Anda di halaman 1dari 51

KELOMPOK 6

1. Febry Caesariyanto Caesar


2. Afifah Nur
3. Syifa Chairunnisa
4. Arfini Mertia. M
5. Amir Ahnaf Falih Harahap
6. Muhammad Idham Lubis
7. Muhammad Adryan Koto
8. Refi Syifa Ghinanda
9. Afifah Mardhatillah
10. Amirah
11. Shinta Putri Simehate
12. Syarina Syafira
Modul 1
Penyakit tropis, Global dan Penyakit karantina
Skenario 1 Mencari solusi yang tepat
Dokter di Puskesmas Pulo sedang menyusun program terkait banyaknya kasus yang muncul selama 1
bulan terakhir, banyak ditemukannya kasus diare pada anak anak dan juga kasus keracunan pestisida.
Hasil survey dari bagian promosi kesehatan di puskesmas menunjukkan hasil yang kurang baik meliputi
kondisi rumah sehat, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, sumber air bersih, kurang
tersedianya jamban, dan kebiasaan petani yang tidak menggunakan APD saat penggunaan pestisida.
Puskesmas yang berada dekat pelabuhan laut ini, juga berperan aktif bersama dengan kantor kesehatan
pelabuhan setempat juga terlibat dengan pengawasan penyakit karantina di pelabuhan. Pemerintah sudah
memiliki standar pengawasan dan pengelolaan bagi penyakit-penyakit karantina.
Bagaimana saudara menjelaskan berbagai faktor lingkungan kasus di atas
dengan terjadinya penyakit serta pengelolaannya?
JUMP I
1 Penyakit Tropis 3 Penyakit Karantina
Penyakit yang umumnya terjadi di daerah Suatu kondisi patologis berupa penyakit
tropis atau dikenal dengan kondisi daerah menular yang membutuhkan karantina yang
yang memiliki kondisi panas dan lembab , umumnya dilakukan pada orang-orang atau
bisa disebabkan oleh infeksi virus dan kelompok yang tidak memiliki gejala tetapi
parasit. Penyakit yg lazim terjadi saat terkena penyakit.
52%malaria,
kemarau dan hujan (penyakit 34%
DBD)
2 Penyakit Global 4 Pestisida
Penyakit yang terjadi akibat adanya Substansi atau campuran substansi yg
sebaran kuman pathogen baik dari ditujukan untuk mencegah, menghancurkan
hewan atau manusia yang tingkat atau mengendalikan hama.
kejadiannya meliputi beberapa negara
baik negara berkembang maupun
negara maju
JUMP II & III
1) Mengapa banyak kasus yang muncul 2) Apa ada hubungan kasus Diare dg pola
selama 1 bulan terakhir di Puskesmas hidup di scenario?
Pulo?
• PHBS kurang baik Ada terdapat hubungan.
• akibat permasalah di faktor predisposisi Seperti faktor lingkungan, faktor demografi,
(tingkat pengetahuan), faktor pemungkin faktor prilaku. Ditinjau dari scenario seperti
(fasilitas), dan faktor penguat (promosi kondisi rumah yg kurang sehat, pengelolaan
PHBS kurang adekuat). sampah, saluran pembuangan air limbah,
• Sanitasi dan perilaku kebersihan yang sumber air bersih, kurang tersedianya jamban
buruk serta air minum yang tidak aman (Diare oleh karena faktor lingkungan), dan
kebiasaan petani yang tidak menggunakan
APD saat penggunaan pestisida . Dapat pula
menyebabkan penyebaran penyakit tersebut.
JUMP II & III
3) Bagaimana gejala keracunan pestisida 4) Bagaimana program terkait diare dan
serta cara Diagnosa keracunan pestisida? keracunan pestisida pada anak?
- Gejala awal : mual/ rasa penuh di perut, Strategi pengendalian penyakit diare yang
muntah, rasa lemas, sakit kepala, gangguan dilaksanakan
penglihatan pemerintah adalah :
- Gejala lanjutan : keluar ludah yang 1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare
berlebihan, keluar sekret berlebihan di hidung, yang standar di sarana kesehatan melalui lima
kejang usus dan diare, keringat berlebih, langkah
kelemaha yang disertai sesak nafas tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
- Gejala sentral : sukar bicara, 2. Meningkatkan tata laksana penderita diare
kebingungan, hilangnya reflex, kejang dan di rumah tangga yang tepat dan benar.
koma, kematian 3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan
KLB diare.
Lihat gejala pestisida, anamnesis riwayat 4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan
paparan pestisida, px. tanda vital pasien, yang efektif.
stabilisasi pasien jika mengalami keadaan 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
gawat darurat, px. penunjang (EKG, foto .
rontgen, gastroskopi, bronkoskopi).
JUMP II & III
5) Apa jenis toksisitas dari keracunan 6) Tindakan apa yang seharusnya dilakukan
pestisida? untuk usaha kesehatan masyarakat yang
Organoklorin (mual, sakit kepala tak menitik beratkan pada pengawasan faktor
berkonsentrasi- kejang, muntah dan hambatan lingkungan (Sanitasi) pada Puskesmas
pernafasan) Pulo?
• Penyediaan Air Bersih
Organofosfat (Sakit kepala, pusing, lemah, • Pembuangan kotoran Manusia
pupil mengecil, gangguan penglihatan) • Pengelolaan Pembuangan Sampah
Carbamat (reaksi kholinergik berlangsung • Pembuangan Air Limbah
selama 6 jam) • Sanitasi Makanan
• Perumahan Sehat
• Pengawasan Vektor
JUMP II & III
7 Bagaimana indikasi rumah sehat, jamban, pengelolaan sampah, dan pembuangan air
limbah ?
Rumah sehat: Jamban sehat:
• Atap berplafon • Bangunan tersebut memiliki ventilasi sehingga terjadi
• Dinding permanen pertukaran udara dan sinar matahari dapat masuk
(tembok/papan) • Tidak menjadi sarang serangga
• Jenis lantai bukan tanah • Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak
• Tersedia jendela sedap
• Ventilasi cukup • Tersedia alat pembersih (air) yang cukup
• Pencahayaan alami cukup • Lubang resapan sekurang-kurangnya 10m dari sumber air
• Tidak padat huni (lebih • Bentuk leher angsa, lantai pijakan kuat, dan lantai tersebut
sama dengan 8m2/orang). tidak licin
• Tidak mengkontaminasi sumber air tanah
• Tidak mengkontaminasi air permukaan
• Tidak dapat dicapai lalat atau binatang lain
• Terlindung dari penglihatan orang lain dan tidak berbau.
JUMP II & III
7) Bagaimana indikasi rumah sehat, jamban, pengelolaa sampah, dan pembuangan air
limbah ?
Pengelolaan sampah : Pembuangan air limbah:
Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah • Tidak mengotori sumber air
• Tidak mencemari permukaan
Pengumpulan sampah menjadi tanggung tanah
jawab dari masing-masing rumah tangga • Tidak menjadi tempat
atau institusi yang menghasilkan sampah. berkembangbiaknya vector
Oleh sebab itu, mereka ini harus penyakit
membangun atau mengadakan tempat • Tidak mengganggu pemandangan
khusus untuk mengumpulkan sampah. • Tidak menimbulkan kecelakaan
Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus
diangkut ke tempat penampungan
sementara (TPS) sampah, selanjutnya ke
tempat penampungan akhir (TPA).
JUMP II & III
8) Apa contoh penyakit yang diharuskan Internal :
untuk melakukan karantina? • Usia : semakin bertambah usia kadar
PES (plague) kolisnesterase darah semakin rendah
• Status gizi : gizi buruk, daya tahan tubuh
Cholera
Demam kuning (yellow fever) rendah, protein turun -> pembentukan
Typhus Fever kolinesterase kurang
• JK : pria > wanita, kolinesterase wanita
Yellow Fever
Meningitis lebih banyak dibandingkan pada pria
• Pendidikan dan pengetahuan : mengetahui
H1N1
H7N9 dampak dan bahay penggunaan pestisida
dan efeknya terhadap tubuh
Eksternal
9) Apasaja faktor yg mempengaruhi • Dosis
seseorang terkena pestisida? • Lama kerja
• Arah angin
Terdapat faktor internal dan eksternal • Waktu penyemprotan
• Frekuensi
• Jumlah dan jenis pestisida
JUMP IV
Your Picture Here

1. Penyakit Berbasis Lingkungan,


Global, Tropis, dan karantina
 Dasar Hukum Pengelolaan lingkungan
2 Pencemaran terhadap Pestisida
JUMP V
3 Sanitasi Dasar
4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Lo.1

Penyakit Global,
Tropis, Karantina
& Berbasis
Lingkungan

a. Dasar Hukum Pengelolaan


Lingkungan
a. Penyakit Tropis

Definisi
Penyakit Tropis merupakan penyakit yang menjangkit area tropis. Penyakit ini meliputi
penyakit menular maupun tidak menular, infeksi dan non-infeksi. Penyakit yang lazim
terjadi di daerah tropis dan subtropis. Istilah ini juga sering mengacu pada penyakit yang
berkembang di wilayah panas berkondisi lembab, seperti malaria dan demam berdarah.

Peta persebaran hutan hujan tropis


Faktor yang Mempengaruhi

Lingkungan

Penyakit
TROPIS
Host

Agen
Mekanisme Penularan
Kontak Langsung (hubungan seks, kulit)

Udara (percikan ludah, dahak atau bersin)

Makanan dan Minuman

Vektor (nyamuk, anjing, kucing, kera)


Penyakit yang Tergolong Penyakit
Tropis
a. Penyakit infeksi oleh
bakteri
Bakteri mengandung informasi genetik
dan banyak peralatan yang diperlukan
untuk menghasilkan energi dan
bereplikasi secara independen. Beberapa
bakteri, namun hanya dapat
mereproduksi ketika tumbuh di dalam
sel, dari mana mereka berasal nutrisi
yang dibutuhkan. Beberapa penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri
diantaranya pertusis, tetanus, TB,
typhoid, dan pest.
a. Typhoid
Disebabkan oleh Salmonella Enterica Serovar Typhi dan Paratyphi A,B,C
yang biasanya menginfeksi saluran cerna dengan gejala demam lebidari 1
minggu, terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.

Patofisiologi: dapat ditularkan melalui berbagai cara , yaitu 5 F


(food,fingers,fomitus,fly,feses). S. typhi masuk kedalam tubuh
selanjutnya menuju lambung, sebagian kuman musnah akibat asam pada
lambung dan sebagian lolos masuk ke usus halus bagian distal dan
mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung
bakteri primer. Melalui darah & jar.limpoid plaque menuju limfa dan hati.
Dijaringsn limpoid kuman berkembang biak ke aliran darah 
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus
menimbulkan pendarahan.
Tanda&Gejala: Px. Diagnostik
• Demam a. Uji Widal
• Sakit kepala b. Px.SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
• Mual, muntah Transaminase)
& SGPT (serum Glutamic Pyruvate Transminase)
• Diare
c. Px. Biakan darah
• Tidak nafsu makan d. Px. leukosit
• Lemas
• Lidah kotor

Tatalaksana:
a. Tirah baring
b. Nutrisi
c. Diet
d. Terapi simtpmatik
e. Pemberian antimikroba
- Lini Pertama: a. Kloramfenikol (Dewasa 4x500 mg 10 hari, Anak 50-
100 mg/kgBB/hari, maks 2 gr selama 10-14 hari dibagi 4 dosis)
b. Ampisilin atau amoxicilin (Dewasa 1,5-2 gr/hr 7-10 hari. Anak 50-
100 mg/kgBB/hari 7-10 hari, aman untuk wanita hamil)
c. Trimetroprim-sulfametoksazol
Bila dengan pemberian antimikroba lini pertama
tidak efektif atau tidak berhasil dapat diganti
dengan obat demam typhoid lini kedua:
a. Seftriakson
b. Cefixime
c. Quinolone

Komplikasi Typhid:
d. Tifoid Ensefalopati h. Tifoid Toksik
e. Syok septik i. Hepatitis Tifosa
f. Pendarahan perforasi intestinal
g. Peritonitis
h. Pneumonia
i. Osteomielitis
j. arthritis
b. Penyakit infeksi oleh
virus
Virus adalah agen menular yang
umumnya hanya terdiri dari materi
genetik ditutupi oleh shell protein.
Mereka hanya meniru dalam sel, yang
menyediakan mesin sintetis yang
diperlukan untuk menghasilkan
partikel virus baru. Beberapa penyakit
yang disebabkan oleh virus
diantaranya DBD, parotitis, campak,
hepatitis B, HIV, dan flu burung.
A. Demam berdarah dengue DBD)
disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B yang disebarluaskan
oleh artropoda Vektor utama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Pencegahan:
a. Pembersihan jentik
- program pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
- larvasidasi
- menggunakan ikan (ikan kepala timah,
capung, sepat)
b. Pencegahan gigitan nyamuk
- menggunakan kelambu
- menggunakan obat nyamuk
- penyemprotan
B. HIV-AIDS
AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan
tubuh Penyakit ini bukan bawaan tapi hasil penularan, yang disebabkan oleh
virus HIV
Penularan: Cairan tubuh (darah, cairan genital, ASI), Ibu hamil, jarum suntik,
transfusi darah dan hubungan seksual
Pengobatan:
- Pengobatan suportif
- Penanggulangan penyakit oportunistik
- Pemberian antivirus
- Penangulangan dampak psikososial
Pencegahan
- Hindari hubungan seksual dg penderita AIDS, pasangan berganti-ganti &
pecandu narkotik suntik
- Memberikan tranfusi darah hanya yg perlu
- Memastikan alat suntik steril
c. Penyakit infeksi oleh parasit
Parasit adalah organisme yang hidup
di dalam atau pada organisme lain,
yang memperoleh beberapa
keuntungan seperti makanan.
Kelompok ini mencakup protozoa
patogen (organisme bersel tunggal
yang lebih kompleks daripada bakteri)
dan cacing (organisme multisel sering
disebut sebagai cacing). Beberapa
penyakit yang disebabkan oleh parasit
diantaranya malaria, askariasis,
filariasis, trichiuris dan
ankylostomiasis.
Upaya Penanggulangan
Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal
sifat-sifat
penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah.
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk
karantina.
Pencegahan dan pengebalan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi memiliki
resiko terkena penyakit.
Pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa
bakteri, virus, dan lain-lain.
Penanganan jenazah akibat wabah.
Penyuluhan kepada masyarakat.
Strategi Untuk Mengendalikan Penyakit
Tropis
• Pengeringan lahan basah untuk mengurangi populasi serangga dan
vektorlainnya.
• Aplikasi insektisida pada permukaan strategis seperti: bangunan, habitat
serangga, dan lain sebaginya.
• Penggunaan kelambu tempat tidur untuk mengurangi penularan malam hari,
karena spesies tertentu dari nyamuk tropis pakan terutama di malam hari.
• Penggunaan air sumur, dan / atau penyaringan air, filter air, atau air
pengobatan dengan tablet air untuk menghasilkan air minum bebas dari
parasit.
• Pengembangan dan penggunaan vaksin untuk mempromosikan kekebalan
penyakit.
• Farmakologis pra-pajanan (untuk mencegah penyakit sebelum pajanan
terhadap lingkungan dan / atau vektor).
b. Penyakit Global
Penyakit global adalah penyakit yang merujuk
kepada penyakit yang terjadi akibat adanya sebaran
kuman patogen baik dari hewan atau manusia yang
tingkat kejadiannya meliputi beberapa negara baik
negara berkembang maupun negara maju.
Berhubungan dengan penyakit infeksi yang
menular lewat udara, air, kontak langsung, atau melalui
vektor.
Faktor Terjadinya Penyakit Global

Konflik dan bencana yang terjadi  Perubahan lingkungan yang


menyebabkan terjadinya mobilisasi mengakibatkan migrasi pada
penduduk dari suatu wilayah ke wilayah vektor penyakit dari suatu
yang lain; daerah ke daerah lain;

 Mutasi dari berbagai jenis


Kemudahan dalam sistem transportasi;
mikroba penyebab penyakit;

Peningkatan suhu dan perubahan iklim  Terjadi peningkatan urbanisasi


dunia; di suatu negara;

Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti  Meningkatnya kontak


penyebaran yang tidak merata dan langsung antara manusia dan
menyebabkan permasalahan yang binatang yang menjadi penyebab
berhubungan dengan kepadatan penduduk; terjadinya penyakit.
3. Penyakit Karantina

Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal


keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor resiko kesehatan masyarakat
yang berpotensi menimbulkan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat.
Penyakit karantina:
 Kolera
 Yellow Fever
 Meningitis
 Small pox
 Chikungunya
 Demam Typhoid
 Covid-19
1. KOLERA
• Agen Penyebab: Vibrio Cholera
- serogroup O1, terdiri 2 biotype: 1) Vibrio klasik 2) Vibrio El Tor yang
terdiri dari serotipe Inaba, Ogawa dan Hikojima.
- Tahun 1992 muncul serotype baru yang disebut v. cholera O139
• Reservoir: manusia, zooplankton
• Masa Inkubasi: beberapa jam – 5 hari, umumnya 2-3 hari
• Cara Penularan: melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi secara
langsung atau tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang yang
terinfeksi.
• Masa Menular: beberapa hari setelah sembuh. Pada penderita ‘carrier’ v.
cholera di dalam feses dapat menetap sampai beberapa bulan.
Gambaran:
• onset tiba-tiba, diawali dengan mual dan muntah
• diare berat, cair terus menerus seperti air cucian beras,
• tanpa sakit perut,
komplikasi: dehidrasi, kolaps, gagal ginjal.
Isolasi: perawatan di RS dengan melaksanakan kewaspadaan diperlukan untuk pasien
berat. Disinfeksi Serentak: terhadap tinja, muntahan dan linen dengan pemanasan,
dan melakukan pembersihan menyeluruh.
Pengobatan
• Terapi rehidrasi agresif
• antibiotika yang tepat
• Pengobatan komplikasi
Managemen Kontak:
- Surveilans terhadap orang yang mengkonsumsi minuman dan makanan yang sama
dengan penderita, selama 5 hari setelah kontak terakhir.
- Jika ada kemungkinan adanya penularan sekunder dalam rumah tangga
diberikan terapi kemoprofilaksis.
Tindakan International
• Pemerintah suatu negara hrs melapor kpd WHO dan negara tetangga.
• Pelancong international imunisasi dengan vaksin oral dianjurkan untuk yang
akan bepergian
• dari negara maju ke negara endemis atau negara yang sedang mengalami
wabah kolera.
• Peraturan kesehatan International menyatakan bahwa: orang yang melakukan
perjalanan
• internasional dan datang dari daerah terjangkit kolera yang masih dalam
masa inkubasi dan orang yang menunjukkan gejala kolera harus
menyerahkan tinjanya untuk dilakukan pemeriksaan.
Tindakan Pencegahan
Imunisasi aktif:
• vaksin kuman yang dimatikan dan disuntikkan saat wabah kurang efektif,
memberikan perlindungan parsial 50% kasus dalam waktu hanya 3-6 bulan
• vaksin oral, dapat menghasilkan antibody dengan kadar tinggi yang dapat
melindungi sampai beberapa bulan.
2. DEMAM BOLAK BALIK
Etiologi: Yang ditularkan oleh tungau disebabkan oleh Borrelia
recurrentis
Gejala:
• Ditandai demam berlangsung 2-9 hr diikuti periode tanpa demam slm
2-4 hr.
• Jumlah kekambuhan bervariasi dari 1-10x bahkan lebih.
Cara Penularan: Ditularkan oleh vektor.
Masa inkubasi: 5-15 hr, biasanya 8 hari

Pengawasan penderita
• Isolasi: Penderita beserta pakaian dan semua kontak serumah dan
lingk sekitarnya hrs dibebaskan dr tungau dan kutu.
• Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: temukan kasus-kasus
tambahan dan sumber infeksi
• Pengobatan yg spesifik: dgn tetracycline
Tindakan khusus terhadap penyakit
• Pemeriksaan kesehtan semua penumpang dan awak kapal.
• Penderita diturunkan, diisolasi, dihapus seranggakan dan dirawat
• Mereka yg tersangka dihapus seranggakan dan diawasi selama-lamanya 8
hari.
• Bagasi, barang-barang lain dan bagian kapal yang dianggap mengandung
hama, dihapus hamakan.
Cara Pencegahan
• Berantas tungau dan kutu
• Gunakan perlindungan diri sbg peganti repellent
• Antibiotik dpt digunakan stlh terpajan.
c. Penyakit Berbasis Lingkungan

Definisi
Ilmu yang mempelajari proses kejadian penyakit yang terjadi pada
kelompok masyarakat yang berhubungan dengan satu atau lebih komponen
lingkungan.
Penyakit berbasis lingkungan terjadi karena adanya hubungan interaktif
antara manusia, perilaku serta komponen lingkungan yang memiliki potensi
penyakit.
a. Diare
Frekuensi BAB yang meningkat lebih dari biasanya atau lebih dari 3x
sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air
pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gr atau 200 ml/24
jam)
Etiologi
Terjadinya gastrointestinal akut dapat karena agen infeksi dan no-infeksi.
Lebih dari 90% diare akut karena infeksi, sedangkan 10% karena sebab lain,
yaitu:
a. Infeksi ( virus: rotavirus, adenovirus, human caliciviruses. Bakteri: e.coli,
campylobacter, shigella species, salmonella dll)
b. Non-infeksi (malabsorbsi, immunodefisiensi, terapi obat dll)
Tanda & Gejala
a. Manifestasi Klinis
Diare, demam karena adanya infeksi organisme invasit, muntah, nyeri abdomen,
dehidrasi, pucat, mata cekung, mata kering, malaise,weightloss.
b. Derajat Dehidrasi
Dehidrasi Ringan: BB sebesar 2,5-5%
Dehidrasi Sedang: BB sebesar 5-10%
Dehidrasi Berat: BB > 10%

Penatalaksanaan
b. Penatalaksanaan Medis
1. Diare tanpa dehidrasimemerlukan cairan tambahan berupa air gula, sari buah
segar, air teh segar, ASI.
2. diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam.
3. diare dengan dehidrasi berat, membutuhkan cairan intravena disamping cairan
dengan campuran gula dan garam.
Rehidrasi Oral atau Intravena
• Cairan peroral: cairan NaCl, dan Na, HCO, Kal dan Glukosa.
• Cairan Parentral (Dehidrasi Ringan: 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari,
kemudian 125 ml/kgBB/oral), (Dehidrasi Sedang : 1 jam pertama 50-100
m/kgBB/oral kemudian 125ml/kgBB/hari), (Dehidrasi Berat: 1 jam pertama 20
ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit, 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit
peroral.
• Pemasangan NGT bila kehilangan cairan berat.
• Medikamentosa: antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik.

Komplikasi
a. Dehidrasi ( ringan-sedang, hipotonik, isotonik, hipertonik)
b. Renjatan hipopolemik
c. Hipoglikemia
d. Kejang
e. Malnutrisi energi protein akibat kelaparan yang terjadi.
Simpul 1, sebagai sumber
 Simpul 4, penduduk yang
penyakit.
dalam keadaan sehat atau sakit
setelah mengalami interaksi atau
Simpul 2, komponen pajanan dengan komponen
lingkungan yang merupakan lingkungan yang mengandung
media transmisi penyakit. agen penyakit.

 Simpul 5, semua variabel yang


Simpul 3, penduduk
mempengaruhi keempat simpul
dengan berbagai latar
seperti iklim, kebijakan, suhu, dan
belakang seperti topografi.
pendidikan, perilaku,
kepadatan, gender yang
berbeda-beda.
Patogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan perlu
dipahami untuk menentukan pada titik mana atau simpul mana yang dapat
dilakukan pencegahan.
Kejadian penyakit pada sekelompok individu bermula dari sebuah agen
penyakit yang dikeluarkan dari sumbernya. Menurut Achmadi (2012), agen
penyakit dikelompokkan menjadi tiga yakni:

Agen mikroorganisme

Agen bahan kimia toksik

Agen Fisik
1.1 Dasar Hukum Pengelolaan
Lingkungan

“ UU Nomor 32 Tahun 2009 ’’

Berbunyi  Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum."
Tujuan UU Nomor 32 Tahun 2009
1. Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup.
2. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup serta kelestarian ekosistem.
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup.
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini serta masa depan.
7. Menjamin pemenuhan serta perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
10. Mengantisipasi isu lingkungan global.
2. Pencemaran Terhadap Pestisida
Pestisida digunakan di berbagai bidang atau kegiatan, mulai dari rumah
tangga, kesehatan, pertanian, dan lainlain. Disamping manfaatnya, pestisida
juga berpotensi juga meracuni dan membasmi makhluk hidup lainnya,
termasuk tanaman dan serangga yang berguna, binatang serta manusia.
WHO (2014) mencatat 1-5 juta kasus keracunan terjadi tiap tahun
khususnya pada pekerja pertanian. Ketika pestisina masuk ke dalam tubuh
makan akan terjadi efek toksisitas akibat hal tersebut.
1) Pencemaran air dan tanah. Di lingkungan perairan, pencemaran air
oleh pestisida terutama terjadi melalui aliran air dari tempat kegiatan
manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha mena ikkan produksi
pertanian dan peternakan.
2) Pencemaran udara. Pestisida yang disemprotkan segera akan
bercampur denga udara dan langsung terkana sinar matahari. Pestisida
mengalami fotodekomposisi, semakin halus butiran larutan makin besar
kemungkinan ikut perkolasi dan makin jauh diterbangkan angin.
3) Timbulnya spesies hama yang resisten. Populasi dari spesies hama
dpat pulih kembali dengan cepat dari pengaruh racun pestisida
tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, biasa disebabkan oleh
pestisida golongan organoklorin
4) Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder
5) Resurgensi. Bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan
pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibandingkan tanpa
perlakuan, maka fenomena ini disebut resurgensi.
6) Merusak keseimbangan ekosistem
7) Dampak terhadap kesehatan masyarakat. Seperti, terdapatnya residu
peptisida pada produk pertanian, bioakumulasi dan biomagnifikasi
melalui rantai makanan.
Pencegahan:
Cara yang paling baik adalah dengan tidak menggunakan pestisida
sebagai pemberantas hama, atau secara perlahan penggunaan pestisida
mulai dikurangi. Disamping itu, beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
serangan hama bila penggunaan pestisida belum dapat dikurangi/dihentikan:
1. Pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,
2. Memilih varietas yang tahan lama,
3. Memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,
4. Penggunaan hormon serangga,
5. Pemanfaatan daya tarik seks pada serangga (waktu kawin),
6. Sterilisasi.
3. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat
yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sanitasi Dasar meliputi:


1. Penyediaan Air Bersih
Syarat Air Bersih {Jernih, tidak berbau, tidak berwarna,tidak berasa
tidak mengandung zat beracuun dan kuman penyakit}.
2. Pembuangan Kotoran Manusia
Cara pembuangan feses yang memenuhi syarat: tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan
airpermukaan . Tinja tidak mudah dicapai serangga dan tikus. Tidak menggangu dari segi estetika.
Tidak menimbulkan kecelakaan bagi anak-anak.
3. Pembuangan air limbah
Persyaratan pembuangan air limbah; tidak mengotori sumber air, tidak mencemari permukaan
tanah, tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor, tidak menggang pemandangan, tidak
menimbulkan kecelakaan]
4. Pengelolaan Sampah [tahapan pengelolaan sampah secara umum;
penyimpanan sementara pada tempat sampah, pengumpulan dan
pengangkutan, pembuangan akhir].
5. Sanitasi makanan [ faktor yang mempengaruhi; faktor
makanan,manusia,peralatan].
6. Perumahan sehat
7. Pengawasan vektor

Sanitasi dasar yang buruk akan mempengaruhi kualitas kesehatan


seseorang dan memberikan dampak yang sangat buruk. Seperti contohnya
penyebaran bakteri Escericia coli yang muncul dari sisa tinja yang terserap
dio tanah dan dapat mencemari sumber air minum. Sehingga menimbulkan
penyakit diare, muntaber dan penyakit pencernaan lainnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan, Pasal 31 menyatakan bahwa
penyehatan dilakukan terhadap media lingkungan berupa air, udara,
tanah, pangan, serta sarana dan bangunan. Pengaturan kesehatan
lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Oleh sebab itu, penyehatan lingkungan perlu
diawali dari penyehatan lingkungan yang ada masyarakat terlebih
dahulu.
4. PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

a. Program PHBS
1. Upaya untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan kondisi dengan
membuka jalur komunikasi.
2. Memberi informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan:
- Pimpinan (advokasi)
- Binasuasana (social support)
- Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
b. Konsep PHBS
Dalam mewujudkan PHBS ditiap tatanan dapat dengan menerapkan keempat
proses menajemen yang pada umumnya ke dalam model penhkajian dan
penindaklanjutan.
1. Kualitas Hidup
Sasaran utama yang ingin dicapai dibidang pembangunan sehingga
kualitas hidup sejalan dengan tingkat kesejahterahan.
2. Derajat kesehatan
adalah sasaran yang ingin dicapai dibidang kesehatan , dengan adanya
derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
3. Faktor lingkungan
Berupa faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung/tidak
langsung mempengaruhi derjat kesehatan.
4. Faktor prilaku dan gaya hidup
faktor akibat adanya aksi dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu yaitu
faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.

a. Faktor pemungkin
adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau
aspirasi terlaksana.
 b. Faktor pemudah
adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku.
c. Faktor penguat
adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan
atau tidak.

Oleh karena itu, jika PHBS dapat berjalan dengan baik, maka memungkinkan baik
perorangan ataupun kelompok dapat terjaga dari terjangkit sebuah penyakit.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai