Anda di halaman 1dari 44

TERMASUK DALAM KATEGORI PAJAK SUBJEKTIF,

ARTINYA PAJAK DIKENAKAN KARENA ADA


SUBJEKNYA, YAKNI YG TELAH MEMENUHI KRITERIA
YG TELAH DITETAPKAN DALAM PERATURAN
PERPAJAKAN

DASAR HUKUM :
UU NO.36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS UU NO.7 TAHUN 1983 TENTANG
PAJAK PENGHASILAN
• UU NO.7/1983 ttg PAJAK PENGHASILAN
• UU NO.7/1991 ttg PERUBAHAN ATAS UU
NO.7/1983
• UU NO.10/1994 ttg PERUBAHAN KEDUA
ATAS UU NO.7/1983
• UU NO.17/2000 ttg PERUBAHAN KETIGA
ATAS UU NO.7/1983 ttg PAJAK
PENGHASILAN
• UU NO.36/2008 ttg PERUBAHAN KEEMPAT
ATAS UU NO.7/1983 ttg PAJAK
PENGHASILAN
PAJAK
PENGHASILAN :
Adalah :
Suatu pungutan resmi yg
ditujukan kepada masyarakat
yg berpenghasilan atau atas
penghasilan yg diterima dan
diperolehnya dalam tahun
pajak untuk kepentingan
negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan
bernegara sebagai suatu
kewajiban yg harus
dilaksanakan
SUBJEK PAJAK DAN WAJIB
PAJAK PENGHASILAN
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
2. Badan
3. Bentuk Usaha Tetap
Ps 4 Objek pajak adalah :
• Penghasilan
• Yaitu : Setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau
diperoleh W.P., baik berasal dari Ind.
maupun dari luar Ind., yang dpt
dipakai unt. konsumsi atau untuk
menambah kekayaan W.P. dengan
nama atau bentuk apapun
OBJEK PPh
• Objek PPH adalah penghasilan.
Penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh WP, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan
WP ybs, dengan nama dan bentuk
apapun
Termasuk dalam pengertian
penghasilan adalah:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh (Gaji,Upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun,
atau imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain oleh UU)
2. Hadiah dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (hibah, bantuan atau
sumbangan)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
6. Bunga
7. Deviden
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
(PASAL 4 AYAT (1) UU PPh)

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YG DITERIMA


ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK, BAIK YG BERASAL DARI
INDONESIA MAUPUN DARI LUAR INDONESIA YG DPT
DIPAKAI UTK KONSUMSI ATAU UTK MENAMBAH KEKAYAAN
WAJIB PAJAK, DGN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN,
TERMASUK :
• Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau
jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan honorarium, komisi, bonus, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
penghargaan
• Laba usaha
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
(PASAL 4 AYAT (1) UU PPh)

• Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
• Premi asuransi
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak
• Royalti
• Penghasilan dari usaha berbasis syariah
Yg termasuk Penghasilan :
• Penggantian atau imbalan suatu
pekerjaan atau jasa yg diterima
termsk. Gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, grafitikasi,
uang pensiun, atau imbalan imbalan
dalam bentuk lainnya.
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan dan penghargaan.
• Laba usaha,
• Keuntungan dari penjualan atau karena
pengalihan harta:
OBJEK PAJAK ber+
• Pengalihan Hak di Bidang Pertambangan
• Penghasilan dari Usaha yg berbasis
syariah
• Imbalan Bunga
• Bunga Obligasi yg diterima atau
diperoleh reksadana
• Surplus Bank Indonesia
(hsl perubahan UU No.36/2008)
•ZAKAT DAN SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG
SIFATNYA WAJIB BAGI PEMELUK AGAMA YANG
DIAKUI DI INDONESIA
•BEA SISWA
•PEMBAYARAN DARI PERUSAHAAN ASURANSI
KEPADA ORANG PRIBADI
•SISA LEBIH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
LEMBAGA LITBANG
•BANTUAN ATAU SANTUNAN YANG DITERIMA
DARI BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIAL)
PEMUNGUTAN PAJAK DIDASARKAN ATAS DOMISILI ATAU
TEMPAT TINGGAL WAJIB PAJAK

PEMUNGUTAN PAJAK DIDASARKAN ATAS SUMBER


PENGHASILAN YANG DIPEROLEH WAJIB PAJAK
SUBJEK PAJAK
PENGHASILAN
• ORANG PRIBADI
• WARISAN YANG BELUM
TERBAGI
• BADAN
• BENTUK USAHA TETAP
(PASAL 2 AYAT 1 UU PPh)
SUBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
DALAM NEGERI
Org pribadi yg tdk bertempat tinggal
 ORANG PRIBADI YG BERTEMPAT di Indonesia, ataupun berada di
TINGGAL DI INDONESIA ATAU ORG Indonesia tdk lebih dari 183 hari
PRIBADI YG BERADA DI INDONESIA dalam jangka waktu 12 bln dan
badan yg tdk didirikan dan tdk
LEBIH DARI 183 HARI DALAM
bertempat kedudukan di Indonesia :
JANGKA WAKTU 12 BULAN.
 Menjalankan usaha atau
 BADAN YG DIDIRIKAN ATAU melakukan kegiatan melalui bentuk
BERKEDUDUKAN DI INDONESIA usaha tetap di Indonesia
 WARISAN YG BELUM TERBAGI  Yg dapat menerima atau
SEBAGAI SATU KESATUAN memperoleh penghasilan dari
MENGGANTIKAN YG BERHAK Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia
YANG TIDAK TERMASUK SUBJEK
PAJAK

• KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING


• PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN
KONSULAT ATAU PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI
NEGARA ASING ATAU ORANG-ORANG YANG
DIPERBANTUKAN KEPADA MEREKA, DENGAN SYARAT
BUKAN WNI
• ORGANISASI INTERNASIONAL, DENGAN SYARAT :
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia
TARIF (PS 17)
• Tarif WP orang pribadi
• Tarif WP Badan
• Tarif WP Perseroan terbuka
• Tarif Deviden yg diterima WP org Pribadi
dalam Negeri
TARIF WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI
TARIF WAJIB PAJAK BADAN
sebelum UU PPh No.36 tahun 2008
TARIF WAJIB PAJAK BADAN

 Tarif tunggal sebesar 28%


 Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%

ALASAN :
 Tarif tunggal selaras dengan prinsip
netralitas dalam pengenaan pajak atas WP
badan.
 Tarif diturunkan secara bertahap untuk
meningkatkan daya saing dengan negara-
negara lain dalam menarik investasi luar
negeri
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(Rp)

WP 36.000.000,-
WP kawin +3.000.000,-
Isteri bekerja 36.000.000,-
anak 3.000.000,-
Tidak disebutkan (yg
penting ada anak)
• Perubahan tarif PTKP terbaru ini berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor162/PMK.011/2012.

• Berikut secara rinci PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Untuk


Tahun 2013:
• Rp24.300.000,00 untuk Wajib Pajak sendiri (sebelumnya
Rp15.840.000,00)
• Rp2.025.000,00 untuk Wajib Pajak yang berstatus kawin
(sebelumnya Rp1.320.000,00)
• Rp24.300.000,00 untuk  penghasilan seorang istri yang digabung
(sebelumnya Rp15.840.000,00), dan
• Rp2.025.000,00 untuk satu orang tanggungan dengan maksimal 3
orang tanggungan (sebelumnya Rp1.320.000,00)
• atau selengkapnya dapat di baca di artikel ini (
Tarif PTKP (PenghasilanTidak Kena Pajak) Tahun 2013)
• Dodi punya usaha dengan ph 5 jt /bln,
hitunglah pph dodi.
Coba hitung :
• Pak Husin pengusaha travel memp
pengsln Rp.15. juta/bln. Isterinya punya
salon dengan penghasilan Rp.20 juta/bln.
Mereka punya 3 orang, salah satu
diantaranya adalah pelukis cilik dengan
penghasilan Rp.50 juta/thn. Hitunglah
berapa PPh yang harus dibayar oleh
bapak Husin?
• A bekerja dg penghasilan 8 jt/bln, msh
lajang brp Pph yg hrs dibayar?
• Habib Riziq punya usaha catering dengan
penghasilan rata2 19 juta/bln, dia
mempunyai isrti 2 org dan anak 6 org. istri
pertama punya usaha warung dg ph
9jt/bln. Hit lah Pph yg hrs dibayar olh
Habib Riziq.
CARA MENGHITUNG PAJAK
• SECARA umum utk menghitung besarnya
pjk yg akan dibayar diperlukan 2 hal yaitu
tarif da dasar pengenaan pjk.
• Dsr pengenaan pjk adl suatu angka yg
akan dikalikan dg tarif. Biasanya
pengenaan PPh
Rumus
• PPh = PKP x tarif
• PKP : Ph Bruto – PTKP
• PTKP : wp :36.000.000,- dst
• Rumus I : 50.000.000. x 5 % =
II : 200.000.000 x 15 % =
III : 250.000.000 x 25 % =
IV. Sisa x 30 % =
CARA MENGHITUNG PAJAK
PENGHASILAN (PPh):

Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan):


= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= Penghasilan netto x tarif pasal 17
= (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)
x tarif pasal 17

Pajak Penghasilan (WP orang pribadi):


= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= (Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17
= [ (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)
– PTKP ] x tarif pasal 17
PAJAK PENGHASILAN PASAL
21
• PPh Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan
yang dipungut sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh WP orang pribadi adalah
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan
WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
• Pejabat Negara
• Pegawai Negeri Sipil (PNS)
• Pegawai
• Pegawai Tetap
• Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
• Pegawai Lepas
• Penerima Pensiun
• Penerima Honorarium
• Penerima Upah
OBJEK PPh PASAL 21
• Gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang
lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transfort, tunjangan pajak, tunjangan
iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, hadiah, premi asuransi
yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya
dengan nama apapun
• Jasprod, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,
tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan
sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan
sekali dalam setahun
• Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
• Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Tunjangan
Hari Tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis
• Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh WP
dalam negeri, misalnya pengacara, arsitek, akuntan,
dokter, pemain musik, pembawa acara, penyanyi,
pelawak, bintang film, olahragawan, pengajar,
penceramah, moderator, peneliti, pemberi jasa
komputer/elektronik/pemasaran, agen iklan, distributor
perusahaan MLM, dsb
• Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang
terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat negara dan
PNS
• Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya
terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan
termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya
• Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya
dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan WP
BIAYA JABATAN
DAN BIAYA PENSIUN
• Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang
besarnya 5 % dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp1.296.000,00 setahun atau
Rp108.000,00 sebulan
• Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara uang pensiun yang
besarnya 5 % dari penghasilan bruto berupa
uang pensiun setinggi-tingginya Rp432.000,00
setahun atau Rp36.000,00 sebulan
TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA
PPh pasal 21 = PKP x tarif ps 17 UU Pegawai tetap, Penerima Pensiun
PPh bulanan, Pegawai tidak tetap,
pemagang, dan calon pegawai,
Distributor MLM dan kegiatan sejenis
lainnya
PPh pasal 21 = PB x tarif ps 17 UU Honorarium, uang saku, hadiah,
PPh beasiswa, komisi, jasprod,tantiem,
gratifikasi, bonus, penarikan dana dari
dana pensiun
PPh pasal 21 = (PB x 50 %) x 15 % Pengacara, dokter, akuntan, arsitek,
konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris
PPh pasal 21 sehari = (PB sehari – Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah
Rp24.000,00) x 5 % haria, upah mingguan, upah satuan,
upah borongan, dan uang saku harian
yang jumlahnya melebihi Rp24.000,00
sehari tetapi tidak melebihi
Rp240.000,00 dalam satu bulan
takwim dan atau tidak dibayarkan
secara bulanan
CARA MENGHITUNG
PPh PASAL 21
Cara menghitung PPh pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur pegawai tetap:
1. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dicari penghasilan netto sebulan. Penghasilan netto sebulan diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran THT atau
Tunjangan Hari Tua yang dibayar oleh pegawai, kemudian disetahunkan
2. a. Untuk memperoleh penghasilan netto setahun penghasilan netto sebulan dikalikan
12
b. Dalam hal seorang pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya sebagai WP pajak
dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari,
maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung dengan mengalikan
penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang
bersangkutan mulai bekerja s/d bln desember
c. Penghasilan netto yang disetahunkan pada huruf a atau b di atas, selanjutnya
dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP). Atas
dasar PKP tsb kemudian dihitung PPh pasal 21 setahun
d. Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan. Jumlah PPh pasal 21 setahun
atas penghasilansebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12
e. Untuk memperoleh jumlah PPh Ps 21sebulan atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, jumlah PPh ps 21 setahun dibagi dengan banyaknya bulan
pegawai ybs bekerja
3. a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi
kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan,
maka untuk penghitungan PPh ps 21 jumlah
penghasilan tsb terlebih dahulu dijadikan
penghasilan bulanan dengan menggunakan
faktor perkalian sbb: 1) gaji utk masa seminggu
dikalikan dengan 4, 2)Gaji utk masa sehari
dikalikan dengan 26.
b. Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh ps
21 sebulan dengan cara seperti angka 2 di atas
c. PPh ps 21 atas penghasilan seminggu
dihitung berdasarkan PPh ps 21 sebulan pada
huruf b dibagi 4, sedangkan PPh ps 21 atas
penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh ps
21 sebulan pada huruf b dibagi 26
4. Jika kepada pegawai disamping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan
gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 4 (empat) bulan, maka
penghitungan PPh ps 21 atas rapel tsb adalah sbb:
a. rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tsb (dalam hal ini 4
bulan)
b. hasil pembagian rapel tsb ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
adanya kenaikan gaji yang sudah dikenakan pemotongan PPh ps 21
c. PPh ps 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan
d. PPh ps 21 terutang atas tanbahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud
adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c
dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong berdasarkan huruf b
5. Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji yang didasarkan masa gaji
kurang dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa yang lebih
lama dari satu bulan (rapel) seperti tersebut pada angka 4, maka cara
penghitungan PPh ps 21-nya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan
pada angka 4 dengan memperhatikan ketentuan pada angka 3
6. Pemotongan PPh ps 21 atas lembur dan penghasilan lain yang sejenis yang
diterima atau diperoleh pegawai bersamaan dengan gaji bulanannya, yaitu
dengan menggabungkannya pada gaji bulanannya
7. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau
diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama adalah sbb:
a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh
dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun,
kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan
menerima pensiun s./d bln desember
b. penghasilan netto yang disetahunkan tsb ditambah dg penghasilan netto
dalam tahun ybs yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja pegawai
ybs pensiun sesuai dg yg tercantum dlm bukti pemotongan PPh ps 21
sebelum pensiun
c. untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b tsb dikurangi dg
PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh ps 21 atas PKP tsb
d. PPh ps 21 atas uang pensiun dalam tahun ybs dihitung dengan cara
mengurangi PPh ps 21 pada huruf c dengan PPh ps 21 yang terutang dari
pemberi kerja sebelum pegawai ybs pensiun sesuai dengan yang
tercantum dalam bukti pemotongan PPh ps 21 sebelum pensiun
e. PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh ps 21 seperti
tersebut pada huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana pada
huruf a
8. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua dan
selanjutnya adalah sbb:
a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dg
cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun
b. selanjutnya PPh ps 21 dihitung dg cara seperti tsb pada angka 2 huruf a,
c, dan d
Cara menghitung PPh pasal 21 atas Penghasilan Tidak Teratur

1. Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus,
premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak
tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh ps 21 dihitung dan
dipotong dengan cara sbb:
a. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah
dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb
b. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem,
jasa produksi, dsb
c. selisih antara PPh ps 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh
ps 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb
2. Dalam hal penerimaan penghasilan tsb pada angka 1 adalah mantan pegawai,
maka PPh ps 21 dihitung dg cara menerapkan tarif pasal 17 UU PPh atas jumlah
PB
3. Untuk perusahaan yang masuk program jamsostek, premi asuransi kecelakaan
kerja, premi asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan sama diberlakukan juga bagi premi asuransi
kesehatan, , kecelakaan kerja, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa yang
dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi
lainnya. Dalam menghitung PPh ps 21, premi tsb digabungkan dg penghasilan
bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai
4. Atas penarikan dana dari dana pensiun lembaga keuangan oleh peserta program
pensiun dipotong PPh ps 21 oleh dana pensiun lembaga keuangan ybs dari
jumlah bruto yang dibayarkan tanpa memperhatikan penghasilan lainnya dari
peserta ybs
CONTOH SOAL

TUAN A BEKERJA DI PERUSAHAAN


DENGAN MEMPEROLEH GAJI 1 BULAN
RP. 2.500.000,- MEMBAYAR IURAN
PENSIUN SEBESAR RP. 50.000,- BIAYA
JABATAN 5 %. TUAN A SUDAH BERISTERI
DAN BELUM PUNYA ANAK.
Pertanyaan:
HITUNG PAJAK PENGHASILAN YANG
HARUS DIBAYAR TUAN A ?
CONTOH SOAL

TUAN B BEKERJA DI PERUSAHAAN SWASTA


DENGAN MEMPEROLEH GAJI 1 BULAN
RP. 2.000.000,- MEMBAYAR IURAN
PENSIUN SETIAP BULAN SEBESAR
RP. 50.000,- BIAYA JABATAN 5 %. SUDAH
BERISTERI DAN 1 ORANG ANAK.
Pertanyaan:
HITUNG PAJAK PENGHASILAN YANG
HARUS DIBAYAR TUAN A ?
CONTOH SOAL

TUAN C BEKERJA DI PERUSAHAAN DENGAN


MEMPEROLEH GAJI 1 BULAN RP. 5.000.000,-
MEMBAYAR IURAN PENSIUN SEBESAR RP.
50.000,- BIAYA JABATAN 5 %. PREMI
ASURANSI KECELAKAAN KERJA DAN
KEMATIAN SEJUMLAH Rp.75.000,- SUDAH
BERISTERI DAN PUNYA 2 ANAK.
Pertanyaan:
HITUNG PAJAK PENGHASILAN YANG HARUS
DIBAYAR TUAN A ?

Anda mungkin juga menyukai