● Jihan Safira
● Naila Zamari Ramadhina
● Nor Padli
● Muhammad Zidan Zikrie Pramudya
● Rahmasari
● Triana Sulistyani
PENDAHULUAN
Peristiwa Andi Azis adalah upaya pemberontakan yang dilakukan oleh Andi Azis, seorang
mantan perwira KNIL, yang berusaha untuk mempertahankan keberadaan Negara Indonesia
Timur dan enggan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Andi Azis, para
perwira APRIS (ABRI) (dari kalangan mantan anggota KNIL) harus bertanggung jawab terhadap
gangguan keamanan di wilayah Negara Indonesia Timur yang menurutnya didalangi oleh
pemerintah.
Latar belakang
1. Tuntutan bahwa keamanan Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab dari
pasukan bekas KNIL saja.
2
Pemberontakan ini terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 5 April 1950.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Andi Azis, seorang mantan perwira tentara Hindia
Belanda, KNIL. Gerakan ini diawali dengan kegiatan pasukan APRIS (ABRI) yang diganggu oleh
KL/KNIL dan kerap kali melakukan provokasi serta konflik dengan pasukan APRIS.
Pertempuran keduanya meletus pada tanggal 5 Agustus 1950. Tentara KL/KNIL berhasil
ditaklukkan oleh APRIS dengan mengerahkan seluruh kekuatan pasukan dari angkatan darat,
laut, dan udara.
Upaya pemerintah
Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah membuat ultimatum yang meminta Andi Azis agar
segera datang ke Jakarta. Karena, apabila beliau tidak mengindahkan ultimatum tersebut, maka
Kapal Angkatan Laut Hang Tuah akan mem-bom kota Makassar. Selain itu, ultimatum
pemerintah tersebut juga meminta agar Andi Azis mempertanggungjawabkan perbuatannya
dalam waktu 4 x 24 jam, tetapi ultimatum tersebut tetap juga tidak diindahkan. Setelah batas
waktu terlewati, pemerintah mengirimkan pasukan di bawah Kolonel Alex Kawilarang. Dan
akhirnya, pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis datang ke Jakarta dengan perjanjian dari Sri
Sultan Hamengkubuwono IX bahwa beliau tidak akan ditangkap. Namun, ketika Andi Azis
datang ke Jakarta, beliau justru langsung ditangkap.