Anda di halaman 1dari 47

NARKOBA DAN

PERMASALAHANNYA
definisi NARKOTIKA
menurut UU NO. 35 Tahun 2009 tentang
NARKOTIKA
zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat
Gol 1 menimbulkan ketergantungan
Gol 3
hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan IPTEK digunakan sebagai pilihan terakhir memiliki daya adiktif
& tidak digunakan dalam dalam pengobatan & terapi
ringan, tetapi bermanfaat
terapi, berpotensi sangat tinggi dan/atau untuk tujuan
dan berkhasiat untuk
mengakibatkan ketergantungan pengembangan IPTEK serta
pengobatan dan penelitian
(Ganja, Heroin, Kokain, berpotensi
Gol 2 tinggi menyebabkan
(Kodein, Buprenorfin,
Opium, Katinon, ketergantungan (Morfin, Petidin,
TUJUAN HUKUM
DALAM
MENANGANI
PERMASALAHAN
NARKOTIKA
TUGAS BNN RI SESUAI UU NO. 35 TAHUN 2009
Menyusun dan Mencegah dan Berkoordinasi dengan
Memberantas
melaksanakan Kepala POLRI dalam
Kebijakan P4GN Penyalahgunaan dan P4GN
Peredaran
Meningkatkan Memberdayakan Memantau, Mengarahkan,
Kemampuan Lembaga masyarakat dalam dan Meningkatkan
Rehabilitasi p4GN Kegiatan P4GN

Melakukan Kerjasama Mengembangkan Administrasi Penyidikan


Regional dan Laboratorium Narkotika dan Penyelidikan dalam
dan Prekursor P4GN
Internasional
KEDEPUTIAN
BIDANG BIDANG
PENCEGAHA PEMBERANTASA
N N
BIDANG BIDANG BIDANG
REHABILITAS HUKUM DAN KERJASAMA PEMBERDAYAAN MASY
I
FOKUS KEBIJAKAN P4GN BNN
GEOGRAFIS YANG
Sistem penegakkan
TERBUKA MENYEBABKAN
hukum yang belum
NARKOBA MUDAH MASUK
mampu
& MENYEBAR DI SELURUH
memberikan efek
WILAYAH INDONESIA
jera kepada
penjahat Narkoba
Peredaran gelap Narkoba
Modus operandi dan
bukan hanya menyasar variasi jenis Narkoba
orang dewasa dan
yang terus
remaja, melainkan juga
berkembang
INDONESI anak-anak
Demografis yang sangat Narkoba sebagai mesin
A besar (260 juta jiwa)
menjadi pasar potensial
pembunuh massal (silent
killer) yang merusak
DARURAT peredaran gelap narkoba manusia terutama fungsi
kerja otak, fisik, dan
NARKOBA Kerugian yang timbul akibat emosi.
Lapas bertransformasi
penyalahgunaan Narkoba menjadi pusat kendali
mencapai 84,7 trilyun peredaran gelap
rupiah (biaya privat & Narkoba
sosial)
Paparan Deputi Brantas
Rapimnas Bali 28/01/2020

Entry Point Penyelundupan


melalui Laut dan Perbatasan
Darat

PETA RAWAN
PENYELUNDUPAN
NARKOBA

8
Pola Perdagangan
Narkoba Internasional di Perbandingan Harga Jual Shabu
(dalam Rupiah)
Indonesia
Inggris,
Turki

20.000
Tiongkok
50.000
Timur Tengah
(Qatar, UEA, Iran,
Suriah)
1.5 juta
Golden Triangle per gram per gram per gram
(Thailand, Laos,
Golden Crescent Myanmar)
India
(Afghanistan, Pakistan)
Tiongkok Iran Indonesia
Malaysia

Struktur pasar perdagangan narkoba di


Indonesia menarik Jaringan sindikat Narkoba
Amerika
internasional untuk masuk ke Indonesia
Golden Peacock
LAUT MENJADI PILIHAN JALUR
P E N Y E L U N D U PA N

d i b a l i k FA K TA
GEOGRAFIS
Kondisi geografis negara Indonesia yang mayoritas
berupa lautan dimanfaatkan sebagai jalur favorit
bagi para sindikat melakukan penyelundupan
Narkoba dari Luar Negeri
BARANG BUKTI 107 KG SABU DAN 114.699 BUTIR
EKSTASI
PROYEKSI ANGKA
PENYALAHGUNA NARKOBA
PREVALENSI
PRESENTASE PERTUMBUHAN
BERDASARKAN PROYEKSI 2045
PADA KATEGORI
PENGGUNA
318,7 Juta Jiwa
populasi Penduduk
50%
penduduk
produktif
8 . 6 Juta
p e ng g u na 3 juta
RT
2,5 juta pelajar
4 , 8 juta pekerja

Kontribusi
narkoba Jumlah
berasalterbanyak penyalahguna
dari kelompok pekerja,
ka
rena memiliki
finansial kemampuan
dan tekanan secara
kerja yang tinggi,
c
MISI PRESIDEN RI 1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia

2020 - 2024 2. Struktur Ekonomi Yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya Saing

3. Pembangunan Yang Merata dan Berkeadilan

4. Mencapai Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan

5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa

6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya

7. Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga

8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya

9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

VISI PRESIDEN RI
2020 - 2024
“ Terwujudnya Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian,
berlandaskan gotong-royong “ 15
Visi Presiden Berkaitan
dengan P4GN Tujuan BNN 2020-2024 Angka Prevalensi
“ Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, Melindungi dan Menyelamatkan Masyarakat dari Penyalahgunaan dan
mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan 1 Peredaran Narkoba
gotong-royong “
Indeks Pelayanan Publik
TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG TERLINDUNGI
DAN TERSELAMATKAN DARI KEJAHATAN
NARKOTIKA
2 Mewujudkan Transformasi Layanan Publik yang Berkualitas
Point-point Misi Presiden
dalam P4GN 2020-2024
1 Memberantas Peredaran Sasaran BNN 2020-2024
Gelap dan Pencegahan Terwujudnya Manajemen
Penyalahgunaan Narkotika Meningkatnya Penanganan Organisasi, Profesional
secara Professional 1 Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba
2 Produktif, dan Proporsional
serta Berkinerja Tinggi

2 Meningkatkan Kemampuan Indeks P4GN Indeks Reformasi Birokrasi


Lembaga Rehabilitasi dan
Pemberdayaan Ketahanan
Masyarakat terhadap
Kejahatan Narkotika

3 Mengembangkan dan
Memperkuat Kapasitas
Kelembagaan
16
T A H U N 2 0 2 0
INPRES 2
R A N P 4 G N 2020-2024
TENTANG

 Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2020 merupakan kelanjutan


dari Inpres 6/2018 yang menjadi landasan bertindak bagi
seluruh lembaga/instansi pemerintah baik Pusat dan Daerah
dalam melaksanakan Rencana Aksi Nasional P4GN dan harus
dilaporkan realisasi capaian kinerjanya kepada Presiden.

17
POLA KERJA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT 3 (PILAR)

CEGAH
SATGAS/Relawan
REHAB

DAYAMAS
Penggiat

BRANTAS
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
 Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)

1 PENCEGAHAN
Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba

• Membangun sistem pencegahan


kejahatan penyalahgunaan dan peredaran
2 PEMBERANTASAN
Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba

• Memperkuat hubungan kerja sama


Internasional dan nasional.
3 REHABILITASI
Penyalah guna dan Pecandu
Narkoba

• Membangun sistem rehabilitasi


penyalah guna dan pecandu
gelap Narkoba. • Mencegah Narkoba dari luar negeri Narkoba yang komprehensif.
memasuki wilayah NKRI. • Meningkatkan aksesibilitas dan
• Membangun kemampuan masyarakat
• Mencegah peredaran gelap Narkoba kualitas layanan rehabilitasi dalam
(Individu, Kelompok) dalam menjaga sehingga tidak beredar di masyarakat. rangka upaya pemulihan penyalah
dan melindungi diri, keluarga, dan
• Menindak jaringan atau pelaku kejahatan guna dan pecandu Narkoba dari
lingkungan (Tempat Tinggal, peredaran gelap Narkoba. ketergantungan Narkoba.
Pendidikan, Kerja) dari kejahatan
• Merampas aset jaringan atau pelaku
penyalahgunaan dan peredaran gelap kejahatan peredaran gelap Narkoba.
Narkoba.
KOLABORASI 3 PIHAK
21  Membangun Semangat Kebersamaan dalam P4GN

P4GN TUGAS BERSAMA


 Seluruh elemen bangsa baik pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha/swasta
harus memiliki komitmen, partisipasi,
dan bersinergi dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.

 BERS
AM A & BERSI
NERGI
PERKEMBANGAN NPS MENCIPTAKAN CELAH BAGI
KEJAHATAN DIKARENAKAN BANYAK NARKOBA JENIS
BARU YANG BELUM DIATUR OLEH HUKUM.

899
Narkotika jenis baru di
dunia
76
NPS beredar di
Indonesia
71

Permenkes Nomor 20
Tahun 2018

5
Jenis NPS belum
diatur
Permenkes
KRATOM

Gambar 1. Pohon Kratom Gambar 2. Daun Kratom Gambar 3. Serbuk Kratom


 Penggunaan kratom dari sejak awal (abad ke-19) sebagai pengganti opium ataupun heroin
sehingga menimbulkan kecanduan bagi pemakaiannya
 tumbuhan kratom mempunyai efek yang merugikan jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya
(nilai indeks terapi yang kecil)
 peningkatan kemungkinan angka kesakitan dan kematian jika kratom dilegalkan mengingat sistem
penjaminan kesehatan yang diterapkan (BPJS kesehatan) harus mencakup pelayanan medis karena
penggunaan zat berbahaya untuk rekreasi
 Pengawasan terhadap zat untuk kebutuhan rekreasi tidak pernah ada di Indonesia dan akan menjadi
tantangan baru jika kratom dilegalkan
 Pengalaman beberapa negara yang kesulitan menangani kecanduan akibat penggunaan kratom
akan menimbulkan hal yang sama jika kratom dilegalkan di Indonesia
KEMASAN JUAL KRATOM (DIJUAL VIA INTERNET)
SIKAP BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TERKAIT KRATOM
Dengan ini diberitahukan terkait dengan polemik Mitragyna Speciosa (Kratom)
yang berkembang dimasyarakat, perlu disampaikan bahwa:

a. Mitragyna Speciosa (kratom atau Ketum, termasuk kedalam daftar


bahan yang dilarang digunakan dalam suplemen makanan dan obat
tradisional.
b. Mitragyna Speciosa mengandung senyawa- senyawa yang berbahaya
bagi kesehatan:
1) Alkaloid Mitragynine yang pada dosis rendah
mempunyai efek Stimulan dan dosis tinggi dapat
memiliki efek sedative-narkotika
2) 7-OH – Mitragynine memiliki efek 13 (tiga belas) kali kekuatan
morfin, yang dapat menimbulkan Withdrawal Symtoms (Adiksi),
Depresi pernafasan serta kematian.

Mufti Djusnir document


SIKAP BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TERKAIT KRATOM (2)
Mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan Mitragyna speciosa
(Kratom), bersama ini disampaikan sikap Badan Narkotika Nasional sebagai berikut:
a.Mendukung Keputusan Komite Nasional Perubahan Penggolongan Narkotika dan
Psikotropika yang mengklasifikasikan tanaman Mitragyna Speciosa (Kratom)
sebagai narkotika Golongan1, yang tidak diperbolehkan dipergunakan dalam
Medis (kesehatan). Dengan masa transisi 5 tahun;
b. Melakukan Sustainable Alternatif Development (Pemberdayaan
Alternatif) tanaman kratom khususnya di Kalimantan;
c. Melakukan sosialisasi dan pencegahan bahaya pemakaian Kratom
di Indonesia khususnya diwilayah Kalimantan bersama Kementrian
terkait; dan
d. Mendorong Kementrian terkait agar mempersiapkan kebijakan yang
sesuai pasca berakhirnya masa transisi di Indonesia.

Mufti Djusnir document


Paparan Deputi Brantas
Rapimnas Bali 28/01/2020

JALUR PENYELUNDUPAN
PAKET POS DARI LUAR
NEGERI TAHUN 2019

Keterangan

Methamphetamine
Ecstasy
Ganja
Cocaine

28
PASARAN HARGA
NARKOTIKA Paparan Deputi Brantas
Rapimnas Bali 28/01/2020

DI INDONESIA AKHIR TAHUN


ACEH
Sabu: Rp. 350.000
2019
Ekstasi: Rp. 200.000 KALTIM
Ganja : Rp. 200 Sabu: Rp. 1.050.000
Ekstasi: Rp. 425.000
SUMUT KALTARA
Ganja : Rp. 4.250
Sabu: Rp. 1.150.000 Sabu: Rp. 1.000.000 SULUT
KALBAR
Ekstasi: Rp. 300.000 Ekstasi: Rp. 350.000 Ekstasi: Rp. 800.000
Sabu: Rp. 395.000 KALTENG
Ganja : Rp. 1.150 MALUT PAPUA BARAT
Ekstasi: Rp. 215.000 Sabu: Rp. 1.900.000
GORONTALO Sabu: Rp. 2.750.000 Sabu: Rp. 2.600.000
Kepulauan Riau Ekstasi: Rp. 350.000
Sabu: Rp. 2.900.000 Ekstasi: Rp. 400.000 Ekstasi: Rp. 700.000
Sabu: Rp. 1.000.000
Ekstasi: Rp. 1.150.000 Ganja : Rp. 2.000
Ekstasi: Rp. 375.000
Ganja : Rp. 1.800
RIAU Ganja : Rp. 4.000
JAMBI PAPUA
Sabu: Rp. 750.000 Sabu: Rp. 1.300.000
Ekstasi: Rp. 250.000 Sabu: Rp. 2.300.000
Ekstasi: Rp. 350.000 Ganja: Rp. 2.000
Ganja : Rp. 5.000 Ganja : Rp. 3.500
SUMBAR SULTENG
BABEL
Sabu: Rp. 1.300.000 Ekstasi: Rp. 325.000
Sabu: Rp. 1.250.000
Ekstasi: Rp. 225.000 Ganja: Rp. 4.750
Ekstasi : Rp. 750.000
Ganja : Rp. 2.500 Ganja : Rp. 4.500
BENGKULU KALSEL MALUKU
Sabu: Rp. 1.600.000 SULBAR Sabu: Rp. 3.750.000
Sabu: Rp. 1.650.000 Sabu: Rp. 1.750.000
Ekstasi: Rp. 475.000 SUMSEL Ekstasi: Rp. 300.000 SULTRA Ekstasi: Rp. 700.000
Ganja : Rp. 5.000 Sabu: Rp. 1.500.000 Sabu: Rp. 1.750.000 Ganja : Rp. 9.000
Ekstasi : Rp. 275.000 JATENG NTB SULSEL Ekstasi: Rp. 350.000
LAMPUNG Sabu: Rp. 1.200.000 Sabu: Rp. 1.225.000
BANTEN Ganja : Rp. 2.500 Sabu: Rp. 2.000.000
Sabu: Rp. 1.250.000 Ekstasi: Rp. 400.000 Ekstasi: Rp. 525.000
Sabu: Rp. 1.500.000 Ekstasi: Rp. 300.000
Ekstasi: Rp. 175.000 Ganja : Rp. 6.000 Ganja : Rp. 4.000
Ekstasi: Rp. 600.000 Ganja : Rp. 6.750
Ganja : Rp. 3.500
Ganja : Rp. 5.000
DKI JAKARTA NTT
Sabu: Rp. 1.300.000 Sabu: Rp. 2.700.000
Ekstasi: Rp. 450.000 YOGYAKARTA BALI
JABAR
Ganja : Rp. 4.000 Sabu: Rp. 1.350.000 Sabu: Rp. 1.550.000
Sabu: Rp. 1.200.000 JATIM
Heroin : Rp. 1.500.000 Ekstasi: Rp. 250.000 Ekstasi: Rp. 425.000
Ekstasi: Rp. 500.000 Sabu: Rp. 1.950.000
Cocain : Rp. 6.000.000 Ganja : Rp. 5.500 Ganja : Rp. 6.000
Ganja : Rp. 5.000 Ekstasi: Rp. 270.000
Cocaine: Rp. 2.500.000
Ganja : Rp. 8.000

Rata-rata Harga Sabu 1.598.966 setara dengan Rp. 1.600.000,-/gr ,Ekstasi 435.286 setara dengan Rp. 436.000,-/pil, Ganja 4.461 setara 4.500,/gram,
Heroin 1.500.000,-/gram dan Cocain 4.250.000,-/gram 29
Daerah Rawan/ Paparan Deputi Brantas
Kampung Narkotika Rapimnas Bali 28/01/2020

KALTENG RIAU JATENG KALTARA SUMUT SULTENG SULTRA


• Puntun • Kp. Sangrah • Kel. Selumit • Bagan • Kp. Tatangga • Kp. Salo
• Jl. Kamlimantan Desa Duri • Bandar Harjo Pantai • Medan • Desa Duri • Kel. La Solo
• Kumai • Baturaden • Pantai Cermin

SHABU SHABU SHABU SHABU


SHABU SHABU SHABU GANJA
INEX ECSTASY ECSTASY
ECSTASY

SUMSEL JAKARTA BANTEN ACEH JABAR KEPRI


• Lubuk Lingau • Kp. Ambon • Pulomerak • Idi Rayeuk • Kec. Jatinangor • Batam
- Desa Hegarmanah - Muka Kuning
• Musi Rawas • Boncos • Puloampel • Gayo Lues - Desa Cibeusi
• Palembang • Pademangan • Manyak payed • Karimun
• Kec. Tanjungsari
- Desa Tanjungsari - Kel Sungai Lakam
SHABU SHABU SHABU SHABU - Desa Margaluyu • Tj Pinang
GANJA GANJA GANJA GANJA - Desa Gudang - Desa Gunung Kijang
• Kec. Cimanggung • Bintan
ECSTASY ECSTASY ECSTASY ECSTASY
- Desa Sindang Pakuwon - Desa Berakit
- Desa Pasir Nanjung
TO (Target Operasi) berasal dari wilayah tersebut
Daerah Rawan/
Penyalahguna banyak dari wilayah tersebut
Kampung Narkotika SHABU, GANJA
Penangkapan sering terjadi di wilayah tersebut
ECSTASY -

30
S W O T
(STRENGTHS) (WEAKNESSES) (OPPORTUNITIES) (THREATS)
 UU No 35 Tahun 2009 tentang  Belum adanya Peraturan  Mengurangi peredaran  Hingga saat ini terdapat
Narkotika Daerah tentang P4GN 76 narkoba jenis baru di
 Permendagri No 12 Tahun gelap narkoba
Indonesia, sebanyak 71
2019 tentang Fasilitasi P4GN  Belum dilakukan  Adanya relawan
pemulihan Kawasan sudah diatur dalam
dan Prekursor Narkotika /penggiat dengan Permenkes
 Inpres No.2/2020 tentang Rawan Narkoba
RAN P4GN 
motivasi yg tinggi  Hampir seluruh desa /
Pendidikan Anti Narkoba kelurahan terpapar
belum dilaksanakan
 Mewujudkan
narkoba
dengan baik, secara keterpulihan kawasan  Kondisi geografis
massif dan komprehensif rawan narkoba Kalimantan Barat yg
 Masih rendahnya  Mengurangi dampak merupakan daerah transit
kesadaran melapor diri ke buruk Penyalahgunaan dan perbatasan
IPWL Narkoba di lingkungan  Mudahnya mendapatkan
 Keterbatasan Pelayanan narkotika melalui situs
pendidikan online
Rehabilitasi pecandu  Meningkatkan  Modifikasi teknik
narkoba kesadaran masyarakat (modus) penyelundupan
 Masih rendahnya narkoba yang terus
utk rehabilitasi
komitmen seluruh berkembang dan semakin
perangkat daerah
 Meningkatkan
sulit terdeteksi aparat
 Tidak tersedianya alat tes komitmen lintas  Berdasarkan analisis
PROGRAM UNGGULAN TEMATIK P4GN
BIDANG PENCEGAHAN

DESA RELAWAN KETAHANAN RUMAH PROGRAM KAMPANYE SOCIAL


BERS INAR ANTI KELUARGA EDUKASI ANTI RESPONSIF MEDIA MEDIA
NARKOBA SOSIAL NARKOBA BANG CEGAH CENTER &
W AW A N CNS RADIO
(REAN.ID)
KETENTUAN PIDANA
(BAB XV : PASAL 111 S/D 147 -37 UU NO. 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA)
Pasal 111

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum pidana penjara 4 -12 tahun
menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, pidana denda Rp800.000.000,00 -
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I Rp8.000.000.000,00
dalam bentuk tanaman,

(2) menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, pidana penjara seumur hidup atau 5 -
atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk 20 tahun
tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon pidana denda max sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 112

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum pidana penjara 4 -12 tahun
memiliki, menyimpan, menguasai, atau pidana denda Rp800.000.000,00 -
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, Rp8.000.000.000,00

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, pidana penjara seumur hidup atau 5 -
atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman 20 tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 pidana denda max sebagaimana
(lima) gram dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/334
Pasal 113

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum pidana penjara 5 – 15 tahun
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan pidana denda Rp1.000.000.000,00 -
Narkotika Golongan I Rp10.000.000.000,00

(2) memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan


Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi Pidana mati, pidana penjara seumur
1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau hidup atau 5 - 20 tahun
dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram pidana denda max sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 114
pidana penjara seumur hidup atau 5 -20
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum tahun
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
pidana denda Rp1.000.000.000,00 -
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
Rp10.000.000.000,00
menyerahkan Narkotika Golongan I,

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, Pidana mati, pidana penjara seumur
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau hidup atau 6 - 20 tahun
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
pidana denda max Rp8.000.000.000,00
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, ditambah 1/3 35
Pasal 115

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum pidana penjara 4 -12 tahun
membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito
pidana denda Rp800.000.000,00 -
Narkotika Golongan I
Rp8.000.000.000,00

(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, pidana penjara seumur hidup atau 5 -
atau mentransito Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman 20 tahun
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon beratnya melebihi 5 (lima) gram, (sepertiga). pidana denda max sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 116

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum


pidana penjara 5 – 15 tahun
menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain
atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan pidana denda Rp1.000.000.000,00 -
orang lain Rp10.000.000.000,00
Pidana mati, pidana penjara seumur
(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau hidup atau 5 - 20 tahun
pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain
mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen pidana denda max sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/336
(1)
Narkotika Pidana max. 4
Golongan I th

DASAR HUKUM ATAS Narkotika Pidana max. 2


PENYALAHGUNAAN Golongan II th
NARKOTIKA
MENURUT PASAL 127
UU NO. 35/2009 Narkotika Pidana max. 1
Golongan III th

(3)     Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

37
PENYELIDIK DAN PENYIDIK
1. Penyelidik dan Kewenangannya
Pasal 1 angka 4 KUHAP menjelaskan bahwa penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
Adapun wewenang dari penyelidik diatur dalam Pasal 5 KUHAP, yaitu :
• Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
• Mencari keterangan dan barang bukti;
• Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri
• Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.
2. Penyidik dan kewenangannya
Pasal 1 angka 1 KUHAP menyebutkan penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
Pengertian Tertangkap Tangan menurut
KUHAP adalah 
“tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan
tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang
melakukannya”
Delik tertangkap tangan tidak memerlukan surat
penangkapan sebagaimana delik lainnya.
KEBIJAKAN TERHADAP PENYALAH GUNA
NARKOBA
 2 Model Pendekatan SLIDE 40

 Penyalah Guna Sukarela Lapor Diri  Penyalah Guna Yang Tertangkap


Penyalah guna narkoba yang secara sukarela melaporkan Penyalah guna narkoba yang tidak melaporkan diri ke
diri ke IPWL atau dilaporkan oleh anggota keluarga tidak IPWL dapat ditangkap aparat dan akan diproses hukum.
akan dituntut pidana.
PENTINGKAH REHABILITASI?
Rehabilitasi: Upaya yang teruji dan terbukti memberikan dampak positif
dalam perubahan perilaku pecandu

Abstinensia
• Kondisi tidak menggunakan kembali zat/narkoba
• Memperbaiki kondisi kesehatan
Pengurangan frekuensi dan keparahan kekambuhan
• Pencegahan kekambuhan dan dampak buruk narkoba

Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi sosial


• Meningkatkan fungsi sosial dan kualitas hidup
INTERVENSI BERBASIS MASYARAKAT
• Serangkaian aktivitas dibidang
rehabilitasi terhadap korban
penyalahgunaan narkotika yang
dirancang dari masyarakat dan untuk
masyarakat
PBM
• Sebagai perwujudan amanat Presiden Inputs Outputs

agar Program P4GN dapat dirasakan


langsung

SIL KLIEN
Skrining Intervensi Lapangan

PBM
Pemulihan Berbasis Massyarakat
SIL AP
AP
Agen Pemulihan
Feedback

42
AGEN 45

PEMULIHAN
Orang atau masyarakat yang tinggal di desa/kelurahan,
yang terpilih melalui berbagai pertimbangan dan telah
mendapatkan pembekalan sebagai mitra kerja BNN
untuk melakukan pemantauan dan pendampingan bagi
klien pascarehabilitasi.
STANDARDISASI
PENYELENGGARAAN
REHABILITASI SESUAI SNI
8807/2019
Asistensi Implementasi
Persiapan Evaluasi
(4 bln) (2 bln)

Evaluasi dilaksanakan oleh tim evaluator yang berasal dari BNN, Kemensos, dan Kemenkes
48

THANKS!

Anda mungkin juga menyukai