguguran, biasanya terjadi padakebuntingan 5
- 8 bulan, kadang diikuti dengan kemajiran, Cairan janin berwarna keruh pada waktu terjadi
keguguran, kelenjar air susu tidak menunjukkan gejala-gejala klinik, walaupun di dalam air susu
terdapat bakteri Brucella, tetapi hal ini merupakan sumber penularan terhadap manusia. Pada
ternak jantan terjadi kebengkakan pada testes dan persendian lutut.
Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada vaksinasi dan tindakan sanitasi
dan tata laksana. Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitusisa-sisa abortusan yang bersifat
infeksius dihapushamakan. Fetus dan plasenta harus dibakar dan vagina apabila mengeluarkan
cairan harus diirigasi selama 1 minggu
Bahan bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : phenol,
kresol,amonium kwarterner, biocid dan lisol.Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan
betina yang mengalami kluron. Apabila seekor ternak pejantan mengawini ternak betina
tersebut, maka penis dan preputium dicuci dengan cairan pencuci hama. anak-anak ternak
yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang
bebas brucellosis. kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan
dihapushamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.
2. Vibriosis
Vibriosis pada sapi disebabkan oleh kuman Campylobacter fetus veneralis yang
mengakibatkan gangguan proses reproduksi. Sapi yang terserang penyakit ini umumnya
memperlihatkan rata-rata kawin berulang sebanyak 5 kali kawin alam (antara 5-25 kali), siklus
birahi menjadi lama dan tidak teratur (25-55 hari), lendir pada saat birahi terlihat keruh karena
pernanahan. Abortus terjadi pada umur 2-3 bulan kebuntingan. Penyakit ini menular hanya
melalui semen, yaitu melalui perkawinan alam atau inseminasi buatan (IB) dengan semen
tercemar.
Penularan dari betina terinfeksi ke betina sehat tidak pernah dilaporkan. Diagnosa
penyakit berdasarkan gejala klinis sulit dilakukan, tetapi adanya perpanjangan masa kawin
dan jarak beranak patut dicurigai adanya Vibriosis . Diagnosa penyakit dengan tepat dapat
dicapai melalui prosedur diagnostik, yaitu isolasi agen penyakit . Secara serologi penyakit
juga dapat didiagnosis melalui pendeteksian antigen dari cairan lendir saluran reproduksi 60
hari setelah perkawinan.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan menggunakan IB, atau pejantan yang
bebas Vibriosis. Vaksinasi dapat mencegah infeksi penyakit. Ternak jantan yang sakit dapat
diobati dan sembuh dengan menggunakan antibiotik seperti streptomisin dosis tinggi secara
subkutan disertai pemberian secara lokal pada sarung dan glands penis (pejantan), atau 1
gram streptomisin secara intrauterin setelah inseminasi untuk mencegah infeksi pada
hewan betina .
3. Leptospirosis
5. Bovine Trichomoniasis
6. Toxoplasmosis
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Pada sapi betina Toxoplasmosis
mengakibatkan abortus pada akhir umur kebuntingan . Jika pedet sempat lahir maka terjadi
kelemahan atau kelahiran muda, disertai tertahannya plasenta.Diagnosis penyakit dilakukan
dengan mengisolasi agen penyakit atau pengujian serologis. Pemeriksaan mikroskopik dari
daerah nekrotik plasenta dapat memperlihatkan agen penyakit ini.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memutus siklus hidup dari Toxoplasma, yaitu
mencegah tertelannya oosit dari lingkungan yang tercemar (kotoran kucing terinfeksi) .
7. Bovine viral diarrhea (BVD)
Pada sapi, penyakit BVD disebabkan oleh virus bovine diarrhea . Penyakit ini menimbulkan 4
bentuk gejala klinis, yaitu:
1) bentuk subklinis, tidak terlihat gejala;
2) bentuk kronis, ada gejala tapi tidak jelas seperti berkurangnya nafsu makan, kelesuan,
diare ringan, pertumbuhan yang lamban;
3) bentuk akut, memperlihatkan diare profusa, demam, erosi pada saluran gastrointestinal ;
4) bentuk mukosa, paling berat, ditandai dengan gejala akut disertai adanya perlukaan pada
selaput lendir ruang mulut dan saluran
Pencegahan penyakit dilakukan melalui mencegah kontak dengan hewan sakit
(memperlihatkan gejala klinis), lingkungan tercemar (terkena lendir hewan sakit),
menggunakan pejantan bebas BVD pada kawin alam, atau penggunaan semen bebas BVD
pada IB. Alternatif pencegahan penyakit adalah melakukan vaksinasi hewan terhadap virus
BVD. Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) Jika virus IBR menyerang sistem reproduksi sapi
betina, maka akan terlihat gejala klinis pustular vulvovaginitis profusa . Lendir bernanah dapat
terlihat keluar dari liang vulva. Sapi betina memperlihatkan kemajiran temporer. Sapi betina
yang terinfeksi virusn IBR, baik tipe pernafasan maupun vulvovaginitis, dapat berakibat pada
abortus fetus mulai 3 minggu sampai 3 bulan setelah mengalami infeksi. Tanda lainnya yang
umum adalah tertahannya plasenta. Pada sapi jantan, gejala klinis yang tampak adalah
perlukaan bernanah pada glands penis.
Pencegahan penyakit pada sapi betina dilakukan dengan mencegah kontak seksual
dengan pejantan terinfeksi, tidak menggunakan semen terinfeksi pada program IB, serta
mencegah kontak dengan hewan sakit IBR (lendir mukosa atau lingkungan tercemar virus IBR).
Vaksinasi cukup efektif untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.
8. Bluetongue
Pada sapi, penyakit Bluetongue mengakibatkan gejala klinis pada mulut dan kaki,
serta dapat mengakibatkan abortus (meskipun tidak selalu), kelemahan pedet atau pedet lahir
belum cukup umur. Hilangnya koordinasi otot serta kebutaan juga dapat terjadi akibat infeksi
penyakit ini. Diagnosis penyakit dilakukan dengan mengisolasi agen penyakitnya, atau
pemeriksaan antibodi dalam serum berpasangan (sebelum dan setelah terjadi infksi penyakit).
Penularan terjadi melalui perantara nyamuk Culicoides yang menghisap darah hewan sakit
atau karier.
Penularan penyakit melalui kontak seksual. Strategi Alternatif Pengendalian Penyakit
Reproduksi Menular untuk Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Potong dengan pejantan
terinfeksi atau semen terinfeksi pada program IB adalah sangat memungkinkan.
Cara pencegahan penyakit adalah dengan melakukan vaksinasi, mencegah perkawinan alam
dengan pejantan terinfeksi, serta menghindari penggunaan semen terinfeksi pada program IB.
9. Mikosis
Gangguan reproduksi ternak sapi yang diakibatkan oleh infeksi kapang, utamanya
adalah Aspergillus fumigatus, A. absidia dan A. mucor. Hal ini terbukti dengan adanya kapang
tersebut pada fetus yang diaborsikan (membran fetus atau isi perut fetus). Abortus akibat
infeksi kapang terjadi pada pertengahan atau akhir umur kebuntingan. Infeksi pada ternak
sapi terjadi karena temak menelan/menghirup spora dari pakan yang berjamur.
Cara pencegahannya adalah dengan menghindarkan sapi dari pakan berjamur. Cara
penyimpanan pakan yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan
penyakit ini.