Dokter Muda :
Alda Putri Rahmadilla
Clara Yulianti Tarigan
Raihanah Nabilah
Pembimbing :
dr. Yeni Febriyanti
dr. Sinta Prima Wulansari
dr. Muhammad Aditya Utomo
Table of contents
1. PENDAHULUAN
4. PEMBAHASAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
5. KESIMPULAN
3. ILUSTRASI KASUS
3
PENDAHULUAN
12
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis
dengan suhu dan kelembaban yang tinggi berpotensi terjadinya
penyebaran dan interaksi jamur
TINJAUAN PUSTAKA
9
ONIKOMIKOSIS
Onikomikosis merupakan infeksi jamur
pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (tinea unguium), kapang
nondermatofita, dan ragi.
Penyakit ini dapat terjadi pada matriks,
nail bed, atau nail plate.
10
EPIDEMIOLOGI
Insiden onikomikosis pada populasi umum di Amerika Serikat sekitar 2-8% dan
meningkat menjadi 14-28% pada usia di atas 60 tahun. Di Kanada, prevalenasinya
diperkirakan 6,5%. Prevalensi di Inggris, Spanyol, dan Finlandia berkisar 3 – 8 %.3
Infeksi jamur ini lebih sering terjadi pada kuku kaki dibandingkan kuku
tangan.
Gejala Klinis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Biakan kerokan skuama:
koloni jamur
Onikodistrofi trauma ( akibat
trauma>kerusakan kuku)
Diagnosis
Banding
Psoriasis pada kuku: tampak tebal,
permukaan ada pits
Tatalaksana Umum
Konfirmasi
Menjelaskan informasi kepada pasien mengenai penyakit tinea unguium yang
disebabkan oleh jamur
Informasi
Menginformasikan mengenai prognosis dan pentingnya pencegahan terjadinya Tinea Unguium
Edukasi
• Mengenai penggunaan obat dan agar meminum antijamur dan kontrol ke dokter 1 bulan kemudian atau
terdapat efek samping dari pengobatan.
• Menghentikan atau menghindari paparan
• Menghindari menyentuh atau menggaruk lesi karena dapat menimbulkan infeksi sekunder
Tatalaksana Khusus
Pengobatan sistemik selalu diperlukan pada pengobatan subtipe OSP
(Onikomikosis Subungual Proksimal) dan subtipe OSDL
(Onikomikosis Subungual Distal Lateral) yang melibatkan daerah
lunula.
OS (Onikomikosis Superfisial) dan OSDL (Onikomikosis Subungual
Distal Lateral) yang terbatas pada distal kuku dapat diobati dengan
agen topikal.
Kombinasi pengobatan sistemik dan topikal akan meningkatkan
kesembuhan. Tingkat kekambuhan tetap tinggi, bahkan dengan obat-
obat baru, sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dan
tenaga kesehatan
Tatalaksana Khusus
Antijamur Topikal Sistemik
ILUSTRASI KASUS
Dr. G. Evans
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 44 tahun
Pekerjaan : Pekerja di Pengolahan Pabrik Karet Pewa (Bagian Slider)
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Purwosari
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Kuku pada kedua tangan mengalami
penebalan dan warnanya berubah menjadi
coklat kekuningan sejak 3 tahun yang lalu
Keluhan Tambahan
• Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang laki-laki berusia 44 tahun datang ke Puskesbun Pematang Kiwah dengan keluhan kuku
pada kedua tangan pasien mengalami penebalan dan perubahan warna menjadi coklat
kekuningan sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasakan kuku pada jari kelingking yang
berubah warna menjadi putih kekuningan, lalu menyebar ke kuku tangan yang lain dari jari
manis tengah, telunjuk dan jempol. Tapi pasien tidak pernah mengobatinya karena keluhan pada
kukunya tidak terdapat gatal dan nyeri. Pasien mengatakan bahwa keluhan tersebut memberat
saat sedang melakukan pekerjaannya sebagai slider di Pabrik Karet Pewa. Pasien biasanya
bertugas memindahkan bahan baku karet dalam bentuk lembaran dan dimasukkan ke dalam
mesin penggilingan yang bercampur dengan air sebelum dimasukkan ke dalam oven. Pasien
biasanya bekerja tanpa menggunakan sarung tangan dikarenakan merasa terganggu. Pasien
bekerja selama 8 jam dalam 1 hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Riwayat kelainan kulit pada daerah kulit anggota tubuh lainnya disangkal. Semenjak 3 bulan
yang lalu, pasien mulai mengobati kukunya dengan sabun batang yang digesekkan pada kuku
pasien ketika beliau mandi, akan tetapi tidak ada perubahan. Lalu pasien juga menggunakan obat
cairan pada kukunya, seperti obat tetes tetapi tidak ada perubahan juga. Pasien belum pernah
berobat ke dokter kulit sebelumnya. Timbul ruam kemerahan dan bersisik pada tubuh pasien
disangkal. Pasien menyangkal adanya kuku pada jari yang terjepit atau terbentur sesuatu. Pasien
tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
Penderita tinggal dengan 3 orang anggota keluarga dalam 1 rumah. Anggota keluarga yang sakit
serupa disangkal. Namun, terdapat keluhan serupa dengan teman kerja di bagian yang sama.
ANAMNESIS OKUPASI
Tn. M merupakan seorang pekerja di PTPN Pematang Kiwah. Pasien bekerja sebagai slider. Pasien
biasanya bertugas memindahkan bahan baku karet dalam bentuk lembaran dan dimasukkan ke dalam
mesin penggilingan yang bercampur dengan air sebelum dimasukkan ke dalam oven. Pasien
biasanya bekerja selama 8 jam dari pukul 07.00 s.d. 15.00 WIB. Pasien biasanya bekerja selama 1-2
jam lalu beristirahat selama 20 menit dan melanjutkan pekerjaan kembali hingga pukul 15.00 WIB.
Pasien melakukan Gerakan berulang yaitu mengangkat karet ke mesin penggilingan dan jongkok
untuk memasukkan karet ke mesin penggilingan. Pasien menggunakan APD yaitu berupa penutup
telinga dikarenakan suara mesin penggiling yang sangat kuat dan safety shoes. Namun, pasien tidak
menggunakan sarung tangan saat bekerja dikarenakan merasa risih dan mengganggu pekerjaannya.
Begitu juga dengan APD lainnya, seperti helm safety dan faceshield.
Anamnesis Okupasi
Fisika
• Terpeleset di tempat pengolahan karet mentah akibat lantai yang licin
terkena tumpahan air (campuran air dan getah karet)
• Tangan terjepit mesin penggiling
• Suara bising dari mesin penggilingan
Psikologi • Kelelahan saat bekerja dan kurangnya istirahat dapat meningkatkan risiko
kecelakaan kerja
Ergonomi
• Bekerja selama jam dengan posisi membungkuk (mengangkat) dan
jongkok saat melakukan pekerjaannya
• Bekerja selama jam dengan Gerakan yang repetitive
STATUS PRESENT
• Keadaan Umum : tampak sakit ringan
• Kesadaran : compos mentis
• TD :120/80 mmHg
• Suhu : 37 °C
• RR : 20 x/menit
• Frekuensi nadi : 86 x/menit
• Berat Badan : 57 kg
• Tinggi Badan : 164 cm
STATUS GENERALIS
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Rambut : Warna hitam, persebaran merata
Telinga : pendengaran baik, secret (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
STATUS GENERALIS
THORAX
• Paru • Jantung
Inspeksi: Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak
Palpasi: Fremitus taktil kanan dan kiri sama Palpasi: Iktus kordis teraba pada ICS5 midclavicular
Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-) Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
gallop(-)
STATUS GENERALIS
● ABDOMEN
EKSTREMITAS
Faktor
• Tidak menggunakan APD, yaitu sarung
individu yang
tangan
berperan
Pajanan di
luar • Tidak ada
pekerjaan
Diagnosis
Penyakit • Onikomikosis Akibat Kerja
Akibat Kerja
20
PROGNOSIS
Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila
terpajan ulang dengan jamur penyebab. Penyakit akan menjadi kronik dan rekuren
bila sumber penularan terus menerus ada.
Quo ad Quo ad
Quo ad vitam
Functionam Sanationam
Dr. G. Evans
Tatalaksana Umum
Konfirmasi
• Menjelaskan informasi kepada pasien mengenai penyakit onikomikosis, penyebab, dan faktor risiko
penyakit
Informasi
• Menginformasikan mengenai prognosis dan pentingnya pencegahan onikomikosis
Edukasi
• Mengenai penggunaan obat dan agar meminum anti jamur dan kontrol ke dokter 1 bulan kemudian
atau terdapat efek samping dari pengobatan.
• Mangurangi paparan air kotor dengan menggunakan APD
• Mengedukasi pasien mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai standar
TATALAKSANA KHUSUS
Sistemik
• Ketokonazole 200 mg/hari selama
6 bulan
Topikal
• Tidak tersedia
Pembahasan
Analisis Anamnesis
Tn. M seorang karyawan bagian slider
datang ke Puskesbun Pematang Kiwah
dengan keluhan kuku pada kedua
tangan pasien mengalami penebalan dan
perubahan warna menjadi coklat
kekuningan sejak 3 tahun yang lalu.
ANALISIS ANAMNESIS
Pasien biasanya bekerja
tanpa menggunakan sarung
tangan dikarenakan merasa
terganggu
Yulita, Iqlima Intan, Baju Widjasena, and Siswi Jayanti. 2019. “Faktor Yang Berhubungan Dengan
Disiplin Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya Prevelensi Onikomikosis.” Jurnal
Kesehatan Masyarakat 7(1): 330–36.
Analisis Anamnesis
Setelah selesai bekerja, pasien selalu mencuci tangan
namun tidak menggunakan sabun.
“Pekerja yang terpapar air kotor lebih dari Faktor lain diluar pekerjaan
6 jam positif terdeteksi onikomikosis
sebanyak 50 (87,72 %) sampel dan hasil Pajanan di luar pekerjaan tidak ada.
negative sebanyak 7 (12,28 %) sampel”
Pasien tidak pernah berkontak dengan bahan-bahan
(Mulyati, Zakiah. 2020) lain yang berpotensi menjadi iritan atau alergen di luar
pekerjaan.
Diagnosis Penyakit Akibat
Kerja
ANALISIS TATALAKSANA
sedangkan untuk obat topikal
disarankan untuk menggunakan Salep
whitfield (kombinasi asam salisilat 3%
dan asam benzoate 6%) atau kutek
kuku ciclopirox 8% lacquer uc
Obat salep Whitfield (salep asam benzoate) merupakan
salep yang mudah disisipkan dan cukup efektif untuk
infeksi jamur superfisial
PROGNOSIS
Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila
terpajan ulang dengan jamur penyebab. Penyakit akan menjadi kronik dan rekuren
bila sumber penularan terus menerus ada.
Quo ad Quo ad
Quo ad vitam
Functionam Sanationam
Dr. G. Evans
03
KESIMPULAN