Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS JANUARI, 2018

“ONYCHOMYCOSIS”

Disusun Oleh:
I Made Siwa Mertha, S,Ked
N 111 17 142

PEMBIMBING KLINIK
dr. Seniwaty Ismail, Sp. KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU


PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
` Alamat : Jl. Tondo
Tgl pemeriksaan : 23 Januari 2018

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Kuku rusak

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poliklinik kulit & kelamin RSUD Undata dengan


keluhan Kuku yang rusak, bentuknya tidak normal dan tampak adanya
keputih kuningan yang berkumpul di pinggir dan didasar kuku sejak 1 bulan
yang lalu, semakin banyak dan terasa gatal serta perih saat terkena sabun.
Menurut pasien, masalah pada kukunya sangat menganggu aktivitas sehari –
hari dan dirinya merasa kurang nyaman dengan keadaan kukunya sekarang.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-),
riwayat alergi makanan (-), Riwayat alergi obat (-).

1
Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalisata
1) Keadaan umum : Baik
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,70 C

c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Pada bagian tangan terdapat kuku yang rusak
9. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)

2
IV. GAMBAR

Gambar 1. Pada Regio lateralis kuku tampak adanya paronikia yang


kemudian menginvasi matriks yang membuat depresi transversal
kuku.

Gambar 2. Pada Regio lateralis kuku tampak adanya paronikia yang


kemudian menginvasi matriks yang membuat tampakan kuku
menjadi cekung, kasar dan akhirnya distrofi

3
Gambar 3. Dilakukan pengambilan specimen dari kuku pasien yang
positif mengalami onikomikosis untuk dilakukan pemeriksaan.

V. RESUME
Pasien laki-laki 52 tahun datang ke poliklinik kulit & kelamin RSUD
Undata dengan keluhan Kuku yang rusak, bentuknya tidak normal dan
tampak adanya keputih kuningan yang berkumpul di pinggir dan didasar kuku
yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, semakin banyak dan terasa gatal serta
perih saat terkena sabun. Menurut pasien, masalah pada kukunya sangat
menganggu aktivitas sehari – hari dan dirinya merasa kurang nyaman dengan
keadaan kukunya sekarang.
Pada pemeriksaan dermatologis terdapat tampakkan kuku yang rusak,
kasar, berkerut pada bagian lateral dan proximal, adanya keratin debris pada
bagian lateral dan proksimal serta belum terjadi onikolisis pada kuku pasien

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan preparat KOH 20%,
Hasil yang ditemukan tampakan pseudohifa dan ragi.

4
VII.DIAGNOSIS KERJA
Onikomikosis candida

VIII.DIAGNOSIS BANDING
 Psoriasis kuku
 Linken planus

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
 Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan tempat tinggal.
 Gunakan gunting kuku khusus untuk menggunting kuku yang
terinfeksi
 Hindari menggunakan cat kuku pada kuku yang sedang terinfeksi
 Menjaga kuku tetap terpotong pendek dan kering, serta mencuci
tangan setelah memegang kuku yang terinfeksi

b. Medikamentosa
 Ketokonazol 200 mg (2 x 1) selama 1 minggu dan direncanakan
selama 3 bulan.
 Cetirizine (1 x 1)
 Miconazole cream 2% (dioles tipis 2 – 3 kali/hari)

X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam

5
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik kulit & kelamin RSUD Undata dengan


keluhan Kuku yang rusak, bentuknya tidak normal dan tampak adanya
keputih kuningan yang berkumpul di pinggir dan didasar kuku sejak 1 bulan
yang lalu dan terasa gatal serta perih saat terkena sabun. Menurut pasien,
masalah pada kukunya sangat menganggu aktivitas sehari – hari dan dirinya
merasa kurang nyaman dengan keadaan kukunya sekarang.
Riwayat bengkak di jari disangkal, keluhan merah, mengelupas pada
telapak tangan dan kaki disangkal. Riwayat kelainan kulit pada daerah kulit
anggota tubuh lainnya juga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum pasien baik, kesadaran kompos mentis. Keadaan vital dalam
batas normal. Status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan dermatologis ada 4 kuku jari tangan dengan tampakkan
kuku jari yang rusak, kasar/permukaan kuku tidak rata, berkerut pada bagian
lateral dan proximal, bagian lateral distal kuku tampak debris keratin dan
belum terjadi onikolisis (lempeng kuku terangkat dari dasar) kuku, kulit di
daerah kuku yang rusak mengalami perlukaan. Kulit disekitar kuku yang
sehat seluruh jari tangan dan kaki tampak normal.
Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) 20% diambil dari keratin debris
kerokan distal kuku.
Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh
jamur dermatofita (tinea unguium), kapang nondermatofita, dan ragi.
Penyakit ini dapat terjadi pada matriks, nail bed, atau nail plate.
Onikomikosis dapat mengakibatkan rasa nyeri, tidak nyaman, dan terutama
tampilan kurang baik. Kejadian onikomikosis meningkat seiring
bertambahnya usia, dikaitkan dengan menurunnya sirkulasi perifer, diabetes,
trauma berulang pada kuku, pajanan lebih lama terhadap jamur, imunitas
yang menurun, serta menurunnya kemampuan merawat kuku.

6
Gambar 4. Anatomi kuku

Hay dan Baran Tahun 2011 membuat klasifikasi onikomikosis terdiri dari :
1. Onikomikosis subungual distal dan lateral (OSDL) : jamur menyerang bantalan
kuku di bawah lempeng kuku melalui hiponikium dan bergerak kearah proksimal.
Kulit telapak kaki dan tangan merupakan lokasi infeksi primer. Invasi juga dapat
dari arah lateral (onikomikosisi subungual distal dan lateral atau OSDL). Gambaran
klinis ditandai oleh hiperkeratosisi subungual dan onikolisis, selain warna kuku
kekuningan, bentuk ini umumnya diseabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophtes.
2. Onikomikosis subungual proksimal (OSP) : infeksi dimulai dari lipatan kuku
proksimal, melalui kutikula dan masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya
bergerak kearah distal. Kelainan berupa hyperkeratosis dan onkolisis proksimal,
serta destruksi lempeng kuku proksimal. Bentuk ini merupakan bentuk paling
jarang dijumpai tapi umum ditemui pada pasien dengan kasus AIDS. Penyebab
biasanya oleh T.rubrum.
3. Onikomikosis superficial putih (OSPT) : kelainan ini juga jarang diemui, terjadi bila
jamur menginvasi langsung lapisan superficial lempeng kuku. Klinis ditandai
bercak – bercak putih keruh berbatas tegas yang dapat berkonfluensi. Kuku menjadi
kasar, lunak dan rapuh. Penyebab tersering adalah T.mentagrophtes.meskipun
kadang beberapa spergillus, acremonium dan fusarium dapat ditemukan.
4. Onikomikosis candida (OK) : infeksi dapat dibedakan dalam 3 kategori, yakni (1)
dimulai sebagai paronikia yang kemudian menginvasi matriks sehingga
memberikan gambaran klinis depresi transversal kuku, hingga kuku menjadi
cekung, kasar dan akhirnya distrofi. (2) pada kandidosis kronk mukokutan, candida
langsung menginvasi lempeng kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak

7
sebagai pembengkakan lipatan kuku proksimal dan lateral yang membentuk
gambaran pseudoclubbing aatau chicken drumstick. (3) invasi pada kuku yang
telah onikolisis, terutama terjadi pada tangan tamak sebagai hyperkeratosis
subungual dengan masa abu – abu kekuningan dibawahnya, mirip OSD.
Pada keadaan lanjut, keempat tipe tersebut akan menunjukan gambaran distrofikmtotal
(ODT).
Infeksi fungus sulit untuk disembuhkan, sehingga pengobatan bergantung pada
seberapa parah atau seberapa mengganggunya gejala – gejalanya. Pada kasus ini pengobatan
yang diberikan menggunakan Ketokonazol. Ketokonazol adalah suatu derivate
imidazole-dioxolane sintesis yang memiliki aktvitas antimikotik yang poten
terhadap dermatofit ragi. Misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton
Floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketokonazol bekerja dengan
menghambat enzim “cythocrom P. 450” jamur, dengan mengganggu sintesa
ergosterol yang merupakan komponen penting dari membrane sel jamur.
Penggunaan ketokonazol di indikasikan pada pasien dengan infeksi pada kulit,
rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit atau
ragi (dermatophytosis, onychomycosis, candida, pityriasis vesikolor,
folliculitis). Dosis tablet (200mg) yang dapat diberikan untuk pasien infeksi
kulit, gastrointestinal dan sistemik diberikan sebanyak 2 x 1 hari.
Cetirizine adalah obat antihistamin. Dimana histamine sendiri adalah
senyawa/mediator kimia yang sering muncul pada reaksi peradangan dan
alergi yang menyebabkan rasa gatal, pembengkakan dan merah pada kulit.
Antihistamin fungsi untuk meedakan gejala alergi seperti gatal-gatal, mata
berair, pilek, mata dan hidung gatal. Tersedia dalam bentuk obat tablet dan
sirup. Tablet 10 mg diberikan secara oral dengan dosis minum sehari sekali.
Miconazole adalah obat antijamur azol turunan imidazole yang memiliki
spectrum luas yang efektif terhadap bermacam jenis jamur. Obat inibekerja
dengan menghambat biosintesis egosterol pada membrane sel jamur yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada dinding sel jamur sehingga terjadi
peningkatan permeabilitas membrane dan akhirnya menyebabkan sel jamur
kehilangan nutrisi selularnya. Selain memiliki aktivitas anti jamur obat ini

8
juga memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa bakteri gram positif. Obat
ini memiliki aktivitas antijamur dengan spectrum luas mencakup banyak
jamur termasuk dermatofit dan ragi seperti Candida albicans, Tricophyton
mentagrophytes, Tricophyton rubrum, Candida tropicalis. Adapun dosis obat
miconazole yang umum digunakan dan dianjurkan yaitu untuk mengobati
penyakit kulit dapat dilakukan dengan mengoleskan miconazole cream atau
salep dengan secukupnya pada bagian kulit yang terinfeksi 2 – 3 kali sehari
dengan pengolesan tipis – tipis. Dengan 2% (dioles tipis 2 – 3 kali/hari)

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Adiguna M.S, Onikomikosis dan pengobatannya dengan cat kuku


saklopiroksa, dalam majalah kedokteran Indonesia Vol. 49, No. 7, Juli
2002, Jakarta . 268-72
2. Bramono K. Onikomikosis dalam dermatomikosis superficialis, Budimulja
U etall. Editor ; Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2010,46-54
3. Onychomycosis: Practice essentials, background, pathophysiology
[Internet]. 2015 Aug 11 [cited 2015 Aug 18]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/ article/1105828-overview
4. Kozarev J, Mitrovica S. Laser treatment of nail fungal infection. Proc Berl
Conf Eur Acad Dermatol Venereol. 2009
5. Gupta AK, Drummond-Main C, Cooper EA, Brintnell W, Piraccini BM,
Tosti A. Systematic review of nondermatophyte mold onychomycosis:
Diagnosis, clinical types, epidemiology, and treatment. J Am Acad
Dermatol. 2012;66(3):494–502.
6. Suyoso S, Ervianti E, Sukanto H. Onikomikosis. In: Pedoman diagnosis
dan terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3ed. Surabaya:
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo; 2005. h. 79-83

10

Anda mungkin juga menyukai