Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

DENGAN FOKUS STUDI PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN


DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
LEMBAR JUDUL
Adila Amalita Hersandi
NIM. P1337420519028
Hasil Penelitian
Biodata Pasien
• Pasien 1 • Pasien 2
Tn. P berumur 37 tahun, pasien berjenis kelamin laki- Tn. D berumur 38 tahun, pasien berjenis kelamin laki-
laki, beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir laki, beragama Katholik, suku Jawa, pendidikan
SMK dan sempat bekerja sebagai petani. Pasien terakhir SMP. Pasien bertempat tinggal di Kota
bertempat tinggal di Kabupaten Magelang, Jawa Magelang, Jawa Tengah. Pasien masuk RSJ pada
Tengah. Pasien masuk RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tanggal dibawa oleh Pamannya dengan diagnosa
pada tanggal 7 Mei 2022 diantar oleh kakaknya medis skizofrenia (F20.0) dan nomer registrasi
dengan diagnosa medis skizofrenia (F20.0) dan 00001xxx.
nomor register 0009xxxx
Pengkajian
• Tn. P • Tn. D
 Alasan masuknya karena pasien mendengar suara-  Alasan masuknya karena pasien sering mondar-
suara tanpa wujud, bicara sendiri, dan mondar- mandir, suka menyendiri, bingung, melamun,
mandir. bicara sendiri dan mendengar suara-suara tanpa
 Faktor Presdiposisi wujud.

 Tn. P merupakan anak keempat dari lima  Faktor presdiposisi


bersaudara, semua sudah menikah kecuali pasien  Tn. D merupakan anak tunggal, kedua orang tuanya
 Tn. P pernah dirawat 5x dengan masalah yang sama, sudah meninggal.
terakhir dirawat yaitu bulan maret 2022 karena  Tn. D pernah dirawat di RSJ 2x dengan masalah
sempat putus minum obat dan tidak beraktivitas yang sama, terakhir dirawat pada tahun 2012
 Tn. P adalah laki-laki berumur 37 tahun, beragama  Pasien merasa minder dan tidak puas karena hanya
islam dengan status belum menikah, tamat SMK, tamat SMP sehingga susah mencari pekerjaan.
pekerjaan petani tetapi sudah hampir 2 tahun tidak Pasien beragama katholik dengan status belum
bekerja menikah.
Faktor presipitasi Faktor presipitasi
 Faktor presipitasi halusinasi pada Tn. P yaitu ketika  Faktor presipitasi halusinasi pada Tn. D yaitu karena
Pasien sendirian, tidak melakukan aktivitas, dan juga tidak rutin minum obat dan sering menyendiri.
sempat tidak rutin minum obat kurang lebih 2 bulan
belakangan.  Pasien sempat putus minum obat kurang lebih 2
bulan sebelum MRS, dan mengalami perubahan
 Pasien pernah dirawat pada tahun 2011, 2016, 2022 perilaku sekitar 2 minggu sebelum MRS
pada bulan maret sebanyak 2 kali dan ini merupakan
kali ke 5 Pasien dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo  Tn. D mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa
Magelang. sekitar tahun 2012 dan ini merupakan kali ke 2
Pasien dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
 Mengalami perubahan perilaku dari 1 bulan yang lalu

Penilaian terhadap stressor Penilaian terhadap stressor


 Tn. D ketika diukur menggunakan kuesioner
 Tn. P ketika diukur menggunakan kuesioner intensitas
intensitas halusinasi (PSYRATS), menghasilkan skor 26
halusinasi (PSYRATS), menghasilkan skor 28.
 Tn. D mengatakan sering mendengar suara tanpa ada
 pasien mengatakan sering mendengar suara tanpa ada
wujudnya, isi suara tersebut memberitahu jika
wujudnya, isi suara tersebut adalah kadang
menyuruhnya untuk mabuk tapi lebih sering tidak jelas
kekuatannya hilang dan menyuruhnya untuk cepat
karena lebih dari 1 orang yang berbicara pulang

 Durasi suara 3 menit, suara muncul sebanyak 5x sehari  Durasi suara 2 menit, suara muncul sebanyak 2x atau
lebiih dalam sehari.
 Tn. P merasa sedih karena kangen keluarga  Pada Tn. D merasa sedih karena kangen keluarga,
terutama ibu dan keponakannya di rumah, pasien terlihat lesu namun dari segi afek emosi datar, dan
terlihat lesu namun dari segi afek emosi sesuai saat susah diajak bercanda.
diajak bercanda bisa menanggapi dan ikut tertawa.
 Tn. D dari pembicaraan lambat dan pelan, sulit
 Pada Tn. P peneliti menemukan data pembicaraan untuk berkonsentrasi, tidak dapat mempertahankan
Pasien jelas, nada bicara keras dan cepat, dapat kontak mata dengan lawan bicara.
mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara.
 Sedangakan Tn. D mengatakan hal yang sama yaitu
 Tn. P mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan
di lingkungan masyarakat, tetapi saat dirawat masyarakat, saat di RS pun tampak membatasi
pasien mampu mengikuti kegiatan dengan baik. interaksi dengan orang lain.

Kebutuhan persiapan pulang  Kebutuhan persiapan pulang


secara umum hampir sama dengan Tn. P yaitu dapat
Tn. P, secara umum dapat memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Pasien
dasarnya secara mandiri. Pasien makan tiga kali makan tiga kali sehari, dapat membantu menyiapkan
sehari, dapat membantu menyiapkan makanan, dan makanan, dan membersihkannya setelah makan.
membersihkannya setelah makan. Pasien dapat Pasien dapat melakukan personal hygien mulai dari
melakukan personal hygien mulai dari mandi, mandi, toileting, dan berpakaian secara mandiri.
toileting, dan berpakaian secara mandiri.
Mekanisme koping Mekanisme koping
Berdasarkan pengkajian Tn. P ketika mempunyai Sedangkan, Tn. D yang dilakukan apabila pasien
masalah bercerita kepada ibunya sebagai orang mempunyai permasalahan yaitu tidak mau bercerita
terdekat pasien. dengan orang lain, dipendam sendiri, dan diselesaikan
sendiri. Pasien menggunakan mekanisme koping
 Status memori menarik diri.
Tn. P Dapat menceritakan pengalaman pribadi,  Status memori
orientasi orang, tempat, waktu dengan baik, mampu
menjawab ketika diberi pertanyaan pilihan ibadah Tn. D juga dapat menceritakan pengalaman pribadi,
dulu atau mandi dulu, dan ketika diajak untuk orientasi orang, tempat, waktu dengan baik, mampu
berhitung 100:20, 50:25 dapat menjawab dengan baik. menjawab ketika diberi pertanyaan pilihan makan dulu
Pasien menyadari bahwa dia mengalami gangguan atau mandi dulu, tetapi ketika diajak untuk berhitung
jiwa dan mengetahui dimana sekarang dirawat. 100:20, 50+30 tidak dapat menjawab dengan baik.
Pasien belum menyadari bahwa dia mengalami
 Konsep diri gangguan jiwa.
Pasien beragama Islam dan berkeyakinan bahwa sakit  Konsep diri
yang dideritanya merupakan cobaan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Tn. P melakukan sholat 5 Pasien beragama Katholik dan berkeyakinan bahwa
waktu, juga berdoa sebelum dan sesudah makan. semuua yang terjadi padanya kehendak Tuhan Yang
Tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai kecuali Maha Esa. Tidak ada bagian tubuh yang tidak
jenggotnya. disenangi dan selalu bernyukur dengan apa yang
diberikan Tuhan.
Aspek medis Aspek medis
Pada Tn. P: Pada Tn. D
Diagnosis Medis : Schizophrenia Paranoid (F 20.0) Diagnosis Medis : Schizophrenia Paranoid (F 20.0)
Terapi : tanggal 10 Mei 2022
Terapi : tanggal 10 Mei 2022
Risperidon (RPD) 1x2 mg tablet, trihexypenidyl (THP)
1x2 mg tablet, Haloperidol tab 5 mg 1x1. Lodomer tab 2 mg/12 jam, trihexypenidyl (THP) 1x2 mg
tablet dan DPH 100 mg 1x2.
Analisa data Analisa data
DS : Tn. P mengatakan sering mendengar suara, isi DS : Tn .D mengatakan sering mendengar suara tanpa
suara tersebut seperti suara orang lebih dari 1 dan kadang
ada yang menyuruhnya untuk mabuk, biasanya muncul ada wujudnya, terakhir mendengar suara bisikan yaitu
pada pagi, siang, sore atau malam ketika pasien sedang di pada tanggal 10 Mei 2022 pada pukul 08.00, isi suara
tempat ramai maupun sepi, dalam satu hari muncul 5x tersebut mengatakan jika kekuatannya hilang dan
berlangsung selama 3 menit secara terus menerus. menyuruhnya cepat pulang, Tn. D mendengar suara
tersebut terus-menerus selama lebih kurang 2 menit saat
DO : sering kali tampak senyum sendiri dan terlihat sepi maupun ramai, sehari 2x (tidak menentu), suara
bingung. Pasien cenderung menanggapi suara yang muncul seringnya pada malam hari, pasien hanya
muncul dengan menyendiri dan sering melamun. mendiamkan suara tersebut.
Perhatian pasien pada lingkungan kurang dan tampak
berkonsentrasi sambil mengarahkan telinga pada arah DO : Tn. D tampak bingung, sering menyendiri dan
tertentu seperti sedang berusaha mendengarkan suara. tampak masih nyaman dengan halusinasinya, pandangan
mata sering kosong.
 Diagnosa
Diagnosa keperawatannya yaitu Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran.

Rencana keperawatan
Rencana tindakan keperawatan antara lain bangun hubungan saling percaya (menyapa pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama
lengkap dan nama panggilan kesukaan menanyakan perasaan pasien), menjelaskan tujuan, kontrak waktu, dan tempat pertemuan, observasi
perilaku verbal dan non verbal terkait halusinasi, identifikasi kembali isi, jenis, waktu, frekuensi serta respons pasien terhadap halusinasi,
validasi kontrol halusinasi yang sudah dilakukan pasien, libatkan dalam aktivitas terjadwal yang dapat mengalihkan perhatian dan
halusinasinya, evaluasi nonverbal mengenai upaya yang telah dilakukan pasien.
 Implementasi dan Evaluasi
 Hari ke-1 (10 Mei 2022)
Implementasi dimulai pukul 09.00 WIB, peneliti memulai dengan membina hubungan saling percaya, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, dan
tempat pertemuan meminta Tn. P dan Tn. D untuk mengisi kuisioner PSYRATS untuk mengetahui skor sebelum dilakukan tindakan bercakap-
cakap, observasi perilaku verbal dan non verbal terkait halusinasi, identifikasi kembali isi, jenis, waktu, frekuensi serta respons pasien
terhadap halusinasi, melatih mengontrol halusinasi dengan menghardik, prinsip 5 benar obat, bercakap- cakap (melatih cara bercakap-cakap
dengan orang lain ketika di RS), dan melakukan aktivitas, berikan reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif.
Evaluasi
Tn. P didapatkan hasil skor kuisioner 28, Pasien mau menceritakan halusinasi yang dialami, halusinasi masih muncul, Pasien belum dapat
mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik. Perencanaan: Latih Pasien mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
Tn. D didapatkan hasi; skor kuisioner 26, Pasien mau menceritakan halusinasi yang dialami, halusinasi masih muncul, Pasien belum dapat
mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik. Perencanaan: latih Pasien mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
• Hari ke-2 (11 Mei 2022)
Memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul 08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari
ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan
topik yang telah disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (bercakap- cakap dengan orang lain ketika di pasar), meminta pasien untuk mengulang apa
yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif,
memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya.
Evaluasi
Pada Tn. P halusinasi tidak muncul saat evaluasi, Pasien belum mampu menerapkan mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap secara maksimal. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tn. D halusinasi tidak muncul saat evaluasi, pasien belum mampu menerapkan mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap secara maksimal, pasien lebih sering menyendiri dan belum dapat memulai bercakap-cakap
dengan orang lain. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
• Hari ke-3
Memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul 08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari
ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan
topik yang telah disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (bercakap- cakap dengan orang lain ketika di kendaraan umum), meminta pasien untuk
mengulang apa yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal
yang positif, memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya.

Evaluasi
Tn. P belum dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik dan benar, Pasien
lebih memilih terdiam daripada memulai mengobrol dengan orang lain, tetapi jika ada orang yang mengajak
Pasien mengobrol selalu menjawab dan kooperatif, durasi suara sudah berkurang menjadi kurang lebih 2
menit, hari ini baru mendengar 1x setelah mencuci piring. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tn. D belum dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik dan benar, pasien
lebih memilih terdiam daripada memulai mengobrol dengan orang lain, tetapi jika ada orang yang mengajak
Pasien mengobrol selalu menjawab dan kooperatif, durasi suara sudah berkurang menjadi kurang lebih 1 menit
hari ini baru mendengar tadi setelah makan siang. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
• Hari ke-4
Memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul 08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari
ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan
topik yang telah disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (bercakap- cakap dengan orang lain ketika di rumah), meminta pasien untuk mengulang apa
yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif,
memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya.
Evaluasi
Pada Tn. P dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap tetapi belum maksimal, pasien
sudah berani memulai obrolan dengan orang lain, pada saat sebelum tidur mendengar suara-suara lalu
mengalihkannya dengan mengajak ngobrol teman sekamarnya. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada Tn. D Pasien sudah dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap tetapi belum
maksimal, sudah berani memulai obrolan dengan orang lain. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
• Hari ke-5
Memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul 08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari
ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan
topik yang telah disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (cara bercakap-cakap dengan orang lain ketika melakukan kegiatan di masyarakat), meminta
pasien untuk mengulang apa yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan
suatu hal yang positif, setelah melakukan tindakan bercakap-cakap Pasien diminta untuk mengisi kuisioner
PSYRAT untuk mengetahui skor Pasien setelah dilakukan tindakan aktivitas bercakap-cakap.
Evaluasi
Pada Tn. P halusinasi tidak muncul saat evaluasi, frekuensi dan durasi waktu munculnya halusinasi berkurang.
Perencanaan: melaporkan kondisi Pasien dan mengembalikan Pasien ke perawat bangsal untuk melanjutkan
intervensi. Hasil skor PSYRATS 12.
Sedangkan Tn. D : halusinasi tidak muncul ketika evaluasi. Perencanaan: melaporkan kondisi pasien dan
mengembalikan pasien ke perawat bangsal untuk melanjutkan intervensi. Hasil skor PSYRATS 14.
Pembahasan
Pengkajian yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif dari Pasien yaitu melalui
observasi, wawancara langsung dengan Tn. P dan Tn.D, didapatkan dari catatan keperawatan dan menggunakan
kuesioner Psychotic Symptom Rating Scales (PSYRATS) untuk mengetahui bagaimana kondisi pasien tentang
halusinasi yang dialami, saat peneliti melakukan pengkajian awal dan digunakan untuk mengevaluasi skor pada
pasien apakah terjadi penurunan gejala halusinasi setelah diberikan tindakan atau tidak. Berdasarkan data yang
didapat dari pengkajian, peneliti menegakkan diagnosa perubahan persepsi sensori halusinasi dan akan fokus
mengatasi masalah keperawatan tersebut dengan intervensi yang telah ditentukan yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain. Dari observasi yang didapatkan dari Tn. P yaitu menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan
bercakap-cakap, pasien mengatakan perasaannya lebih baik, dapat berkomunikasi dengan orang lain secara baik,
sedangkan pada Tn. D mengatakan perasaannya lebih baik, lebih kooperatif, tampak lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan ruangan dan mulai berani memulai percakapan dengan orang lain. Hasil dari kuesioner PSYRATS pada
pasien Tn. P dan Tn. D menunjukkan penurunan skor intensitas halusinasi yaitu Tn. P dari skor 28 menjadi 12
sedangkan Tn. D dari skor 26 menjadi 14, kedua pasien mengalami penurunan dalam frekuensi, durasi, lokasi,
keyakinan asal suara, isi, intensitas, dan ketidakmampuan mengandalikan suara. Hal itu menunjukkan bahwa dengan
dilakukannya tindakan keperawatan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap terjadi penurunan dari
halusinasi berat menjadi halusinasi sedang, perhatian pasien terhadap realita meningkat dan intensitas halusinasi
menurun. Hal itu sesuai dengan pendapat Yosep (2016) bahwa manfaat aktivitas ini adalah untuk mencegah
halusinasi timbul. Bercakap-cakap adalah salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi dan
mengendalikan diri pada pasien halusinasi pendengaran sehingga frekuensi dan intensitas terjadinya halusinasi
berkurang. Penelitian Fresa (2017) menyatakan bahwa dengan bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengendalikan suara. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriliani dan Widiani (2020)
bahwa aktivitas bercakap-cakap dapat meningkatkan keyakinan asal suara yang pasien alami tidak nyata.
Keterbatasan
• Selama dilakukan asuhan keperawatan peneliti mengalami keterbatasan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien yaitu kondisi lingkungan yang seringkali ramai dan terkadang pasien lain ikut dalam kegiatan yang
menyebabkan kurangnya konsentrasi pasien dalam melakukan aktivitas bercakap-cakap. 

 Kesimpulan dan Saran

 Kesimpulan

Data yang diperoleh peniliti menggunakan kuisioner PSYRATS sebelum dilakukan tindakan pada Tn. P
menghasilkan skor 28 sedangkan Tn. D menghasilkan skor 26. Evaluasi hasil tindakan mengotrol halusinasi
dengan bercakap-cakap yang telah diimplementasikan selama 5 hari pada Tn. P dan Tn. D didapatkan hasil
penurunan intensitas halusinasi Tn. P dari skor 28 menjadi 12 kemudian Tn. D dari skor 26 menjadi 14. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tindakan bercakap-cakap berpengaruh baik terhadap cara mengontrol halusinasi.
Saran
Saran yang peneliti tujukan untuk perawat dan rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perawat

Perawat dapat menerapkan tindakan bercakap-cakap pada pasien halusinasi pendengaran secara lebih maksimal, dan menggunakan format kuesioner PSYRATS
untuk memperkuat dalam menentukan tingkat halusinasinya. 

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat mempertimbangkan dalam melakukan tindakan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap terhadap pasien yang memiliki
diagnosa lain yaitu isolasi sosial.

Anda mungkin juga menyukai