Anda di halaman 1dari 23

PENGELOLAAN NARKOTIKA

DAN PSIKOTROPIKA

M. SIDROTULLAH
NARKOTIKA

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA

Penggolongan Narkotika :
1. Narkotika Golongan I
adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
contoh : Tanaman Papaver Somniferum L (Opium), Tanaman
Erythroxylon (Kokain), Tanaman Ganja

2. Narkotika Golongan II
adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
contoh : Fentanil, Morfin, Petidin
NARKOTIKA

3. Narkotika Golongan III


adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
contoh : etilmorfina, codeina
PSIKOTROPIKA

Psikotropika
zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental
dan prilaku.
PSIKOTROPIKA

Obat golongan psikotropika dibagi menjadi 4


golongan :
1. Psikotropika golongan 1 adalah psikotropika yang
hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Brolamfetamin, mekatinona
PSIKOTROPIKA

2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang


berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
contoh : amfetamina, sekobarbital
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
contoh : amobarbital, flunitrazepam.
PSIKOTROPIKA

4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang


berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Fenobarbital, Alprazolam, Diazepam,
Klobazam.
DISTRIBUSI

Penyaluran Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan :


a. Surat Pesanan
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan
dari Puskesmas
 Surat Pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis
Narkotika.
 Penyaluran Narkotika Golongan I hanya dapat dilakukan oleh perusahan PBF
milik Negara yang memiliki Izin khusus Impor Narkotika kepada Lembaga
Ilmu Pengetahuan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk untuk kebutuhan laboratorium

 Surat Pesanan Psikotropika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau


beberapa jenis Psikotropika.
DISTRIBUSI

 Penyaluran Narkotika dan Psikotropika dalam bentuk obat jadi


hanya dapat dilakukan oleh :
1. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah
2. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
3. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi
Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik
Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia
atau Kepolisian; dan
4. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi
Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik
milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
DISTRIBUSI BAHAN BAKU NARKOTIKA

Penyaluran Narkotika dalam bentuk bahan baku


hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan PBF milik
Negara yang memiliki izin Khusus Impor Narkotika
kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu
Pengetahuan.
Penyaluran bahan baku Narkotika hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab produksi dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
DISTRIBUSI BAHAN BAKU PSIKOTROPIKA

Penyaluran Psikotropika dalam bentuk bahan baku


hanya dapat dilakukan oleh PBF yang memiliki izin
sebagai IT (Importir Terdaftar) Psikotropika kepada
Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Penyaluran bahan baku psikotropika hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab produksi dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
DISTRIBUSI NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Pengiriman Narkotika/Psikotropika yang dilakukan oleh Industri


Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi harus dilengkapi dengan :
a. Surat Pesanan
b. Faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit
memuat :
1. Nama Narkotika/Psikotropika
2. Bentuk sediaan
3. Kekuatan
4. Kemasan
5. Jumlah
6. Tanggal Kadaluarsa; dan
7. Nomor Batch
PENYERAHAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Penyerahan Narkotika/Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh :


a. Apotek
b. Puskesmas
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik; dan
e. Dokter

Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika/Psikotropika kepada :


a. Apotek Lainnya
b. Puskesmas
c. Instalasi Farmasi Rumah sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik
e. Dokter; dan
f. Pasien
PENYIMPANAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Tempat penyimpanan Narkotika/Psikotropika di


fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas
pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu.
Tempat penyimpanan Narkotika/Psikotropika dapat
berupa gudang, ruangan atau lemari khusus
Tempat penyimpanan Narkotika/Psikotropika
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika.
PEMUSNAHAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Pemusnahan Narkotika/Psikotropika hanya dilakukan


dalam hal :
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan
yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali
b. Telah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. Dibatalkan izin edarnya; atau
e. Berhubungan dengan tindak pidana.
TAHAPAN PEMUSNAHAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Tahapan yang dilakukan dalam pemusnahan


Narkotika/Psikotropika :
1. Penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian
menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi
kepada :
a. Kementerian kesehatan dan BPOM bagi Instalasi Farmasi
Pemerintah Pusat
b. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat bagi Instalasi
Farmasi Pemerintah Provinsi
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter
TAHAPAN PEMUSNAHAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

2. Kementrian Kesehatan, BPOM, Dinas Kesehatan Provinsi,


Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat,
dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota menetapkan
petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan
sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi
3. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah
ditetapkan.
4. Narkotika/Psikotropika dalam bentuk bahan baku,
produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan
sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang
berwenang sebelum dilakukan pemusnahan
5. Narkotika/Psikotropika dalam bentuk obat jadi harus
dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh
saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
PEMUSNAHAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yang melaksanakan


pemusnahan Narkotika/Psikotropika harus membuat berita acara pemusnahan.
Berita acara pemusanahan paling sedikit memuat :
a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
b. Tempat pemusnahan
c. Nama penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian
d. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut
e. Nama dan jumlah Narkotika/Psikotropika yang dimusnahkan
f. Cara pemusnahan
g. Tanda tangan penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian dan saksi

Berita acara dibuat dalam rangkap 3 dan tembusannya disampaikan kepada


Direktur Jendral dan Kepala Badan/Kepala Balai.
PENCATATAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Pencatatan paling sedikit terdiri atas :


a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika
b. Jumlah persediaan
c. Tanggal, no dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran/penyerahan
f. Jumlah yang disalurkan/diserahkan
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan
h. Paraf dan identitas petugas yang ditunjuk.
LAPORAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat dan Instalasi


Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan Narkotika/Psikotropika setiap bulan kepada Direktur Jenderal/
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala
Balai setempat.
Pelaporan paling sedikit terdiri atas :
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika/Psikotropika
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima
e. Tanggal, no dokumen, dan tujuan penyaluran
f. Jumlah yang disalurkan
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan
persediaan awal dan akhir
LAPORAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi


Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan Dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika
setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan Kepala Balai Setempat.
Pelaporan paling sedikit terdiri atas :
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. Jumlah yang diterima; dan
d. Jumlah yang diserahkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai