Anda di halaman 1dari 14

ASAL-USUL DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli dari
Indonesia. Hasil penyelidikan Von Hiene Geldern tentang penyebaran kapak
persegi, menyimpulkan bahwa jenis manusia Homo Sapiens bukan asli dari
Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Cochin
China, Kamboja, dan daerah-daerah di sepanjang pantai di Teluk Tonkin. Sementara
itu, kalau dilihat dari pangkal kebudayaannya, mereka berasal dari wilayah Yunnan
di Tiongkok Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia. Rumpun bangsa
Austronesia terdiri atas dua subspesies/ras, yaitu ras Mongoloid dan ras Austro
Melanesoid.
 
1. Ras Mongoloid
Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Persebaran ras tersebut ditempuh
melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia masih bersatu dengan benua Asia
Tenggara. Khususnya seperti Sumatra, Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan
disebut paparan sunda.
Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos,
Thailand, Malaysia, Singapura, baru menuju ke Indonesia bagian barat.
 
2. Ras Austroloid
Ras ini berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur khususnya wilayah
Papua/Irian Jaya. Persebaran ke daerah ini pun dilakukan melalui darat sebab saat itu papua
masih bersatu dengan benua Australia perkembangannya daratan yang menjadi lautan
disebut paparan sahul.
Sementara itu daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku
merupakan daerah penyaringan bagi migrasi manusia dan fauna dari paparan sunda ke
paparan sahul maupun sebaliknya sehingga sangat terbatas sekali ras yang dapat masuk ke
wilayah ini.
Jadi awalnya ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid dan ras Austroloid.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan ras dari berbagai
daerah ke Indonesia, yaitu :
 
a. Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua
melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.

b. Migrasi kedua, Ras Weddoid


Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut keriting.
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).

c. Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)


Ciri ras ini adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi, dan berambut lurus. Ras ini
termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah)
masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya ke Indonesia.
Di Indonesia Ras Melayu Tua menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang
dibawanya, yaitu.

Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa kapak


persegi. Dengan menempuh jalur darat dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand
selanjutnya menuju ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara.
Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/ Suku Batak , Nias(Sumatra Utara),
Mentawai (Sumatra Barat), Suku Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).

Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut
dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, kemudian ke daerah Sulawesi,
Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di
Papua. Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua
(Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
a) Migrasi Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam
selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk
Indonesia menyebar keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk membawa kebudayaan yang relatif lebih maju yaitu kebudayaan
logam terutama benda-benda dari Perunggu, seperti nekara, moko, kapak corong, dan
perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini sangat terpengaruh dengan kebudayaan asalnya dari
Vietnam yaitu Budaya Dongson. Tampak dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu di
Indonesia dengan di Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku
Bugis (Sulawesi Selatan). Ras ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru
yang selanjutnya menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Migrasi dari berbagai macam ras tersebut perkembangannya saling berbaur/bercampur hingga
menghasilkan berbagai macam suku dengan beraneka ragam cirinya. Keanekaragaman tersebut
disebabkan karena perbedaan keadaan alam (letak geografis, iklim), Makanan(nutrisi), dan
terjadi perkawinan campur.

Sehingga secara umum ciri fisik masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.
• Tinggi badan berkisar antara 135-180 cm,
• Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
• Bentuk rambut antara lurus dan keriting
• Warna rambut antara coklat dan hitam
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut ulung. Sejak 2000 SM hingga 50 SM, terjadi
gelombang perpindahan penduduk dari bagian Asia (Yunan) ke wilayah nusantara. Pendapat ini
dikuatkan dengan adanya kesamaan hasil kebudayaan yang ditemukan berupa beliung atau kapak
persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Alat berupa kapak persegi atau
beliung ini juga ditemukan di Siam, Malaka, Burma, Vietnam, Kamboja, dan terutama di Yunnan. 

Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah Vietnam. Sebagian menetap di
wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru.
Dengan menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar akhirnya sampai ke
Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian
menetap dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia. 
kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia tidak serempak. Mereka datang secara bergelombang yang secara garis
besar terbagi dalam dua gelombang.

1) Gelombang Pertama
Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000 SM–1500 SM. Dari Vietnam ini, rombongan orang-
orang dari Yunnan terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama meneruskan perjalanan dan berlayar
sampai ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan Barat. Kemudian, kelompok
yang lain (kelompok kedua) berlayar ke arah perairan Laut Cina Selatan, terus ke Kepulauan Filipina, Sulawesi,
Maluku sampai ke Irian.
Kelompok pertama yang berlayar ke wilayah Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan tempat-tempat lain, seperti di
Kalimantan Barat termasuk ras Mongoloid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan beliung atau kapak
persegi ke berbagai daerah tersebut. Kapak persegi adalah alat yang sangat mendukung untuk mengerjakan sawah
(untuk kegiatan pertanian). Daerah-daerah yang dilewati dan ditempati ras Mongoloid, seperti Malaka, Jawa, dan
Sumatra merupakan daerah perkembangan pertanian.
Kelompok kedua yang bergerak dan berlayar sampai ke Sulawesi, Maluku, Irian, dan sekitarnya adalah orang-
orang Ras Austro Melanesoid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan kapak lonjong. Kapak lonjong ini
umumnya menyebar di Indonesia bagian timur. Kapak lonjong banyak digunakan untuk bekerja di ladang,
perkebunan, atau hutan.
2.) Gelombang Kedua
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua diperkirakan terjadi sekitar
tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-orang Austronesia bergerak dari Tonkin, terus melewati
Malaka (Malaysia) Barat. Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua ini hanya satu kelompok besar,
yaitu orang-orang Austronesia. Mereka menyebar ke Indonesia melalui Indonesia bagian barat.
Orang-orang Yunnan ataupun Tonkin yang termasuk rumpun bangsa Austronesia, baik itu
Ras Mongoloid maupun Austro Melanesoid, baik yang datang pada gelombang pertama
maupun yang datang pada gelombang kedua, menetap di Kepulauan Indonesia. Mereka
bercampur dan berpadu membentuk komunitas di Kepulauan Indonesia. Merekalah yang
menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, nenek moyang bangsa Indonesia
bukanlah mereka yang dikenal dengan Pithecantrhopus atau Meganthropus, melainkan orang-
orang dari Yunnan yang datang secara bergelombang ke Indonesia.
Kesimpulan
Ras nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli dari Indonesia. Melainkan ras nenek
moyang bangsa kita adalah ras Mongoloid dan ras Austroloid yang merupakan penduduk
dari bagian Asia (Yunan) yang berpindah menuju ke wilayah nusantara.
Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah Vietnam. Sebagian
menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan perjalanan berlayar untuk mencari tempat
tinggal yang baru. Dengan menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar
akhirnya sampai ke Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari Yunnan itu ke nusantara.
Mereka kemudian menetap dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia. 
Mereka datang secara bergelombang yang secara garis besar terbagi dalam dua
gelombang. Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000 SM–1500 SM.
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua diperkirakan terjadi sekitar tahun
500 SM.
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua diperkirakan terjadi sekitar
tahun 500 SM.

Anda mungkin juga menyukai