Anda di halaman 1dari 21

ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN

Bencana Gempa –
Tsunami Donggala
Disusun oleh :
1. Dinda Sekar Pramesti 101611535026
2. Griselda Malinda E.P 1016115350
3. Sayu Larasati Nabila 101611535034
Deskripsi
Bencana
Bencana gempa dan tsunami terjadi pada
tanggal 28 September 2018 pada pukul
17.01 WIB atau 18.02 WITA. Gempa
terjadi dengan kekuatan magnitudo 7,4
SR terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi
Tengah. Gempa berkedalaman 10
kilometer, berpusat di 0,18 LS dan 119,85
BT atau 27 kilometer Timur Laut Donggala
dan berpotensi tsunami.
Data Laporan Finalisasi Data dan Informasi Bencana
Gempa bumi, Tsunami dan Likuifasi di Sulawesi Tengah

Korban jiwa Keterangan


Jumlah Titik Jumlah KK Jumlah Jiwa
Kab/Kota MD : Meninggal Dunia
Pengungsian Pengungsi Pengungsi
MD H LK H : Hidup
LK : Luka-luka

Kota Palu 127 10.350 37.677 1.712 832 1.549

Sigi 154 28.588 90.603 288 114 813

Donggala 52 11.478 36.346 212 19 175

Parigi Moutong 0 0 0 15 0 0

Total 333 50.422 164.626 2.227 965 2.537


Con’t

Keterangan
Kerusakan Rumah
Kab/Kota RR : Rusak Ringan
RR RS RB Hilang
RS : Rusak Sedang
RB : Rusak Berat
Kota Palu
2.175 1.484 2.158 1.784

Sigi
9.712 9.219 12.657  

Donggala
7.290 6.099 7.989  

Parigi Moutong
3.643 2.090 1.935  

Total
22.820 18.892 24.739 1.784
Con’t

Jumlah Jumlah Keterangan


No Kab/Kota Sarana Faskes Hilang RB RS RR
Total Rusak
RR : Rusak Ringan
1 Kota Palu Rumah Sakit 14 14 0 1 10 3 RS : Rusak Sedang
RB : Rusak Berat
Puskesmas 13 12 0 2 4 6
Pustu 30 17 2 0 6 9
2. Kab. Sigi Rumah Sakit 1 1 0 1 0 0
Puskesmas 19 14 0 2 3 9
Pustu 48 20 0 11 3 6
3. Kab. Donggala Rumah Sakit 2 2 0 0 0 2
Puskesmas 18 18 0 5 4 9
Pustu 74 71 0 0 18 43
4. Kab. Parigi Moutong Rumah Sakit 3 1 0 0 1 0
Puskesmas 23 6 0 0 0 6
Pustu 80 9 0 0 0 9
Kerusakan Infastruktur lain yang mengalami kerusakan dari dampak bencana gempa dan

Infrasturtur
tsunami Sulawesi Tengah yaitu kondisi jalan rata-rata retak dan putus pada
hampir seluruh jalan di Kota Palu, jalan trans Palu – Ploso-Makassar tertutup
longsor, jembatan pendek bergeser, sebanyak 4 jembatan Palu rubuh dan 3
jembatan lainnya masih bisa digunakan, dan jembatan Talise putus/ ambruk.
Kemudian kondisi sarana dan prasarana umum lainnya yaitu landasan Bandara
Mutiara Palu sepanjang 250 meter dari 2.250 meter mengalami kerusakan
sehingga pesawat komersil tidak dapat mendarat, pelabuhan Kota Palu rusak
berat, sarana ibadah di Kabupaten Donggala dan Kota Palu rusak, listrik mati,
dan sistem komunikasi telepon seluler putus.
Masa Tanggap Darurat

Masa tanggap darurat bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada awalnya berakhir pada
tanggal 13 Oktober 2018. Namun, diperpanjang selama 14 hari sehingga berakhir pada tanggal 26
Oktober 2018 dengan beberapa pertimbangan seperti untuk mesrespon kebutuhan pangan pengungsi,
distribusi bantuan logistik dan pembukaan jalan ke lokasi yang masih terisolasi. Kemudian masa transisi
dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2018 sampai dengan 23 Februari 2019.

Penyediaandan pembangunan tempat pengungsian


Berdasarkan laporan gubernur, jumlah total titik pengungsian yaitu sebanyak 333 titik tersebar di 3
wilayah terdampak, yaitu 127 titik pengungsian terdapat di Kota Palu, 154 titik pengungsian terdapat di
Kabupaten Sigi dan 52 titik pengungsian di Kabupaten Parigi Moutong.
Kebutuhan Hunian Sementara Pengungsi
Kota Palu Kab. Sigi Kab. Donggala Kab. Parigi Total
Moutong
3.540 KK 8.809 KK 7.908 KK 20.257
0
Jumlah Titik Jumlah Titik Jumlah Titik Total Jumlah
Jumlah Titik Titik
titik huntara titik huntara titik huntara
sebanyak 98 sebanyak 86 titik huntara titik huntara
sebanyak 23
sebanyak 0 sebanyak 207

Ultiate
Koordinasi dalam Penanganan Kedaruratan
Bencana
1.Koordinasi awal yang dilakukan saat terjadi bencana di Palu, Donggala adalah dengan pengerahan pesawat dalam
penanganan kedaruratan bencana. 27 unit pesawat dikerahkan untuk operasi lapangan yang terdiri dari 17 pesawat
dalam negeri dan 10 pesawat luar negeri.
2.Saat evakuasi korban bencana, upaya evakuasi terhadap korban dilakukan dengan kerjasama berbagai pihak, antara lain
BASARNAS, PMI, TNI/POLRI, Pemerintah setempat dan masyarakat. Sedangkan untuk supply bahan bakar motor (BBM)
telah dijamin oleh Depo Pertamina setempat.
3.Tim reaksi cepat (TRC) bertugas dalam hal ini untuk melakukan penilaian (assessment) terhadap kondisi infrastruktur
yang ada di Palu, Donggala pasca terjadinya bencana. Assessment dilakukan pada beberapa sarana umum seperti
Sumber Daya Air (SDA) dan irigasi, jaringan jalan dan jaringan air bersih. Komando dari orang yang berkewenangan
sangat dibutuhkan untuk mengatur tim reaksi cepat dalam penanganan kedaruratan bencana. Satrio Yoyok merupakan
seorang Incident Commander yang memberikan komando dalam bencana ini. Incident Commander berkewenangan
untuk melakukan konsolidasi seluruh unsur kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) termasuk
dalam hal ini satuan kerja yang ada di da danerah memfasilitasi posko darurat dengan tim reaksi cepat dan tim satuan
kerja yang berada di lokasi serta melakukan konsolidasi pelaporan ke pusat Komando di Jakarta (Puskogab PB PUPR).
Selain itu, Incident Commander juga bertugas untuk memberikan laporan keberadaan Pospenas/Departemen Tanggap
Darurat BNPB atau BPBD Sulawesi Tenggara terkait dengan kesiapan sumber daya dan kapasitas tanggap darurat.
Data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 6 Oktober 2019, menyebutkan
bahwa keseluruhan tim yang tercatat di posko kesehatan adalah sejumlah 91 tim. Telah dilakukan rapat
koordinasi pada klaster kesehatan yang dipimpin secara langsung oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan.
Terdapat beberapa poin hasil dari rapat koordinasi klaster kesehatan, antara lain:

• Poin 1 yaitu laporan bahwa kecamatan terisolasi tercatat sejumlah 4 kecamatan. Untuk menagani kasus
ini TNI merencanakan akan mengirim satu regu ke tiap-tiap lokasi kecamatan terisolasi untuk membuka
dan jika Puskesmas hingga waktu yang ditetapkan tidak membuka layanan kesehatan maka akan
dibongkar paksa untuk diisi relawan.
• Poin kedua hasil rapat koordinasi adalah setiap sub-klaster harus bekerja sesuai dengan tugas
fungsinya masing-masing.
• Poin ketiga hasil rapat koordinasi adalah bahwa setiap sub-klaster harus melaporkan hasil kegiatan dan
laporan diberikan pada posko klaster kesehatan.
• Poin keempat hasil rapat koordinasi adalah sub klaster kesehatan lingkungan memberikan usulan agar
relawan kesehatan baik dari pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat yang turut
membantu agar menyertakan tenaga kesehatan lingkungan dalam penangangan bencana.
Manajemen Risiko Penyakit Menular Pasca
Bencana
Data penyakit yang timbul akibat bencana
tsunami per-29 Oktober 2018 yaitu di Kota Palu
kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
sebanyak 2.194 kasus dan kejadian diare akut
sebanyak 1.300 kasus. Di Kabupaten Donggala,
tercatat 2.110 kasus ISPA dan 1563 kasus diare
akut. Sedangkan di Kabupaten Sigi kejadian
penyakit ISPA sebesar 1.655 kasus dan
hipertensi sebanyak 793 kasus.
Data yang diperoleh dari lokasi pos pengungsi Kelurahan Gunung
Bale, Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa kondisi dan
masalah yang ada di lokasi bencana yang memperparah
penyebaran terhadap penyakit menular diantaranya adalah

• tersebarnya pengungsi yang hidup di tenda-tenda kecil. Setiap


tenda kecil yang ada didirikan seadanya, dibuat dari terpal ataupun
spanduk bekas dengan dihuni lebih dari 10 orang
• Mayoritas pengungsi membuat dapur sendiri yang didirikan di
samping tenda dengan menggunakan bahan kayu bakar, terdapat
pengungsi yang meletakkan hewan ungas peliharaan seperti ayam
berdekatan dengan tenda
• kondisi personal higiene yang buruk seperti kegiatan mengolah
bahan makanan ikan yang dilakukan di atas semen, pengolahan
makanan tidak didahului dengan mencuci tangan serta keberadaan
lalat hijau yang mengerumuni bahan makanan yang akan diolah
• Tidak adanya tempat yang dikhususkan untuk membuang sampah
• Kebiasaan buruk seperti buang air besar yang tidak dilakukan di
jamban, yaitu dengan memasukkan feses ke dalam plastik yang
kemudian dibuang di semak-semak
Dalam manajemen resiko penyakit menular pasca bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah diperlukan upaya
terintegrasi dari pemerintah dan klaster kesehatan. Surveilans penyakit merupakan kegiatan penting yang dilakukan
untuk pemantauan perkembangan penyakit pasca gempa. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
merupakan kewenangan dari klaster kesehatan khususnta sub-klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
Upaya yang dilakukan oleh sub-klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan diantaranya adalah

Melakukan pemantauan terhadap perkembangan penyakit baik menular maupun tidak menular yang terjadi
akibat adanya gempa Sulawesi Tengah
• Mendistribusikan logistik sarana kesehatan lingkungan seperti polybag sampah sebagai tempat pembuangan
sampah sementara, kaporit untuk desinfeksi air bersih, dan distribusi Penjernih Air Cepat (PAC).
• Melakukan penyehatan air dan desinfeksi guna pengendalian vektor penyakit pasca terjadinya bencana
• Pembagian logistik kesehatan lingkungan pada masing-masing pos kesehatan, pos pengungsian dan fasilitas
kesehatan yang tersebar di titik-titik tertentu di Sulawesi Tengah.
• Melakukan desinfeksi di 6 rumah sakit, yaitu 5 rumah sakit di Palu dan 1 rumah sakit di Sigi
• Melakukan pemantauan sanitasi dan keamanan pangan yang dilakukan di 6 dapur PMBA (Pemberian Makanan
Bayi dan Anak)
• Penataan ulang pengawasan yang dilakukan terhadap sebaran penyakit malaria, kusta dan kecacingan.
• Fogging desinfektan dan penyemprotan yang dilakukan bersama Kostrad di 3 lokasi pengungsian, yaitu
pengungsian Kelurahan Balaroa, Kelurahan Duyu dan Kelurahan Donggala Kodi
• Pengadaan pos pelayanan imunisasi oleh Dinas Kesehatan setempat. Pos pelayanan imunisasi bertujuan
digunakan sebagai titik fokus penyimpanan vaksin, sehingga memudahkan Puskesmas untuk mengambil
vaksin. Pos pelayanan imunisasi terletak di belakang Puskesmas Biromaru
Berdasarkan data yang diperoleh per tanggal 7 November 2018, didapatkan informasi bahwa
sub-klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan telah mendata beberapa logistik terkait
dengan upaya pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular. Logistik yang telah
terdistribusi diantaranya:

1. Sarung tangan karet sejumlah 216 buah 11. Desinfektan padat sejumlah 5000 tablet
2. Safety box sejumlah 200 buah 12. Desinfektan cair sejumlah 150 kg
3. Kantung jenazah sejumlah 1.200 buah 13. Spray can sejumlah 10 unit
4. Masker non-kain sejumlah 9.250 buah 14. Derigen lipat sejumlah 50 buah
5. Masker M3 sejumlah 2.500 buah 15. Repellent lalat sejumlah 1.728 stick
6. Polybag sejumlah 8900 lembar 16. Sepatu boots sejumlah 50 pasang
7. PAC sejumlah 2.700 sachet 17. Topi dan rompi sejumlah 50 buah
8. Peralatan kesling sejumlah 15 koli
9. Food handler sejumlah 50 kit
10. Desinfektan lalat sejumlah 180 tabung 400gr
Penyediaan Air Bersih
1. Sumber air baku : Artesis dan Sumur Bor di 8 lokasi
2. Sumber air permukaan (intake Jembatan Palu dan intake Jembatan Kasubi)
3. Sarana dan prasarana yang dikirim dari Makassar (sudah tiba per tanggal 30 September 2019) serta
dari Surabaya dan Bekasi (dijadwalkan akan tiba pada Kamis, 4 Oktober 2019)
a. 25 unit Hidran Umum (HU) kap 2000 Liter, (15 unit sudah terpasang)
b. 15 unit mobil tangki air, (2 unit sudah beroperasi)
c. 49 unit WC Knock Down, (15 unit mulai dipasang per 2 Oktober 2019)
d. 34 tenda darurat, (10 unit mulai didistribusikan per 2 Oktober 2019)
e. 5 unit dump truck (3 unit sudah beroperasi)
f. 3 unit mobil IPA
g. 4 unit mobil tinja
h. 3 unit genset
i. 1 unit mobil toilet
4. Akan dilakukan pengecekan jaringan distribusi perpipaan air minum Kota Palu dan Kota Donggala.
Sanitasi Lingkungan Tempat Pengungsian
• Berdasarkan LembarFakta, 6 Oktober 2018, terdapat beberapa masalah sanitasi lingkungan yang terjadi
di tenda pengungsian seperti sampah terlihat berserakan di sekitar tenda, tidak ada tempat khusu untuk
mengumpulkan sampah, dan sebagian besar sampah kering dibakar sedangkan sampah basah
dikumpulkan jadi satu plastik kemudian dibakar. Selain itu masalah lainnya yakni sebagian besar dari
pengungsi melakukan BAB di kantong plastik yang nantinya kanotong plastik tersebut di buang di
semak-semak. Selain itu tidak jarang lalat-lalat hijau mengerumuni bahan makanan yang akan diolah.
• Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut upaya yang telah dilakukan yakni dengan pendistribusian
logistik kesehatan lingkungan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala yang terdiri dari :
1. Agita (pestisida lalat) sebanyak 6 toples yang masing-masing sebesar 400gram.
2. Polybag sampah domestik 250 lembar
3. Repellent lalat 72
• Selain itu pengendalian yang telah dilakukan yakni penyemprotan dan fogging disinfektan bersama
Kostrad di 3 lokasi yakni Pengungsian Kelurahan Balaroa, Kelurahan Duyu, dan Kelurahan Donggala
Kodi. Dinas Kesehatan juga membuka pos pelayanan imunisasi di belakang Puskesma Biromaru untuk
titik fokus penyimpanan vaksin agar memudahkan Puskesmas untuk mengambil vaksin.
Kondisi Dapur dalam Pengungsian
• Dilihat dari Subklaster Kesehatan Lingkungan yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 6 Oktober 2018 menjelaskan bahwa
terdapat beberapa masalah dalam penanganan penyediaan makanan di
pengungsian yakni pengungsi membuat dapur sendiri di dekat tenda dan
menggunakan kayu bakar, ada juga yang meletakkan hewan ternak seperti
ayam di dekat tenda pengungsian. Selain itu aktifitas mengolah makanan
seperti memotong ikan diatas semen, perilaku pengungsi yang tidak mencuci
tangan dan terlihat lalat hijau yang mengerumuni bahan makanan yang akan
diolah.
• Dapur umum TAGANA (Taruna Siaga Bencana) beroperasi dua kali sehari,
siang dan malam, namun pengungsi kebanyakan masak sendiri di tenda
masing-masing. Air bersih bersumber dari air sungai kota, dipasok oleh BPBD
2 kali sehari yakni pagi dan sore dan diantar ke masing-masing tenda
pengungsi. Kondisi fisik air jernih tidak berbau dan tidak berasa namun belum
di uji laboratorium kualitas kimia air. Terkadang pengungsi langsung meminum
air tanpa dimasak terlebih dahulu.
Berdasarkan data bencana pada tanggal 8 November 2018, bahwa penanggulangan

bencana pada subklaster gizi dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :


• Pengamanan makanan dapur umum
• Membantu penyediaan makanan didapur umum untuk pengungsi terutama bayi dan anak-anak
• Kolaborasi dengan Kementerian Sosial untuk pendirian dapur umum PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak)
pada 6 titik
• Penyelenggaraan dapur PMBA dan edukasi gizi di 4 titik pengungsian yakni di Masjid Agung Darussalam, Dinas
Sosial, Daerah Tondo dan Petobo
• Melakukan screening status gizi balita dengan pita LILA
• Berkoordinasi dengan koordinator pengungsi didepan Kantor Bupati Donggala terkait pendataan dan pendirian
dapur PMBA
• Mensosialisasikan surat Dirjen Kesehatan Masyarakat terkait kebijakan pemberian susu formula pada balita
terdampak bencana pada Dinas Kesehatan Donggala
• Pengawasan dan kontrol makanan pengganti ASI dari donatur
• Logistik yang sudah terdistribusikan yakni PMT untuk balita sebanyak 3 ton dan PMT untuk ibu hamil sebanyak 2,81
ton
Penanganan Kesehatan Reproduksi
• Berdasarkan Data Bencana pada tanggal 7 November 2018, menjelaskan bahwa
penanganan kesehatan reproduksi pengungsi sudah dilaksanakan pada kelompok rentan
(ibu hamil, anak bayi, balita dan lansia). Selain itu juga dilakukan mobilisasi bidan serta
peralatan pendukung untuk kesehatan ibu. Untuk memperlancar pelayanan kesehatan
reproduksi, didirikanlah tenda pelayanan kesehatan reproduksi di 5 lokasi yaitu di
Lapangan Bola Desa Beka Kabupaten Sigi, Lapangan Wombo Desa Wombo Kalongga
Kabupaten Donggala, Desa Donggala Kodi Kota Palu, Lapangan Vatulemo Kota Palu dan
Lapangan Masjid Agung Kota Palu.
• Monitoring tenda kesehatan reproduksi juga dilaksanakan dan juga melaksanakan rapat
koordinasi kesehatan reproduksi dengan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala untuk
menyepakati titik pemasangan tenda kesehatan reproduksi serta pemasangan 2 tenda
ramah perempuan di Deletope dan Tompe. Selain itu juga dilakukan pelayanan
pemantauan tumbuh kembang balita dan pemeriksaan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) di Kota Palu serta melanjutkan layanan mobile services kesehatan reproduksi
remaja Kota Palu. Logistik kesehatan reproduksi yang sudah dikirimkan meliputi :
Logistik kesehatan reproduksi yang telah
dikirimkan

1. Kit higiene sebanyak 5.000 kit


2. Kit ibu hamil sebanyak 1.000 kit
3. Kit ibu pasca melahirkan sebanyak 1.000 kit
4. Kit bayi baru lahir sebanyak 1.000 kit
5. Kit persalinan sebanyak 50 kit
6. Tenda kesehatan reproduksi sebanyak 20 unit
7. Partus set sebanyak 5 set
8. Dopler sebanyak 4 buah
9. Kit lansia sebanyak 200 kit
Penanganan Kesehatan Jiwa
• Melaksanakan trauma healing terpadu dengan Dinas Sosial
setempat
• Memberikan pengarahan kepada tim MSF Belgia terkait
program, sistem rujukan, dan pelaporan pada kejadian
bencana ini
• Melaksanakan Rapat Koordinasi Dukungan Kesehatan Jiwa
dan Psikososial (DKJPS) yang dihadiri oleh IPK Sulawesi
Selatan, Himpsi Sulawesi Selatan, PMI, Yayasan Pulih –
UNFPA, MSF Belgim, RSCM, RS Sardjito, Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
• Sumber Daya Manusia Kesehatan Jiwa di Posko DKJPS
terdiri dari 1 psikiater di RS Madani, 1 psikiater di RS Sis Al
Jufri, 2 psikiater di posko penyintas, psikologis klinik HIMSI,
dan 6 orang Tim Pusat Krisis Psikologi Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai