Anda di halaman 1dari 90

Gangguan Penggunaan NAPZA

Dr. Syahrial, SpKJ(K)


Dalam Ilmu Kedokteran Psikiatri, Adiksi meliputi:
• Adiksi terhadap zat (NAPZA); opioid, alkohol, kanabis,
cocain, ATS, NPS, dll.
• Adiksi perilaku (gadget, internet, games, judi, dll.)
NAPZA
(Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya)

 adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi


kejiwaan/psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan
perilakunya) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik
dan psikologik.

 Merupakan senyawa psikoaktif yang jika disalahgunakan


berpotensi menyebabkan masalah kesehatan dan sosial serta
KETERGANTUNGAN
Ketergantungan NAPZA dianggap sebagai gangguan kronis yang
dapat kambuh (Chronic Relapsing Disease) ditandai dengan usaha
mencari NAPZA yang kompulsif, dengan penggunaan terus menerus
meskipun terdapat konsekuensi sosial ekonomi dan kesehatan yang
negatif serta hilangnya kemampuan mengendalikan diri karena
penggunaan NAPZA.

 Chronic Brain Disease


Kondisi Global
 Substance Use Disorders (SUDs) berkontribusi besar
terhadap morbiditas dan mortalitas baik di AS ataupun
dunia.
 Kematian akibat overdosis obat-obatan di AS mencapai
lebih dari 47.000 kasus pada tahun 2014 dan sebagian
besar melibatkan polysubstance
Diperkirakan satu dari setiap 10 orang dewasa di AS
akan mengalami gangguan penyalahgunaan zat seperti
cannabis , kokain, heroin, halusinogen, inhalan, opioid
resep, obat penenang, stimulan, dan atau obat lain
selama hidupnya.
 Perbandingan SUDs pada orang dewasa di tahun 2001-2002
terdapat 2%-10,3% dan pada tahun 2012-2013 didapatkan
4,1%-15,6%, dapat disimpulkan dari data tersebut kejadian
SUDs mengalami peningkatan sebesar 50%
 SUDs masih menjadi masalah yang dihadapi beberapa negara di dunia.
 Masalah ini menyebabkan kerugian di Amerika Serikat sebanyak kurang lebih 250
M US $ setiap tahunnya akibat kematian dini, biaya perawatan kesehatan ,
penurunan produktivitas, hilangnya pendapatan, dan kejahatan akibat penggunaan
NAPZA.
Dari seluruh populasi dunia yang berusia 14-65 tahun :
162 juta hingga 329 juta (3,4-7%) melakukan penyalahgunaan zat
pada tahun 2013,
Sekitar 9% dari seluruh kasus tersebut mengalami kematian dan
kecacatan akibat penggunaan obat-obatan terlarang , alkohol, dan
juga tembakau
Proporsi usia muda yang pernah mencoba obat-obatan terlarang
setidaknya sekali dalam seumur hidup di beberapa negara antara
lain:
Amerika Serikat (>40%)

Australia (>40%)

Kanada (>35%)

Eropa (Laki-laki > 23%, Perempuan 17%)


 Gangguan penggunaan alkohol adalah masalah yang umum terjadi di AS.
 Pravalensi gangguan penggunaan alkohol diperkirakan sebesar 4,6% pada
usia 12-17 tahun dan 8,5 % pada usia diatas 18 tahun.
 Pravalensi gangguan ini lebih tinggi pada pria (12,4%) dibandingkan wanita
(4,9%)
KONDISI REPUBLIK INDONESIA
PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA (Publikasi 2020)
PAKAI 1 TAHUN
PERNAH PAKAI TERAKHIR
NO PROVINSI
ESTIMASI ESTIMAS
% %
N IN
1.585.94
1 Sumatera Utara 1.707.936 7,00%
1 6,50%
2 Sumatera Selatan 359.363 5,50% 326.694 5,00%
3 DKI Jakarta 195.367 4,90% 132.452 3,30%
4 DI Yogyakarta 29.132 3,60% 18.082 2,30%
5 Sulawesi Tengah 61.857 3,30% 52.341 2,80%
6 Aceh 82.415 2,80% 56.192 1,90%
7 Jawa Timur 1.038.953 2,50%
554.108 1,30%
8 Jawa Tengah 341.392 2,30% 195.081 1,30%
9 Kalimantan Selatan 79.370 1,80% 57.723 1,30%
10 Kalimantan Utara 5.959 1,70% 4.172 1,20%

Kerjasama Badan Narkotika Nasional


dan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan
Kebudayaan-LIPI 12
(sumber Indonesia Drugs Report BNN 2020)
(sumber Indonesia Drugs Report BNN 2020)
Analisis BNN
Analisis BNN

NARKOBA DALAM PROXY WAR


FAKTA YANG TERJADI

INSTRUMENT SUPLAY SASARAN


NARKOBA SEBAGAI SENJATA / BERDASARKAN DATA, NEGARA AKIBATNYA ADALAH SELURUH
INSTRUMEN YANG TERSEBAR KE – NEGARA PENYUPLAI TERBESAR LAPISAN MASYARAKAT TELAH
SELURUH INDONESIA YANG SELURUHNYA MELEWATI TERKONTAMINASI OLEH
BERASAL DARI NEGARAASING SINGAPURA DAN MALAYSIA DAN NARKOBA (TANPA PANDANG
DAN DAPAT MENGHANCURKAN SELANJUTNYA DITERUSKAN KE STATUS SOSIAL)
BANGSA INDONESIA INDONESIA
ANCAMAN TEKNOLOGI INFORMASI (CYBER)

SURFACE WEB MARKET PEREDARAN DEEP WEB MARKET PEREDARAN CRYPTOMARKET


NARKOBA DILAKUKAN NARKOBA DILAKUKAN MELALUI TRANSAKSI MENGGUNAKAN
MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEBSITE JARINGAN INTERNET CRYPTO-CURRENCY MELALUI
TERSEMBUNYI YANG SANGAT INTERNET. TIDAK MUDAH
SULIT DILACAK DILACAK, IDENTITAS
TERSEMBUNYI

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKAN MENCIPTAKAN


CELAH BAGI PELAKU KEJAHATAN UNTUK
MEMPRODUKSI ATAUPUN MENGEDARKAN
NARKOBA DENGAN LEBIH MUDAH, MURAH DAN
TIDAK TERDETEKSI.
DATA NASIONAL HASIL SURVEY BNN & UI
UU R.I. NO.35/2009

 Narkotika : Menurut UU R.I. No. 35/2009 tentang


Narkotika: adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan
dalam 3 golongan sebagai berikut :
 Golongan I
 Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
 Tidak untuk terapi
 Ketergantungan kuat
 Contoh : Heroin, Kokain, Ganja, met-amfetamin, ekstasi, DLL.

 Golongan II
 Pilihan Terakhir untuk terapi
 Ketergantungan kuat tetapi kurang dari gol. I
 Contoh : Morfin, Petidin, Metadon.

 Golongan III
 Sering untuk therapy / pengobatan, pengembangan ilmu
pengetahuan
 Ketergantungan lebih ringan, contoh : Codein
 Psikotropika : menurut UU.RI. No.5/1997
Psikotropika : adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika
dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
 Golongan I
 Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
 Tidak untuk Terapi
 Ketergantungan kuat
 Contoh : Ecstasy, Met-amfetamin, LSD.
 Golongan II
 Bisa Untuk therapi, tetapi pilihan terakhir
 Ketergantungan tinggi tetapi kurang dari gol I
 Contoh : Amfetamin, metil fenidat (Ritalin), metakualon.
Golongan III
 Sering untuk terapi
 Ketergantungan sedang
 Contoh : Fenobarbital, flunitrazepam.

Golongan IV
 Untuk terapi
 Ketergantungan ringan
 Contoh : Diazepam, klobazam, bromazepam.
MINUMAN ALKOHOL
Minuman Alkohol : mengandung etanol etil
alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari
kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan
bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat
/ zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
Lanjutan

a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).


b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai
minuman
anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky,
Vodca,
Manson House, Johny Walker ).
Zat Adiktif lainnya: bahan atau zat yang
Mempengaruhi psikoaktif tubuh manusia diluar
narkotika
dan psikotropika diantaranya :
1. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat
pelarut ) mudah menguap berupa senyawa
anorganik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah
: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
2. Nikotin
Pemakaian tembakau atau nikotin masih
kontroversi didalam masyarakat, dimana
sebagian menganggap bagian dari napza
dan sebagian lagi tidak.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan.
 Tembakau
 Pemakaian sangat luas di masyarakat.
 Kadar nikotin yang bisa diserap oleh tubuh per batangnya 1-3 mg.
 Dosis letal: 60 mg nikotin sekali pakai.
 Pemakaian ROKOK dan ALKOHOL terutama pada remaja,
pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari
NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda
( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang/anti cemas ),
Hipnotik (obat tidur).
2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat.
Contoh: Amphetamine type stimulantia (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen.
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah suasana
perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan
dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ) dan
LSD.
NAPZA yang sering disalahgunakan
dimasyarakat :

1. Opioda
Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
 Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang
digunakan oleh dokter sebagai penghilang
sakit yang sangat kuat, mis: operasi,
penderita cancer.
 Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat 
perasaan ingin menyendiri untuk menikmati
efek rasanya.
2.KANABIS: cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass,
bhang.
Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung
merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ),
sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera
makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan
tenggorokan, halusinasi, waktu terasa lamban (10 menit
terasa 1 jam) dan memicu gangguan psikotik.
3. ATS (AMPHETAMINE TYPE STIMULANTIA)
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
Nama jalanan : Inex, xtc.
Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.

b. Metamphetamine, : SHABU, SS, ice.


Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih
dan keabuan. Cara pengunaan dibakar dengan
mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap
atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus (boong).
4. ALKOHOL :
Merupakan zat psikoaktif yang sering
digunakan manusia.
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula,
sari buah dan umbi – umbian yang
mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari
15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan
sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih
tinggi, bahkan 100 %.
5. SEDATIF / HIPNOTIK :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan
hipnotika ( obat tidur )
Nama jalanan : Benzodiazepin (BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp)
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikkan atau
dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien
yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai
obat tidur.
6. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara
dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek
api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap
bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba
oleh anak di bawah umur, pada golongan yang
kurang mampu.
7. LSD ( Lysergic Acid ), termasuk dalam golongan
halusinogen. Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas
berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang
berbentuk pil dan kapsul.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan
lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian,
menghilang setelah 8 – 12 jam.
Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan
waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan
bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan
penggunanya paranoid dan cemas berlebihan hingga
psikotik.
8. KOKAIN : Kokain berupa bubuk putih, sedikit pahit
dan lebih mudah larut,nama jalanan : koka, coke,
happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakaiannya : membagi setumpuk kokain
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan
kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian
dihirup menggunakan penyedot seperti sedotan
atau dengan cara dibakar bersama
tembakauberesiko kering dan luka sekitar lubang
hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa
segar, kehilangan nafsu makan, menambah
percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit
dan Lelah.
Tujuan Penggunaan NAPZA

 Fun

3F 

Forget/ Free
Function
TAHAPAN PENGGUNAAN NAPZA

 Coba – coba
 Sosial atau rekreasi
 Situasional
 Penyalahgunaan
 Ketergantungan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN NAPZA
1. Biologi
 Kerentanan genetik (biogenetik)
 Sifat NAPZA yang bisa mempengaruhi reward area di
otak
2. Psikoedukatif
 Pola asuh orang tua yang patologis  ciri kepribadian
dan gangguan kepribadian tertentu.
 Imitasi dari orang tua yang juga terlibat masalah NAPZA.
 Standar Ganda Pola Asuh.
 Sikap orang tua yang terlalu permisif
 Orang tua yang belum memahami karakteristik
perkembangan mental remaja.
 Gangguan Psikiatri
3. Sosiokultural
• Disorganisasi lingkungan  Norma sosial yang
mendukung penggunaan NAPZA.
• NAPZA mudah diperoleh
• Hukum yang mendukung penggunaan NAPZA
• Kondisi Sosial ekonomi yang buruk
• Peer group yang juga konsumsi zat
• Tradisi konsumsi ramuan herbal.
4. Spiritual
Nilai-nilaireligi hanya sebatas pemahaman (kognitif) belum begitu
menyentuh ranah afektif (penghayatan) dan perilaku/tindakan yang sesuai
tuntunan syariat.
Gagal paham pada nilai-nilai agama yang dianut , misalnya pada ajaran
agama Islam, seseorang mengambil pemahaman/ kesimpulan sendiri bahwa
larangan khamar yang tertulis dalam Al-Qur’an & Hadist ditujukan hanya
pada Alkohol saja.
DATA HASIL SURVEY BNN & UI
DATA HASIL SURVEY BNN & UI
Co-occuring Disease/
Diagnosis Ganda
Definisi menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI)
 Suatu kondisi ketika individu mengalami gangguan jiwa dan penggunaan
NAPZA secara bersamaan, memungkinkan individu dengan riwayat
penggunaan NAPZA terlebih dahulu ataupun sebaliknya gangguan jiwa yang
berkembang lebih dulu.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa co-occuring disease merupakan suatu
kondisi individu mengalami penyakit utama dengan penyertanya, baik masalah dari
penggunaan NAPZA maupun gangguan jiwa dan memungkinkan kondisi riwayat
penggunaan NAPZA terlebih dahulu kemudian gangguan jiwa atau sebaliknya.
Co-occuring Disease pada
Subtance Use Disorders (SUD)
• SUD + HIV/AIDS
• SUD + Hepatitis C
• SUD + Penyakit Infeksi Lainnya
• SUD + Behavior Addiction
• SUD + Gangguan mental (antara lain psikotik)
GANGGUAN PSIKOTIK
Gangguan Psikotik merupakan gangguan jiwa yg ditandai dengan adanya
Reality Testing Ability (RTA) yang terganggu yaitu ketidakmampuan
seseorang untuk membedakan antara realita dan fantasi misalnya
halusinasi, waham, proses pikir yang terganggu, emosi dan perilaku
yang kacau.
Co-occuring Disease Penggunaan
NAPZA dengan Gangguan Psikotik
• Penggunaan zat adalah komorbid paling sering pada orang-
orang dengan gangguan psikotik.
• Penggunaan zat berpengaruh sangat buruk terhadap orang
dengan gangguan psikotik.
• Pada orang yang mengalami gangguan psikotik dengan
Substance Use Disorders (SUD) memiliki pemulihan yang lebih
sulit.
• Pada orang dengan masalah tersebut juga memiliki resiko
yang tinggi mengalami perjalanan penyakit yang rumit.
Termasuk, kambuhnya gejala psikotik secara berulang, resiko
masalah kesehatan lebih tinggi, meningkatkan resiko
disabilitas di masa depan.
Co-occuring Disease Penggunaan
NAPZA dengan Gangguan Psikotik
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan psikotik dengan SUD
memiliki tingkat perawatan dengan rawat inap di rumah sakit yang lebih
tinggi, peningkatan drop out of treatment, dan cenderung menunjukkan
gejala psikotik yang lebih banyak.

• Penelitan oleh Faridi K, dkk menyatakan bahwa orang yang tetap menggunakan
kanabis setelah didiagnosis dengan gangguan psikotik akan lebih mudah untuk
kambuh walaupun sedang dalam terapi obat antipsikotik. Ini menunjunkkan
pentingnya mendeteksi adanya SUD pada pasien dengan gangguan psikotik.

• Pada pasien dengan gangguan psikotik yang mengurangi dan berhenti


menggunakan NAPZA menunjukan perubahan yang baik pada gejala psikotik dan
depresi, juga dapat meningkatkan kemungkinan pasien mendapatkan kehidupan
seperti semula.
• Intinya, semakin cepat mengurangi atau berhenti menggunakan NAPZA
pada pasien gangguan psikotik membuat prognosis semakin baik.
Co-occuring Disease
Penggunaan NAPZA dengan

Gangguan Psikotik
Salah satu studi di Amerika mencoba untuk menilai
prevalensi dual diagnosis, ditemukan bahwa 47% dari
orang-orang yang terdiagnosa skizofrenia dan
memiliki gangguan penyalahgunaan zat pada suatu
waktu dalam hidup mereka.

• Pasien dengan gangguan psikotik diikuti dengan


gangguan penggunaan zat kemungkinan meningkat
secara signifikan dibandingkan dengan pasien tanpa
gejala psikotik.
DATA HASIL SURVEY BNN & UI
DATA HASIL SURVEY BNN & UI

KONSEKUENSI SUDs
PENANGGULANGAN
 UPAYA PREVENTIF
 Lingkungan keluarga
Mengasuh anak yang baik:
 Penuh kasih sayang
 Penanaman disiplin yang baik
 Mengajarkan mana yang baik dan yang buruk
 Mengembangkan kemandirian
 Memberikan kebebasan bertanggung jawab
 Mengembangkan harga diri anak
 Menghargai jika berbuat baik dan mencapai prestasi
tertentu
 Memperkuat kehidupan beragama:
diutamakan bukan ritual keagamaan , melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat, hal ini
membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
Kembangkan komunikasi yang baik
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur,
mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA
agar dapat berdiskusi dengan anak
Orang tua menjadi contoh yang baik.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang
tidak baik bagi anak
 Lingkungan Sekolah (Guru)

 Dekatilah siswa tersebut agar mau berterus terang


 Upayakan untuk menyimpan rahasia ini agar tidak diketahui
oleh teman-temannya
 Jangan langsung menghukum siswa tersebut, misalnya:
menghukum didepan teman-temannya, memberi skorsing
bahkan mengeluarkannya dari sekolah, karena tindakan-
tindakan tersebut akan menambah beban si siswa untuk
kembali normal seperti semula
 Jangan melakukan penyuluhan dengan menakut-
nakuti murid/siswa
 Lakukan konseling oleh guru pembina di sekolah
 Membina kerjasama yang baik dengan orang tua
siswa bersangkutan
 Membina kerjasama dengan dokter/psikiater
(dokter ahli jiwa) atau psikolog
 Lingkungan Masyarakat

Ulama : Meningkatkan pemahaman agama dalam


masyarakat.Jadikan ulama sebagai penasehat
spiritual khususnya bagi pengguna napza.
 Harus mendukung upaya rehabilitasi dan
pengobatan pasien
 Jangan langsung menjauhi dan memusuhi
pengguna napza
 Harus proaktif dalam mencegah penyebarluasan
napza, contohnya: menangkap si pengedar
sehingga memutus mata rantai penyebaran napza
 Membina kerjasama yang baik dengan pihak
aparat hukum (polisi)
Kondisi yang perlu diwaspadai

Ditemukannya NAPZA dan peralatannya:


 NAPZA : Tablet, serbuk, kristal atau
lintingannya, rokok di kantong, lipatan
baju, dompet, tempat pinsil

 Peralatan : Botol Aqua yang berlubang di


dindingnya, plastik kecil – kecil, sedotan
minuman, jarum suntik, sendok yang
bekas dibakar.
TANDA DILINGKUNGAN
RUMAH
 Perubahan Sikap
• Sering berbohong
• Sering mengemukakan alasan atas tindakannya
• Sering tersinggung dan cepat marah
• Melawan orang tua
• Acuh tak acuh terhadap lingkungannya
• Tidak mau perduli terhadap aturan keluarganya
• Mulai melupakan tanggung jawab rutin di rumah
• Malas mengurus diri
 Perubahan kebiasaan
• Susah bangun tidur
• Sering menyendiri dan berlama-lama dikamar
• Sering pulang lewat tengah malam
• Sering pergi kediskotik, mall atau berpesta
• Sering menginap dirumah kawan
• Sering membawa obat tetes mata
• Sering makan permen karet atau menthol untuk
menghilangkan bau mulut
• Mencuri uang/barang yang ada di rumah sendiri
• Mungkin sering batuk-batuk yang berkepanjangan
• Pasang music yang terlalu keras
• Senang memakai kacamata gelap
• Tidak mengizinkan orang tua masuk kedalam kamarnya
• Kamar tidak boleh diperiksa atau selalu dikunci
• Makin jarang mengikuti kegiatan keluarga
• Berganti teman dan jarang mau mengenalkan teman kepada
keluarga
TANDA DILINGKUNGAN
SEKOLAH
 Perubahan sikap dan perilaku
• Sering berbohong
• Mudah tersinggung dan marah disekolah
• Lambat dalam memberikan tanggapan, pelupa, & cuek
• Masalah perilaku meningkat
• Perhatian terhadap lingkungan tidak ada
• Sering mengantuk pada saat jam pelajaran berlangsung
• Prestasi disekolah tiba-tiba menurun drastic
• Penurunan memori jangka pendek, konsentrasi dan rentang perhatian
• Kehilangan motivasi, minat, tenaga, partisipasi dalam aktifitas
sekolah
• Kurang berpartisipasi dalam kegiatan dikelas dan ekstrakulikuler
• Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan
 Perubahan kebiasaan
• Sekali-kali ditemukan dalam keadaan mabuk, bicara cadel
(pelo) dan jalan sempoyongan
• Sering terlambat masuk ke kelas setelah jam istirahat
• Meninggalkan hobi-hobinya yang dulu
• Mulai berkumpul sama anak-anak yang tidak beres disekolah
• Sering meminjam uang sama teman
• Mengubah gaya berpakaian dan tidak peduli pada
kebersihannya
• Teman lama ditinggalkan
• Sering terlambat masuk sekolah dengan alasan terlambat
bangun tidur
• Sering tidak membayarkan uang sekolah dengan alasan hilang
Bila Menemukan Kasus

Anggota Keluarga Guru


 Jangan panik,  Dekati siswa
memarahi dan  Jangan mengucilkan
menghukum  Lakukan konseling
 Ajak bicara  Bina kerja sama dengan
orang tua
 Minta bantuan
tenaga medis
 Masalah medis
teratasi 
rehabilitasi
Upaya Kuratif &
Rehabilitatif
Rehabilitasi

•Rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan pasien gangguan penggunaan NAPZA


baik dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang dilaksanakan untuk mengubah
perilaku pasien agar siap kembali ke masyarakat

•Tujuan rehabilitasi mencakup:


-Membantu pasien mempertahankan kondisi bebas NAPZA (abstinensia)
-Memulihkan fungsi fisik, psikologis dan social.
-Untuk mengembalikan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial
penderita
Rehabilitasi

Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial

proses kegiatan pengobatan secara terpadu proses kegiatan pemulihan secara terpadu
untuk membebaskan pecandu dari baik secara fisik, mental maupun sosial agar
ketergantungan narkotika. Rehabilitasi Medis bekas pecandu narkotika dapat kembali
dilaksanakan di Rumah Sakit pemerintah melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
maupun swasta yang ditunjuk oleh Menteri masyarakat
Kesehatan.
Rehabilitasi Medis NAPZA

 Rehabilitasi medis merupakan suatu proses kegiatan


pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu
dari ketergantungan NAPZA.
 Proses rehabilitasi medis meliputi asesmen, penyusunan
rencana rehabilitasi, program rehabilitasi rawat jalan atau
rawat inap, dan program pasca rehabilitasi.
 Rehabilitasi medis terbagi menjadi rehabilitasi rawat jalan dan
rehabilitasi rawat inap.
Rehabilitasi medis rawat inap
 Detoksifikasi NAPZA adalah suatu proses intervensi medis yang
bertujuan untuk membantu pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika mengatasi gejala intoksikasi dan putus zat
akibat penghentian Narkotika dari tubuh pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan yang mengalami ketergantungan fisik.

 Umumnya, tahapan detoksifikasi diawali dengan skirining kondisi fisik


secara menyeluruh oleh tim medis. Tim akan mengevaluasi jenis zat
yang digunakan, tingkat kecanduan dan kesehatan pengguna. Selain itu
akan dilakukan skrinning terkait penyakit penyerta pada pasien.
DETOKSIFIKASI

Berdasarkan lamanya proses berlangsung,


detoksifikasi dibagi atas:

1. Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu)


2. Detoksifikasi jangka sedang (3-5 hari)
3. Detoksifikasi cepat (6 jam sampai 2 hari)
Detoksifikasi
Detoksifikasi NAPZA merupakan proses atau tindakan medis untuk
membantu residen dalam mengatasi gejala putus NAPZA. pasien
diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter.
Dokter akan memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu
untuk mengurangi gejala putus zat yang pasien alami. Macam-macam
detoksifikasi:
 Rawat Inap dan Rawat Jalan
 Cold Turkey, artinya seorang pecandu langsung menghentikan
penggunaan narkoba/zat adiktif, dengan mengurung pecandu dalam
masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan.
 Terapi simptomatis
 Rapid Detoxification, Ultra Rapid Detoxification
 Detoxifikasi dengan menggunakan: Kodein dan ibuprofen,
Bufrenorfin, dan Metadon.

Note:
Detoksifikasi dijalankankan kurang lebih 2 minggu atau tergantung
dari hasil evaluasi tim medis. Antara pasien satu dengan pasien
yang lain tidaklah sama, terapi disesuaikan dengan kebutuhan
pasien secara medis.
Rehabilitasi medis rawat jalan

 Rehabilitasi rawat jalan, dapat berupa simtomatik atau


rumatan. Terapi rumatan medis adalah suatu terapi jangka
panjang minimal 6 bulan bagi klien ketergantungan Opioida
dengan menggunakan golongan opioid sintetis agonis
(Metadon) atau agonis parsial (Bufrenorfin) dengan cara oral
atau sub-lingual, dibawah pengawasan dokter terlatih, dengan
merujuk pada pedoman nasional.
Proses Rehabilitasi

1 2 3 4

Assessment Detoksifikasi Sosial After Care


Proses Rehabilitasi
Penilaian
Penilaian yang sistematis terhadap tingkat intoksikasi, keparahan-
keparahan putus zat, dosis zat terbesar yang digunakan terakhir, lama
waktu setelah penggunaan zat terakhir, awitan gejala, frekuensi dan lama
penggunaan, efek subjektif dari semua jenis-jenis NAPZA yang
digunakan termasuk jenis-jenis NAPZA lain selain yang menjadi pilihan
utama pasien.
Riwayat medik dan psikiatri umum yang komprehensif
Riwayat gangguan penggunaan NAPZA dan terapi sebelumnya.
Riwayat keluarga dan sosial ekonomi
Pemeriksaan urin untuk jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan
Skrining penyakit infeksi seperti HIV, tuberculosis, hepatitis
Proses Rehabilitasi

Rehabilitasi Sosial
Tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi dimana
pecandu menjalani berbagai program diantaranya program
therapeutic communities (TC), 12 steps (12 langkah), pendekatan
keagamaan, dan lain-lain.
pasien akan didampingi oleh konselor yang membantu residen
(sebutan untuk pecandu atau klien) dari awal masuk sampai
keluar dari rehabilitasi.
Konselor membantu residen dalam memahami dan menyadari
permasalahan yang dihadapi
Durasi Rehabilitasi

Jangka Pendek
•Lama perawatan 1-3 bulan
•Pendekatan yang dapat dilakukan ke arah medis dan psikososial
EVALUASI YANG DILAKUKAN:
Evaluasi masalah penggunaan NAPZA (jenis, jumlah, lama pemakaian, dampak yang
ditimbulkan, keinginan untuk berhenti)
Evaluasi medis termasuk didalamnya riwayat penyakit, kondisi fisik saat ini dan
penyakit- penyakit-penyakit lain yang terkait dengan penggunaan NAPZA
Evaluasi psikologis yang dilakukan melalui wawancara dan tes psikologi
Evaluasi sosial pasien seperti riwayat keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan
sosial
Evaluasi tentang kegiatan agama, penggunaan waktu senggang dan kehidupan pribadi
lainnya
Durasi Rehabilitasi

Jangka Panjang
Rehabilitasi jangka Panjang berlangsung 6-12 bulan
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Therapeutic Community (TC)
yang menggunakan pendekatan perubahan perilaku. Therapeutic
Community (TC) direkomendasikan bagi pasien yang sudah mengalami
masalah penggunaan NAPZA dalam waktu lama dan berulang kali
kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinensia atau bebas
dari NAPZA.
Rehabilitasi jangka Panjang dapat berlangsung hingga 12 bulan dan
berlanjut ke Aftercare. Program yang dilaksanakan diharapkan dapat
membantu pecandu terbebas dari NAPZA selamanya sehingga dapat
Kembali beraktivitas dengan normal
Theurapetic Community
 Therapeutic community (TC) atau Terapi Komunitas adalah bentuk
umum dari rehabilitasi jangka panjang untuk gangguan penggunaan
zat.
 Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke
tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang
produktif. Program TC merupakan program yang disebut Drug Free
Self Help program
 Dalam pelaksanaanya program TC ini memerlukan Konselor.
Konselor yang membantu residen dari masuk hingga keluar
 konselor berperan sebagai motivator bagi residen untuk
menumbuhkan kepercayaan diri residen, sebagai fasilitator
membantu residen dan menyediakan sarana yang dibutuhkan
residen, sebagai educator yaitu memberikan wawasan pengetahuan
kepada residen, dan sebagai mediator bagi residen yaitu sebagai
penengah antara residen dan pihak lain.
Kategori Struktur Utama TC

1. Behaviour management shaping (Pembentukan tingkah laku)


2. Emotional and psychological (Pengendalian emosi dan
psikologi)
3. Intellectual and spiritual (Pengembangan pemikiran/kognitif
dan kerohanian)
4. Vocational and survival (Keterampilan kerja dan sosial serta
bertahan hidup)
Tonggak Utama TC

Family milieu concept (Konsep Kekeluargaan)


•Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas supaya Bersama menjadi bagian dari sebuah
keluarga.

Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)


•Proses dimana kelompok menekan seorang residen dengan menggunakan teknik yang ada dalam
TC.

Therapeutic session (Sesi terapi)


•Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka
membantu proses kepulihan.

Religius session (Sesi agama)


•Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama.

Role modelling (Keteladanan)


•Proses pembelajaran dimana seorang residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah
sukses.
Tahap-Tahap Perubahan
Terdapat 6 tahap yang akan dilalui seseorang untuk
melakukan perubahan :

1.Pre-kontemplasi : tidak ada keinginan untuk berubah.


”saya tidak punya masalah kecanduan NAPZA.
Penggunaanya masih bisa saya kontrol.”

2.Kontemplasi: mempertimbangkan untuk berubah, tapi


belum membuat rencana.
“saya kecanduan...saya harus berhenti menggunakan
NAPZA.”

3. Preparasi : berkomitmen untuk berubah.


“saya akan membuat rencana untuk bisa pantang NAPZA!”
4. Aksi : mulai menerapkan perilaku perubahan.
“saya berhasil mencapai minggu pertama pantang NAPZA.”

5. Pemeliharaan : perubahan perilaku dilakukan secara


konsisten.
“saya sudah berhasil pantang NAPZA selama 3 bulan.
Kadang masih suka teringat tentang NAPZA, tapi saya bisa
tahan.”

Kegagalan untuk melakukan/menjaga perubahan tersebut


akan membuat seseorang jatuh relaps.

6. Relaps : jatuh kembali ke perilaku sebelumnya .


“saya sudah pantang selama 6 bulan, tapi kemarin
kebetulan bertemu lagi dengan teman pemkai dulu dan
akhirnya saya coba NAPZA lagi. ”
HASIL SURVEY BNN & UI

Anda mungkin juga menyukai