Anda di halaman 1dari 27

1

Intervensi Dinas Kesehatan Dalam Upaya


Penanggulangan Stunting yang Terintegrasi
Terhadap Diare

DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT


ANUNG untuk STUNTING KEMENKES 2018
2
LATAR BELAKANG PENANGGULANGAN
STUNTING

Prevalensi Stunting
KENAPA PENTING ?
Indonesia 37% (hampir 9
DAMPAK JANGKA PANJANG
JUTA).
STUNTING  Terbatas Kognitif,
Ini berarti 1 dari 3 anak produktivitas kurang, Resiko PTM
stunted. Dampak Ekonomi krn kurang daya saing
LOKUS 100 KABUPATEN PENURUNAN STUNTING
2018

TOTAL COVERAGE 100 % PELAKSANAAN PERCEPATAN


PERBAIKAN GIZI di masing-masing Kabupaten 10 DESA

4
6

SITUASI SAAT INI


7
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING DI
INDONESIA
MENURUT WHO TAHUN 2010
PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, PER PROVINSI 8
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2017)
8 PROVINSI
mengalami
PENINGKATAN
PREVALENSI
berturut-turut
selama 3 tahun

• Mengapa
bisa?
• Apakah
karena
faktor
sensitif atau
• Apa saja yang telah spesifik?
dilakukan?
• Adakah program khusus
Mengalami penurunan prevalensi berturut-turut selama 3 tahun daerah?
• PERLU PENELITIAN
LEBIH LANJUT
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, PER PROVINSI 9
KEP. BABEL (7 Kab/Kota) (PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
• R (0); M (6)
• T (1); ST (0) KALSEL (13 Kab/Kota)
• R (1); M (2) KALTIM (10 Kab/Kota)
• R (0); M (1) GORONTALO (6 Kab/Kota)
KALTENG (14 Kab/Kota) • T (7); ST (3) • R (0); M (2)
KEP. RIAU (7 Kab/Kota) • T (9); ST (0) SULBAR(6 Kab/Kota)
SUMATERA UTARA (33 Kab/Kota) • R (0); M (1) • T (4); ST (0)
• R (3); M (3) • R (0); M (0)
• R (1); M (14) • T (8); ST (5)
• T (1); ST (0) • T (4); ST (2)
• T (13); ST (5) KALTARA (5 Kab/Kota)
• R (0); M (1) SULUT 15( Kab/Kota)
KALBAR (14 Kab/Kota)
• T (3); ST (1) • R (1); M (6)
• R (0); M (1)
ACEH (23 Kab/Kota) • T (9); ST (4) • T (7); ST (1)
• R (0); M (5)
• T (14) ; ST (4) RIAU (12 Kab/Kota) SULTENG (13 Kab/Kota)
• R (0); M (7) • R (0); M (0) MALUKU UTARA (10 Kab/Kota)
• T (5); ST (0) • T (12); ST (1) • R (3); M (5)
SUMBAR (19 Kab/Kota) • T (2); ST (0)
• R (0); M (10)
• T (8) ; ST (1)
PAPUA BARAT (13 Kab/Kota)
• R (0); M (3)
JAMBI (11 Kab/Kota)
• R (1); M (8) • T (9); ST 1()
• T (2); ST (0)
JATENG (35 Kab/Kota) PAPUA (29 Kab/Kota)
• R (0); M (21) • R (1); M (9)
SUMSEL (17 Kab/Kota) • T (14); ST (0) SULSEL (24 Kab/Kota) SULTRA (1 Kab/Kota) • T (14); ST (5)
• R (5); M (10) BENGKULU (10 Kab/Kota) • R (0); M (2) • R (0); M (3)
• T (2); ST (0) • R (0); M (5) • T (15); ST (7) • T (9); ST (5)
• T (5); ST (0) MALUKU 11( Kab/Kota)
• R (0); M (3)
NTT (22 Kab/Kota) • T (7); ST (1)
LAMPUNG (15 Kab/Kota) • R (0); M (3)
• R (0); M (6) • T (8); ST (11)
• T (9); ST (0)
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING:
BANTEN (8 Kab/Kota) • RENDAH (R), prev <20%
• R (0); M (4) • MEDIUM (M), prev 20-29%
DKI JAKARTA (6 Kab/Kota) JABAR(27 Kab/Kota) DIY (5 Kab/Kota) JATIM (38 Kab/Kota) BALI ( 9Kab/Kota) NTB (10 Kab/Kota)
• T (4); ST (0) • TINGGI (T), prev 30-39%
• R (1); M (5) • R (2); M (16) • R (1); M (4) • R (6); M (21) • R (4); M (5) • R (0); M (0)
• SANGAT TINGGI (ST), prev ≥40%
• T (0); ST (0) • T (8); ST (1) • T (0); ST (0) • T (9); ST (2) • T (0); ST (0) • T (9); ST (1)
Cut off Masalah Kesehatan Masyarakat
Prevalensi TB/U
Provinsi menurut WHO (2010) PREVALENSI STUNTING (TB/U)
2016 2017 2016 2017
BALITA USIA 0-59 BULAN
10
DI Aceh 26,4 35,7 Medium Tinggi
Sumatra Utara
Sumatra Barat
24,4
25,5
28,5
30,6
Medium
Medium
Medium
Tinggi
PER PROVINSI
Riau 25,1 29,7 Medium Medium (PEMANTAUAN STATUS GIZI 2016-2017)
Jambi 27,0 25,2 Medium Medium
Sumatera Selatan 19,2 22,8 Rendah Medium
Bengkulu 23,0 29,4 Medium Medium
Lampung 24,8 31,6 Medium Tinggi
Kep Bangka Belitung 21,9 27,3 Medium Medium
Pada PSG 2017, berdasarkan cut off WHO (2010), terdapat 4
Kepulauan Riau 22,9 21,0 Medium Medium kategori masalah kesehatan masyarakat untuk kategori TB/U, yaitu:
DKI Jakarta 20,1 22,7 Medium Medium
Jawa Barat 25,1 29,2 Medium Medium
• Rendah (<20%): 2 Provinsi
Jawa Tengah 23,9 28,5 Medium Medium • Medium (20-29%): 13 Provinsi
DI Yogyakarta 21,8 19,8 Medium Rendah
Jawa Timur 26,1 26,7 Medium Medium
• Tinggi (30-39%): 17 Provinsi
Banten 27,0 29,6 Medium Medium • Sangat Tinggi (≥40%): 2 Provinsi, yaitu NTT dan SULAWESI
Bali 19,7 19,1 Rendah Rendah
Nusa Tenggara Barat 30,0 37,2 Medium Tinggi BARAT
Nusa Tenggara Timur 38,7 40,3 Tinggi Sangat Tinggi
Kalimantan Barat 34,9 36,5 Tinggi Tinggi
Kalimantan Tengah 34,1 39,0 Tinggi Tinggi
Kalimantan Selatan 31,1 34,2 Tinggi Tinggi
Kalimantan Timur 27,1 30,6 Medium Tinggi
Kalimantan Utara 31,6 33,4 Tinggi Tinggi
Sulawesi Utara 21,2 31,4 Medium Tinggi
Sulawesi Tengah 32,0 36,1 Tinggi Tinggi Berdasarkan tabel disamping, disimpulkan bahwa terdapat 12
Sulawesi Selatan 35,6 34,8 Tinggi Tinggi provinsi yang mengalami pergeseran cut off ke arah yang lebih
Sulawesi Tenggara 29,6 36,4 Medium Tinggi
Gorontalo 33,0 31,7 Tinggi Tinggi buruk (Warna Merah) dan 1 provinsi yang mengalami pergeseran
Sulawesi Barat
Maluku
39,7
29,0
40,0
30,0
Tinggi
Medium
Sangat Tinggi
Tinggi
cut off ke arah yang lebih baik (Warna Hijau).
Maluku Utara 24,6 25,0 Medium Medium
Papua Barat 30,3 33,3 Tinggi Tinggi
Papua 28,0 32,8 Medium Tinggi
Indonesia 27,5 29,6 Medium Medium
11

KEBIJAKAN OPERASIONAL
12
FO
MANAJEMEN K
US
PA
DA
PR
OS
ES

TEKNIS
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING 13

PENCEGAHAN PENANGANAN

1000 HARI PERTAMA STIMULASI – PENGASUHAN dan


KEHIDUPAN (HPK) PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
RPJMN
2015-2019
No. 6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar

No. 4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan


No. 5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan
No . 11 Keluarga memiliki atau memakai air
No. K Pelayanan kesehatan orang terduga bersih
TB No. 12 Keluarga memiliki atau memakai
jamban sehat
No. A Pelayanan kesehatan ibu hamil No. 10 Sekeluarga menjadi anggota JKN
No. C Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
No. 6 PENDERITA TBC No. 3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
BEROBAT SESUAI STANDAR No. D Pelayanan kesehatan balita
STUNT
ING No. 4 ASI EKSKLUSIF
No. 5 PERTUMBUHAN BALITA
DIPANTAU TIAP BULAN
No. 1. SANITASI

No. 3 BAYI MENDAPAT


IMUNISASI DASAR LENGKAP 14
PENYELESAIAN DETERMINAN
KESEHATAN
PELIBATAN LINTAS SEKTOR
15
TANTANGAN
PROGRAM  STUNTING (TB/U)
 Rendah (<20%): 2 Provinsi
 AKSES dan MUTU
PELAYANAN
 Medium (20-29%): 13 Provinsi
 INOVASI DAERAH
 Tinggi (30-39%): 17 Provinsi
 Sangat Tinggi (≥40%): 2 Provinsi, yaitu
NTT dan SULAWESI BARAT
NEGARA PERU:
Strategi Peru Mengurangi Stunting 50%
dalam 8 tahun Penganggaran berbasiskan Hasil terfokus pada hasil untuk
anak
Tingkat rata-rata tahunan pengurangan
stunting
Pre-reform Post-reform
1990-2007 2008-2014 Result-based Budgeting (RBB)/
Penganggaran berbasiskan
1,6% 10,7% Meningkatkan layanan gizi dari

Anggaran berdasarkan Hasil


Hasil terfokus pada hasil untuk
sisi permintaan dan sisi
anak
pelayanan (demand dan supply-

Strategi Lintas Sektor


side) Anggaran untuk
Insentif Kinerja
Komitmen Solusi berbasis bukti/Evidence-based

Komitmen yang kuat


Presiden Solutions Anggaran diselaraskan dengan beban
Prevalensi anak dari gizi buruk
stunting berkurang Peran Kampanye Media Massa
setengahnya antara Kementerian Keuangan Harmonisasi Investasi
2007 dan 2015: Peningkatan kualitas dan Pemangku/Mitra terkait menggunakan
28,5% dan 14,4%) Target Regional jangkauan dari layanan RBB/Penganggaran Berbasis Hasil
ibu hamil dan gizi
Advokasi Seleksi dalam Aksi Prioritas di
Masyarakat Transfer Bantuan Bersyarat bagi Anggaran
Masyarakat Miskin

Sumber :diolah dari laporan Bank Dunia, World Bank 2017 Investing in the Early Years for Shared Prosperity
INTERVENSI KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN
STUNTING 17
Intervensi Gizi Spesifik
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin,

ANUNG untuk RAKERKESNAS 2018


ibu hamil (suplementasi besi folat) Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:
2. Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
3. Kelas Ibu Hamil 2. Penyediaan air bersih dan sanitasi
4. Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang 3. Pendidikan gizi masyarakat
4. Imunisasi
positif malaria
5. Pengendalian penyakit Malaria
5. Suplementasi vitamin A 6. Pengendalian penyakit TB
6. Promosi ASI Eksklusif 7. Pengendalian penyakit HIV/AIDS
7. Promosi Makanan Pendamping-ASI 8. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan
8. Suplemen gizi mikro (Taburia) Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Jaminan Kesehatan Nasional
9. Suplemen gizi makro (PMT)
10. Jaminan Persalinan (Jampersal)
10. Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium dan besi 11. Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
11. Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku Keluarga (PIS PK)
12. Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk 12. Nusantara Sehat (Tenaga Ahli Gizi dan Tenaga Promosi
13. Pemberian obat cacing Kesehatan, Tenaga Kesling)
13. Akreditasi Puskesmas dan RS
14. Zinc untuk manajemen diare
PENCEGAHAN STUNTING PEMBERDAYAAN ORANG
TERDEKAT (SUAMI,
Program 1000 HPK
18GURU,
ORANG TUA,
INTERVENSI SENSITIF :
REMAJA PUTRA)
1. Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih serta KUALITAS REMAJA PUTRI
INTERVENSI SOSIAL :

HOLISTIK LINTAS
sarana sanitasi (jamban sehat) di keluarga
2. Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan INTERVENSI PENDIDIKAN : 1.Penggerakan Toma (Tokoh Masyarakat) untuk

GENERASI
3. Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat 1. Pendidikan Kespro di Sekolah mensosialisasikan Keluarga Berencana

INTEGRASI KEGIATAN
2. Pemberian edukasi gizi remaja 2.Penyediaan Bantuan Sosial dari Pemda untuk
4. Pemberian Pendidikan dan Pola Asuh dalam Keluarga

TERSIER
3. Pembentukan konselor sebaya untuk Keluarga Tidak Mampu (Keluarga Miskin)
5. Pemantapan Akses dan Layanan KB
membahas seputar perkembangan remaja
6. Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
Jaminan Persalinan
7. Pemberian Edukasi Kespro
SEKUNDE
R
PRIMER
19

ANUNG untuk RAKERKESNAS 2018


LANGKAH KEGIATAN
20
KEGIATAN PENANGGULANGAN 21

STUNTING

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN


Rencana Aksi Daerah
Stunting
Isu : Pencegahan dan Intervensi Stunting

Note:
*Identifikasi masalah terkait: Regulasi, Manajemen, SDM, Pembiayaan, Teknis
** Peran Pusat, Provinsi, Kab/Kota terkait Regulasi, Manajemen, SDM, Pembiayaan, Teknis
Isu : Pencegahan dan Intervensi Stunting

Note:
*Identifikasi masalah terkait: Regulasi, Manajemen, SDM, Pembiayaan, Teknis
** Peran Pusat, Provinsi, Kab/Kota terkait Regulasi, Manajemen, SDM, Pembiayaan, Teknis
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KEGIATAN PENURUNAN STUNTING DI
DAERAH

Diagnostik Penentuan Prioritas Memasukkan


Pemetaan Masalah Kegiatan dan Rencana ke dalam
Stunting Di Daerah Daerah Siklus Perencanaan
Masing-Masing Penganggaran

• Sebaran • Memilih fokus • Usulan DAK


Prevalensi/Angk penanganan: • Sinkronisasi
a Stunting per gizi/layanan
desa APBN dan APBD
sanitasi/pola melalui Matriks
• Angka asuh/kesehatan Konsolidasi
Partisipasi PAUD lingkungan Anggaran untuk
• Angka partisipasi • Menentukan Penurunan
Posyandu lokasi spesifik Stunting
• Cakupan ANC yang • Susun Anggaran
• Cakupan memerlukan Program
layanan catatan penanganan/int Penurunan
sipil ervensi Stunting di
• Dan lain-lain Daerah
INTEGRASI PELAKSANAAN 26
KEGIATAN
1. INTEGRASI WAKTU pelaksanaan pemberian obat cacing dengan vitamin A
(bulan Februari dan Agustus) untuk Balita.
2. INTEGRASI MEKANISME PELAYANAN bagi ibu hamil dan sasaran
lainnya.
3. INTEGRASI DISTRIBUSI LOGISTIK dari tingkat Kabupaten, Puskemas dan
jaringan pelayanannya sampai di tingkat desa.
4. INTEGRASI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN antara kecacingan,
pelayanan ibu hamil, pelayanan kesehatan anak dan lainnya
5. INTEGRASI PENCATATAN DI KOMUNITAS dan menggunakan buku KIA
untuk ibu hamil – Balita, Rapor Kesehatanku untuk anak sekolah
KELUARA
N 1. DOKUMEN PROFIL PUSKESMAS DAN
DINKES KABUPATEN YANG MENJADI
KEGIATAN LOKUS STUNTING.
2. DOKUMEN PROFIL SASARAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOKUS
STUNTING.
3. TEMPLATE PAPARAN ADVOKASI
UNTUK DAERAH yang berisi sumberdaya
TIAP KABUPATEN dan time line.
4. KEBUTUHAN PETUNJUK TEKNIS dan
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN
bagi daerah.

27
48

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai