Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN GIZI PENYAKIT TIFOID

DIAN AYU AINUN NAFIES, M.GZ


TIFOID
Penyakit infeksi pada saluran cerna bagian usus halus yang bersifat akut. Penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella typhi (bakteri gram negatif) atau Salmonella Parathypi A,
B, C ini mudah ditularkan antar manusia.
Penyebarannya melalui fecal oral. Makanan dan minuman yang terkontaminasi
merupakan media yang mudah masuk ke dalam tubuh manusia sebagai penyebab
terjadinya demam tifoid (WHO, 2007)
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia Prevalensi demam tifoid berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 sebesar
0,79% dengan diagnosis dan 1,6% dengan menunjukkan gejala.
Gejala yang menunjukkan kondisi demam tifoid adalah demam sore/malam hari
kurang dari satu minggu, sakit kepala, lidah kotor, dan tidak buang air besar.
Prevalensi demam tifoid pada usia 5-11 tahun lebih tinggi dibanding usia lain.
Terkait lokasi kejadian prevalensi demam tifoid lebih tinggi pada daerah pedesaan
dibandingkan daerah perkotaan. Prevalensi tertinggi di daerah Aceh yaitu 1,8%.
(Riskesdas, 2007)
ETIOLOGI
▪ Sumber utama yaitu penderita demam tifoid sendiri dan juga carrier tifoid. Carrier
tifoid adalah penderita yang tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat menularkan.
▪ Salmonella Typhi adalah bakteri yang dapat menyebabkan demam tifoid.
▪ Masuknya bakteri melalui beberapa cara,yaitu :

1. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi (lalat, debu)


2. Kontak langsung jari tangan dengan sumber kontaminan (feses, muntahan, sekret
saluran nafas (lendir), dan urine penderita tifoid)
3. Kebersihan diri
PATOFISIOLOGI

Melalui duktus torasikus


Air/makanan Sebagian dimusnahkan di Sebagian lolos ke usus (sal. limfe) → darah
terkontaminasi dalam lambung dan berkembang sistemik (bakteriemia I =
asimptomatik)

Dari hati → empedu →


Masuk ke aliran darah
Menyebar ke seluruh sebagian dikeluarkan
Berkembang di dalam kembali (bakteriemia
sistem sirkulasi darah bersama feses, sebagian
organ hati dan limfa II=simptomatik) → gejala
(Hati & limfa) di serap kembali (proses
klinis sistemik
berulang)

Di plak peyeri (infeksi


jaringan plak peyeri) → sistem
imun (hipersensitifitas tipe IV) Erosi/merusak pembuluh Perkembangan limfonodi
→ Hiperplasia/pembesaran darah → pendarahan meningkat → perforasi
jaringan → nekrosis/cedera
jaringan
MANIFESTASI KLINIS
▪ Masa inkubasi demam tifoid antara 2-60 hari dengan rata-rata inkubasi adalah 10-
14 hari. Setelah masa inkubasi, penderita biasanya mengalami perasaan tidak enak
badan, lesi, dan pusing.
▪ Gejala klinis :

1. Demam (pada pagi hari suhu tubuh menurun,akan meningkat pada sore dan
malam hari, kondisi demam diikuti pusing, pegal-pegal, mual, dan muntah)
2. Gangguan saluran pencernaan (penurunan nafsu makan, bau nafas tidak sedap,
bibir pecah-pecah dan kering, warna lidah kemerahan (ujung dan tepi), perut
kembung, hati, dan limpa membesar serta nyeri, konstipasi, diare)
3. Gangguan kesadaran
4. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan/atau limpa)
PERUBAHAN METABOLISME TERKAIT GIZI
Serat perlu diperhatikan pada kondisi demam tifoid. Karena pada tifoid terjadi kondisi
infeksi pada bagian usus halus sehingga konsumsi serat yang tinggi pada kondisi
demam tifoid akan memberikan beban kerja usus halus yang tinggi dan memperparah
infeksi.
OBAT-OBATAN
▪ Obat anti mikroba : kloramfenikol, seftriakson, ampisilin (dikonsumsi saat perut
kosong/ 1-2 jam sebelum makan), amoksilin (dapat dikonsumsi dengan atau tanpa
makanan), quinolone (deplesi vit c dan konsumsinya perlu dipisahkan antara obat
dan beberapa bahan makanan (susu dan olahan susu) karena menghambat absorbs
Ca, Mg, Fe, dan Zink), cefixime dan tiamfenikol (Kepmenkes, 2006)
ASUHAN GIZI
Tujuan :
1. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak merangsang untuk membantu
mempercepat penyembuhan dan menurunkan gejala klinis akibat demam tifoid
2. Memberikan cairan cukup untuk mengurangi dehidrasi akibat demam
3. Memberikan makanan yang rendah serat untuk mengurangi beban kerja usus
halus
Prinsip :
4. Tinggi energi dan protein
5. Rendah serat
SYARAT DIET
1. Energi diberikan cukup sesuai dengan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan. Apabila terdapat demam maka energi dapat ditingkatkan sesuai
peningkatan suhu tubuh.
2. Protein diberikan tinggi, 1,5-2 g/kgBB/hari untuk mempercepat penyembuhan
luka infeksi
3. Lemak diberikan cukup, 20-25% dari kebutuhan total. Sebaiknya dipilih yang
mudah diserap (MCT)
4. Karbohidrat diberikan cukup, 45-60% dari kebutuhan total.
5. Rendah serat (8 gram per hari), terutama serat tidak larut air dan dapat
ditingkatkan secara bertahap sesuai perbaikan kondisi pasien
SYARAT DIET
6. Makanan yang diberikan mudah cerna, porsi kecil dan frekuensi sering
7. Cairan diberikan tinggi untuk menggantikan cairan yang keluar (muntah, diare dan
kondisi demam)
8. Makanan yang diberikan tidak mengandung bahan makanan dan bumbu yang
tajam/merangsang
9. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan AKG
10. Pengolahan makanan sesuai dengan kondisi pasien (tifoid berat : makanan saring,
tifoid ringan : makanan lunak, pasien sembuh : makanan biasa)
BAHAN MAKANAN YANG DIPERBOLEHKAN
Sumber karbohidrat bubur beras, nasi tim, bubur tepung beras, pure kentang, macaroni, roti, biscuit, krakers,
mie, bihun.
Sumber protein hewani Daging sapi, Ikan, ayam, telur, susu.
Sumber protein nabati Tahu, tempe, kacang hijau
Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas (bayam, bit, labu siam, labu
kuning, wortel, tomat)
Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk manis, sari buah, pir
Lemak Margarin dan mentega, minyak untuk menumis dan santan encer
Minuman Sirup, teh
Bumbu Gula, garam, kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi laos, sereh, salam
BAHAN MAKANAN YANG TIDAK
DIANJURKAN
Sumber Karbohidrat Beras ketan, roti gandum, jagung, ubi, singkong, talas
Sayuran Sayuran mentah, sayuran berserat tinggi dan menimbulkan gas, seperti daun
singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi asparagus
Buah-buahan Buah yang tinggi serat dan menimbulkan gas, seperti nanas, kedondong,
apel, durian, nangka, dan buah yang dkeringkan.
Minumin Alkohol, soda, dan kopi
Bumbu Cabai, bawang, merica, cuka dan bumbu lain yang tajam dan merangsang
KASUS
KASUS
PENGKAJIAN GIZI
PENGKAJIAN GIZI
PENGKAJIAN GIZI
DIAGNOSIS GIZI
1. Asupan makanan dan minuman per oral tidak adekuat yang berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun dan keadaan umum lemah ditandai dengan asupan
defisit tingkat berat E = 19,46%; P=9,41%; L = 11,15%; KH= 24,33%.
2. Konsumsi makanan yang tidak aman yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan pengasuh terkait hygiene sanitasi yang ditandai dengan pasien
sering diajak jajan di pedagang kaki lima dan kebersihan diri pengasuh yang
kurang.
3. Perubahan fungsi gastrointestinal yang berhubungan dengan infeksi pada bagian
usus yang ditandai dengan diagnosis tifus abdominalis (Thyph 0 (+), Thyph H (+)),
leukosit meningkat, demam (suhu tubuh 38⁰C).
INTERVENSI GIZI
Tujuan :
▪ Meningkatkan asupan makanan dan minuman pasien dengan menyediakan
makanan yang seimbang sesuai kebutuhan, keadaan penyakit, dan daya terima
pasien, serta menurunkan asupan serat agar tidak memperberat infeksi pada
ususnya.
Prinsip Diet :
▪ Tinggi Energi
▪ Tinggi protein
▪ Rendah Serat
SYARAT DIET
▪ Energi diberikan sesuai AKG yaitu 102 kkal/BBI ditambah dengan peningkatan suhu
1⁰C sehingga didapatkan energi sebesar 1.187,2 kkal/hari
▪ Kebutuhan lemak 25% dari total kebutuhan energi yaitu sebesar 29,2 g/hari
▪ Kebutuhan protein 15% dari total kebutuhan pasien yaitu sebesar 39,4 g/hari
▪ Kebutuhan karbohidrat merupakan sisa dari pemenuhan energi melalui lemak dan
protein, yaitu sebesar 60% dari total energi atau sebesar 157,6 g/hari
▪ Serat diebrikan rendah dan akan ditingkatkan secara bertahap
SYARAT DIET
▪ Cairan diberikan cukup yaitu sebesar 1015 cc per/hari
▪ Cairan = 1000 + (BB-10)x50
= 1000 + (10,3 -10) x 50
= 1015 cc
▪ Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan AKG untuk usia 1-3 tahun

▪ Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering


▪ Bahan makanan yang diolah menjadi bentuk lunak dan tidak menggunakan bumbu
yang tajam dan merangsang
BAHAN MAKANAN YANG DIPERBOLEHKAN
Sumber karbohidrat bubur beras, nasi tim, bubur tepung beras, pure kentang, macaroni, roti, biscuit, krakers,
mie, bihun.
Sumber protein hewani Daging sapi, Ikan, ayam, telur, susu.
Sumber protein nabati Tahu, tempe, kacang hijau
Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas (bayam, bit, labu siam, labu
kuning, wortel, tomat)
Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk manis, sari buah, pir
Lemak Margarin dan mentega, minyak untuk menumis dan santan encer
Minuman Sirup, teh
Bumbu Gula, garam, kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi laos, sereh, salam
BAHAN MAKANAN YANG TIDAK
DIANJURKAN
Sumber Karbohidrat Beras ketan, roti gandum, jagung, ubi, singkong, talas
Sayuran Sayuran mentah, sayuran berserat tinggi dan menimbulkan gas, seperti daun
singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi asparagus
Buah-buahan Buah yang tinggi serat dan menimbulkan gas, seperti nanas, kedondong,
apel, durian, nangka, dan buah yang dkeringkan.
Minumin Alkohol, soda, dan kopi
Bumbu Cabai, bawang, merica, cuka dan bumbu lain yang tajam dan merangsang
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI DAN
ZAT GIZI
BBI = 10,3 kg (menurut WHO Child Growth Standarts untuk anak usia 1 tahun 3 bulan)
Energi = (102 x 10,3 kg) + (13%(setiap kenaikan 1⁰C/koreksi suhu) x (102x10,3))
= 1.187,2 kkal
Protein = 15% x 1.187,2 kkal
= 178,1 kkal/4
= 44,5 g
Lemak = 25% x 1.187,2 kkal
= 296,8 kkal/9
= 32,9 g
Karbohidrat = 60% x 1.187,2 kkal
= 712,3 kkal/4
= 178,1 g
CONTOH MENU
CONTOH MENU
INTERVENSI EDUKASI DAN KONSELING
GIZI
Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang pentingnya diet
pada kondisi demam tifoid dan hygiene sanitasi untuk mencegah penularan
Salmonelle typhi penyebab demam tifoid
Sasaran Keluarga dan pengasuh
Tempat Ruang rawat inap
Waktu Pada saat kunjungan ahli gizi ke ruang rawat, ±20 menit
Materi Pentingnya diet yang tepat bagi penderita demam tifoid
Kebutuhan energi dan zat gizi
Pembatasan serat pada demam tifoid
Menu diet penderita
Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP)
Pentingnya konsumsi air putih
Metode Ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi
Media Leaflet, DBMP, food model
KOORDINASI DENGAN TIM MEDIS
▪ Koordinasi dengan dokter tentang kondisi penderita terutama perubahan hasil
pemeriksaan laboratorium sebelum dan sesudah pemberian diet.
RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
GIZI
Monitor Evaluasi Waktu
Intake energi dan zat gizi Membandingkan intake makan saat Pada saat kunjungan ulang
dirawat dengan rekomendasi
kebutuhan energi dan zat gizi
Antropometri Perubahan berat badan Pada akhir perawatan
Data laboratorium Membandingkan nilai widhal dengan Pada akhir perawatan
data normal
Membandingkan hasil pengukuran
leukosit dengan nilai normal
Pemeriksaan fisik fokus Membandingkan hasil pengukuran Setiap hari
gizi suhu tubuh dengan nilai normal
KASUS I
Nn. A seorang mahasiswa (23 th), dating ke rumah sakit dengan keluhan demam selama 3 hari. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan. Untuk penurunan berat badan tidak diketahui karena nn. A jarang
menimbang berat badan. Berat badan saat ini yaitu 46 kg dengan tinggi badan 157 cm.

Nn.A memiliki kebiasaan makan nasi 1,5 centong/makan, lauk dan sayur selalu ada setiap kali makan dengan
jumlah 1p. Ayam goreng, telur goreng, ikan goreng 4x/minggu.Tempe dan tahu goreng atau bacem 2x/minggu.
Sayur yang paling sering dikonsumsi yakni sayur bayam, tumis sawi dan kangkung, lodeh, dan sayur asam.

Nn.A gemar mengkonsumsi jajanan seperti sempolan, telur gulung, cilok, cimol, dan batagor. Konsumsi air
putih 6 gelas/hari, the manis 1 gelas tiap pagi. Nn.A lebih sering membeli makanan dari luar daripada masak
sendiri

Dari hasil pemeriksaan hb 12 g/dl, leukosit 11.300 mg/dL, suhu tubuh 38⁰C. Pasien berada dalam kondisi sadar
penuh, lidah Nampak kotor, pusing, menggigil, mual. Selama di rumah sakit Nn. Ahanya mengkonsumsi 4 sdm
bubur, dan 1 semur bola daging ukuran sedang, ½ tahu bacem, 3 sdm kuah soup, 4 sdm bubur sumsum, dan 1
ptg sedang sari roti coklat.

Selama di rumah sakit Nn.A hanya ditemani teman-teman kuliahnya. Bila ditemani teman-temannnya pasien
semangat untuk makan. Nn. A belum pernah mendapatkan informasi menegnai apa yang sebaiknya dimakan
dari tenaga kesehatan. Sehingga perlu dilakukan skrining untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi
KASUS II
An. F, jenis kelamin laki-laki, umur 7 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 6 april 2014, TB 118 cm, BB 20 kg, di
diagnosa demam tifoid. Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,bersifat turun naik,
terutama dirasakan menjelang sore dan malam hari, tidak disertai badan menggigil dengan banyak berkeringat, dan
tidak ditemukannya bercak-bercak kemerahan pada kulit, atau perdarahan pada hidung. Semenjak panas, pasien
sering mengigau saat sedang tidur. Keluhan disertai dengan nyeri pada perut, nafsu makan menurun, dan sejak 4 hari
yang lalu belum buang air besar. Buang air kecil biasa 2 kali sehari sebelum masuk rumah sakit, pasien berobat ke
dokter dan diberi obat penurun panas.

Namun karena tidak ada perubahan pasien dibawa ke RS X. Pasien sering makan makanan jajanan luar rumah. Riwayat
pergian keluar daerah disangkal. Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Dalam keluarga tidak ada
menderita penyakit seperti ini.  Hb 10,8 g/dl, hematokrit: 32%, leukosit 6.500/mm³, LED: 18 mm/jam, trombosi
135.000/mm³, dff count : 0/0/2/50/3. Pemeriksaan kimia urin: kejernihan: kuning jernih TD 120/80 mmhg, nadi:
100x/menit, suhu 38,3°C, pernafasan 28x/menit. Secara fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Infus RL 20 TPM, paracetamol syr 3 x 500 mg (kalau panas), kloramfenikol 4 x 500 mg. Pasien biasa makan 3 kali sehari
dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran. Selama sakit nafsu makan menurun, mual, nyeri pada perut serta tidak BAB
6 hari, saat awal masuk RS didapatkan energi 1200 kkal, protein 45 gr, lemak 35 gr, KH 180 gr.
KASUS III
Nn. R berusia 10 tahun seorang pelajar beragama islam diagnosa  demam tipoid tgl.
Kasus       : 14 maret 2020 BB: 23 kg, tb   : 129 cm, pasien datang dengan keluhan demam
sejak 7 hari  yang lalu disertai mual, muntah ,batuk dan BAB agak cair. Pola makan tidak
teratur 1-2 kali sehari  snack 1 – 3 kali sehari menyukai sayuran dan buahan, menyukai ayam
dan daging, tidak menyukai ikan , tempe dan tahu suka. Sering minum teh, belum pernah
mendapatkan penyuluhan mengenai gizi. Aktivitas fisik pasien sedang,  pasien mempunyai
nafsu makan yang baik, terutama untuk mengonsumsi buah-buahan, makanan yang disajikan di
RS di makan walaupun tersisa sedikit. Hasil recall E = 570 kkal, P=23,4 gr,L=16,4 gr,
KH=78,9 gr.
Suhu 38 ⁰C, Pernafasan 24x/menit, nadi 130kali/menit.
Pengukuran Hasil
Thypoid  O Positif 1/80
Thypoid  H Positif 1/80
ParaThypoid BH Positif 1/80
ParaThypoid CH Positif 1/80
TUGAS KELOMPOK
DATELINE PENGUMPULAN TUGAS : MINGGU DEPAN
Click icon to add picture

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai