Anda di halaman 1dari 64

Gangguan Penggunaan NAPZA

Fokus Pada Upaya Rehabilitasi


dr. Syahrial, Sp.KJ (K)
Konsultan Adiksi Rumah Sakit Jiwa Aceh
Dalam Ilmu Kedokteran Psikiatri, Adiksi meliputi:

• Adiksi terhadap zat (NAPZA); opioid, alkohol, kanabis,


cocain, ATS, NPS, dll.

• Adiksi perilaku; gadget, internet, games, judi, dll.


NAPZA
Bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologis
seseorang (pikiran, perasaan dan perilakunya) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologik.

Merupakan senyawa psikoaktif yang jika disalahgunakan


berpotensi menyebabkan masalah kesehatan dan sosial serta
KETERGANTUNGAN
TUJUAN KONSUMSI NAPZA
FUN

3F
FREE/FORGET

FUNCTION
Ketergantungan NAPZA dianggap sebagai gangguan kronis yang
dapat kambuh (Chronic Relapsing Disease) ditandai:

 usaha mencari NAPZA yang kompulsif, dengan penggunaan terus menerus


meskipun terdapat konsekuensi sosial ekonomi dan kesehatan yang negatif
serta
 hilangnya kemampuan mengendalikan diri karena penggunaan NAPZA.

 CHRONIC BRAIN DISEASE


Kondisi Global terkait NAPZA
● Substance Use Disorders (SUDs) berkontribusi besar terhadap morbiditas dan
mortalitas baik di AS ataupun dunia.

● Kematian akibat overdosis obat-obatan di AS mencapai lebih dari 47.000 kasus


pada tahun 2014 dan sebagian besar melibatkan polysubstance

● Diperkirakan satu dari setiap 10 orang dewasa di AS akan mengalami


gangguan penyalahgunaan zat seperti cannabis , kokain, heroin, halusinogen,
inhalan, opioid resep, obat penenang, stimulan, dan atau obat lain selama
hidupnya.

● SUDs pada orang dewasa di tahun 2001-2002 diperkirakan sebesar 2%-10,3%.


Sedangkan pada tahun 2012-2013 didapatkan 4,1%-15,6%. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa kejadian SUDs mengalami peningkatan sebesar 50%
Kondisi Global terkait NAPZA
● SUDs masih menjadi masalah yang dihadapi beberapa negara di dunia.

● Masalah ini menyebabkan kerugian di Amerika Serikat sebanyak kurang lebih


250 M US $ setiap tahunnya akibat kematian dini, biaya perawatan kesehatan ,
penurunan produktivitas, hilangnya pendapatan, dan kejahatan akibat
penggunaan NAPZA.

● Dari seluruh populasi dunia yang berusia 14-65 tahun:


162 juta hingga 329 juta (3,4-7%) melakukan penyalahgunaan zat pada
tahun 2013.
Sekitar 9% dari seluruh kasus tersebut mengalami kematian dan
kecacatan akibat penggunaan obat-obatan terlarang , alkohol, dan juga
tembakau
PERNAH PAKAI PAKAI 1 TAHUN TERAKHIR 
NO PROVINSI 
ESTIMASI  % ESTIMASI  %

1 Sumatera Utara 1.707.936 7,00%


1.585.94 1 6,50%
2 Sumatera Selatan 359.363 5,50%
 326.694 5,00%
3 DKI Jakarta 195.367 4,90%
132.452 3,30%
4 DI Yogyakarta 29.132 3,60%
 18.082  2,30%
5 Sulawesi Tengah  61.857 3,30%
 52.341  2,80%
6 Aceh 82.415 2,80%
 56.192 1,90%
7 Jawa Timur 1.038.953 2,50%
554.108 1,30%
8 Jawa Tengah 341.392 2,30%
 195.081  1,30%
9 Kalimantan Selatan  79.370 1,80%
57.723 1,30%
10 Kalimantan Utara 5.959 1,70%
4.172 1,20%
Tahap Penggunaan NAPZA
● Coba – coba
● Sosial atau rekreasi
● Situasional
● Penyalahgunaan
● Ketergantungan
Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan NAPZA
Biologi
• Kerentanan genetik (biogenetik)
• Sifat NAPZA yang bisa mempengaruhi reward area di otak

Psikoedukatif
• Pola asuh orang tua yang patologis -> ciri kepribadian dan gangguan
kepribadian tertentu.
• Imitasi dari orang tua yang juga terlibat masalah NAPZA
• Standar Ganda Pola Asuh
• Sikap orang tua yang terlalu permisif
• Orang tua yang belum memahami karakteristik perkembangan mental
remaja
• Gangguan Psikiatri
Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan NAPZA
Sosiokultural
• Disorganisasi lingkungan -> Norma sosial yang mendukung penggunaan
NAPZA.
• NAPZA mudah diperoleh
• Hukum yang mendukung penggunaan NAPZA
• Kondisi Sosial ekonomi yang buruk
• Peer group yang juga konsumsi zat
• Tradisi konsumsi ramuan herbal.
Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan NAPZA
Spiritual
• Nilai-nilai religi hanya sebatas pemahaman (kognitif) belum begitu
menyentuh ranah afektif (penghayatan) dan perilaku/tindakan yang sesuai
tuntunan syariat.
• Gagal paham pada nilai-nilai agama yang dianut , misalnya pada ajaran
agama Islam, seseorang mengambil pemahaman/ kesimpulan sendiri bahwa
larangan khamar yang tertulis dalam Al-Qur’an & Hadist ditujukan hanya
pada Alkohol saja.
NARKOTIKA
● Narkotika : Menurut UU R.I. No. 35/2009 tentang Narkotika: adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Penggolongan Narkotika
Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut :
• Golongan I
- Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Tidak untuk terapi
- Ketergantungan kuat
- Contoh : Heroin, Kokain, Ganja, met-amfetamin, ekstasi, DLL.

• Golongan II
- Pilihan Terakhir untuk terapi
- Ketergantungan kuat tetapi kurang dari gol. I
- Contoh : Morfin, Petidin, Metadon.
Penggolongan Narkotika
• Golongan III
- Sering untuk therapy / pengobatan
- pengembangan ilmu pengetahuan
- Ketergantungan lebih ringan
- contoh : Codein
Psikotropika
● menurut Permenkes No.10/2022, Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Penggolongan Psikotropika
Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
• Golongan I
- Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Tidak untuk terapi
- Ketergantungan kuat
- Contoh : Deskloroketamin, 2-Deskloroketamin, Flubromazolam, Flualprazolam,
dan Klonazolam.

• Golongan II
- Bisa Untuk terapi, tetapi pilihan terakhir
- Ketergantungan tinggi tetapi kurang dari gol I
- Contoh : Amineptina, Metilfenidat, Sekobarbital, Etilfenidat, Etizolam, dan
Diclazepam.
Penggolongan Narkotika
• Golongan III
- Sering untuk terapi
- Ketergantungan sedang
- Contoh : Amobarbital, Butalbital, Flunitrazepam, Glutetimida, Katina,
Pentazosina, Pentobarbital, dan Siklobarbital.

• Golongan IV
- Untuk terapi
- Ketergantungan ringan C
- ontoh : Allobarbital, Alprazolam, Diazepam, Fenobarbital, Ketazolam, dan
lain-lain.
ALKOHOL
● bahan atau zat yang Mempengaruhi psikoaktif tubuh manusia diluar narkotika
dan psikotropika. Diaantaranya yaitu:

Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh


menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan
dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol:
- Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
- Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker ).
Zat Adiktif Lainnya
Inhalan ( senyawa anorganik ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

Nikotin: Pemakaian tembakau atau nikotin masih kontroversi didalam


masyarakat, dimana sebagian menganggap bagian dari napza dan sebagian lagi
tidak. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan.
Penggolongan NAPZA Berdasaerkan Efeknya
1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri.
Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang/anti
cemas ), Hipnotik (obat tidur).
2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya
menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine type stimulantia
(Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah suasana perasaan, pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat
terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ) dan LSD.
Konsekuensi Penggunaan NAPZA
Konsekuensi Penggunaan NAPZA
Diagnosa Ganda Pada Gangguan
Penggunaan Zat (SUDs)
Definisi menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI)
 Suatu kondisi ketika individu mengalami gangguan jiwa dan penggunaan
NAPZA secara bersamaan, memungkinkan individu dengan riwayat
penggunaan NAPZA terlebih dahulu ataupun sebaliknya gangguan jiwa yang
berkembang lebih dulu.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa co-occuring disease


merupakan suatu kondisi individu mengalami penyakit utama dengan
penyertanya, baik masalah dari penggunaan NAPZA maupun gangguan jiwa
dan memungkinkan kondisi riwayat penggunaan NAPZA terlebih dahulu
kemudian gangguan jiwa atau sebaliknya.
Diagnosa Ganda Pada Gangguan Penggunaan Zat
(SUDs)
• SUDs + HIV/AIDS
• SUDs + Hepatitis C
• SUDs + Penyakit Infeksi Lainnya
• SUDs + Behavior Addiction
• SUDs + Gangguan mental (antara lain psikotik)
GANGGUAN PSIKOTIK (Sakit Jiwa)
Gangguan jiwa yg ditandai dengan adanya Reality Testing Ability (RTA) yang
terganggu yaitu ketidakmampuan seseorang untuk membedakan antara
realita dan fantasi misalnya halusinasi, waham, proses pikir yang terganggu,
emosi dan perilaku yang kacau.
Gangguan Penggunaan NAPZA dengan Gejala
Psikotik
• Penggunaan zat adalah komorbid paling sering pada orang-orang dengan gangguan
psikotik.
• Penggunaan zat berpengaruh sangat buruk terhadap orang dengan gangguan psikotik.

• Pada orang yang mengalami gangguan psikotik dengan Gangguan Penggunaan NAPZA/
Substance Use Disorders (SUDs) memiliki pemulihan yang lebih sulit.
• Pada orang dengan masalah tersebut juga memiliki resiko yang tinggi mengalami perjalanan
penyakit yang rumit. Termasuk, kambuhnya gejala psikotik secara berulang, resiko masalah
kesehatan lebih tinggi, meningkatkan resiko disabilitas di masa depan.
Gangguan Penggunaan
NAPZA dengan Gejala Psikotik
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan psikotik dengan SUD memiliki tingkat
perawatan dengan rawat inap di rumah sakit yang lebih tinggi, peningkatan drop out of
treatment, dan cenderung menunjukkan gejala psikotik yang lebih banyak.

• Penelitan oleh Faridi K, dkk menyatakan bahwa orang yang tetap menggunakan kanabis setelah
didiagnosis dengan gangguan psikotik akan lebih mudah untuk kambuh walaupun sedang
dalam terapi obat antipsikotik. Ini menunjunkkan pentingnya mendeteksi adanya SUD pada
pasien dengan gangguan psikotik.

• Pada pasien dengan gangguan psikotik yang mengurangi dan berhenti menggunakan NAPZA
menunjukan perubahan yang baik pada gejala psikotik dan depresi, juga dapat meningkatkan
kemungkinan pasien mendapatkan kehidupan seperti semula.
• Intinya, semakin cepat mengurangi atau berhenti menggunakan NAPZA pada pasien
gangguan psikotik membuat prognosis semakin baik.
Persentase Gangguan
Penggunaan NAPZA dengan
Gejala Psikotik
• Salah satu studi di Amerika mencoba untuk menilai prevalensi dual diagnosis, ditemukan
bahwa 47% dari orang-orang yang mempunyai skizofrenia memiliki gangguan
penyalahgunaan zat pada suatu waktu dalam hidup mereka.

• Pasien dengan gangguan psikotik diikuti dengan gangguan penggunaan zat kemungkinan
meningkat secara signifikan dibandingkan dengan pasien tanpa gejala psikotik.

• Studi lain menyatakan terdapat 187 kelompok pasien pengguna zat dengan sakit mental
kronis yang tinggal di masyarakat. Sekitar 1/3 dari kelompok tersebut menggunakan
alkohol, NAPZA atau keduanya selama 6 bulan sebelum dilakukan evaluasi.
Penatalaksanaan
 Pasien dengan kombinasi gangguan psikiatrik dan SUD membutuhkan
terapi khusus guna mempersiapkan dirinya dalam program pemulihan yang
sesuai dan adekuat. Umumnya tujuan terapi SUD adalah sebagai berikut:

Abstinensia atau penghentian total penggunaan NAPZA.


Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal, namun sebagian besar pasien tidak mampu untuk
mencapai sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal.
 Usaha pasien untuk mempertahankan abstinensia tersebut dapat didukung dengan
meminimalisir efek-efek yang langsung ataupun tidak langsung akibat penggunaan
NAPZA.
Penatalaksanaan
 Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.
Tujuan utamanya adalah mencegah relaps.

● Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah abstinensia, maka
ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah
dibekali keterampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan
kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinen.
● Program pelatihan keterampilan mencegah relaps (relapse prevention
program) dan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy).
Penatalaksanaan
 Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi adaptasi sosial.
Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama.

 Terapi rumatan metadon, syringe exchange program


Merupakan pilihan untuk mencapai tujuan terapi jenis ini.
TERAPI MEDIK
Dua fase :

• Detoksifikasi
• Rumatan (maintenance, pemeliharaan, perawatan)

Kedua bentuk fase terapi ini merupakan suatu proses


berkesinambungan, runut, dan tidak dapat berdiri sendiri.
Rehabilitasi
• Rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan pasien gangguan penggunaan
NAPZA baik dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang dilaksanakan
untuk mengubah perilaku pasien agar siap kembali ke masyarakat

• Tujuan rehabilitasi mencakup:


- Membantu pasien mempertahankan kondisi bebas NAPZA (abstinensia)
- Memulihkan fungsi fisik, psikologis dan social.
- Untuk mengembalikan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan
sosial penderita
Rehabilitasi
Pada Pasal  54 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika disebutkan bahwa Pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan
sosial.

Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial


proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik
membebaskan pecandu dari ketergantungan secara fisik, mental maupun sosial agar bekas
narkotika. Rehabilitasi Medis dilaksanakan di Rumah pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan
Sakit pemerintah maupun swasta yang ditunjuk oleh fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat
Menteri Kesehatan.
Proses Rehabilitasi

1 2 3 4
Assessment Detoksifikasi Sosial After Care
Proses Rehabilitasi
Penilaian
 Penilaian yang sistematis terhadap tingkat intoksikasi, keparahan-keparahan putus zat,
dosis zat terbesar yang digunakan terakhir, lama waktu setelah penggunaan zat terakhir,
awitan gejala, frekuensi dan lama penggunaan, efek subjektif dari semua jenis-jenis
NAPZA yang digunakan termasuk jenis-jenis NAPZA lain selain yang menjadi pilihan
utama pasien.
 Riwayat medik dan psikiatri umum yang komprehensif
 Riwayat gangguan penggunaan NAPZA dan terapi sebelumnya.
 Riwayat keluarga dan sosial ekonomi
 Pemeriksaan urin untuk jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan
 Skrining penyakit infeksi seperti HIV, tuberculosis, hepatitis
Proses Rehabilitasi
Detoksifikasi
Detoksifikasi NAPZA merupakan proses atau tindakan medis untuk membantu residen dalam
mengatasi gejala putus NAPZA. pasien diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental
oleh dokter. Dokter akan memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk
mengurangi gejala putus zat yang pasien alami. Macam-macam detoksifikasi:
 Rawat Inap dan Rawat Jalan
 Cold Turkey, artinya seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan narkoba/zat
adiktif, dengan mengurung pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-
obatan.
 Terapi simptomatis
 Rapid Detoxification, Ultra Rapid Detoxification
 Detoxifikasi dengan menggunakan: Kodein dan ibuprofen, Klontrex, Bufrenorfin, dan
Metadon.
TERAPI MEDIS
TERAPI DETOKSIFIKASI TERAPI RUMATAN

Berdasarkan lamanya proses Terapi rumatan ketergantungan NAPZA


berlangsung, terapi detoksifikasi bertujuan antara lain untuk:
dibagi atas: 1. Mencegah atau mengurangi terjadinya
craving terhadap napza
1. Detoksifikasi jangka panjang (3-4 2. Mencegah relaps (menggunakan zat
minggu) napza kembali).
2. Detoksifikasi jangka sedang (3-5 3. Restrukturisasi kepribadian
hari) 4. Memperbaiki fungsi fisiologi organ
3. Detoksifikasi cepat (6 jam sampai yang telah rusak akibat penggunaan
2 hari) napza
Proses Rehabilitasi
Rehabilitasi Sosial
 Tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi dimana pecandu menjalani berbagai
program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (12 langkah),
pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
 pasien akan didampingi oleh konselor yang membantu residen (sebutan untuk pecandu atau
klien) dari awal masuk sampai keluar dari rehabilitasi.
 Konselor membantu residen dalam memahami dan menyadari permasalahan yang dihadapi
Proses Rehabilitasi
Bina Lanjut (after care)
 After care merupakan layanan pasca rehabilitasi yang bersifat reguler (rawat jalan),
 Pasien dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah
pengawasan yang bersifat intensif (rumah damping).
 Pecandu melanjutkan program TC, 12 langkah dan diberikan kegiatan sesuai dengan minat
dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari.
Durasi Rehabilitasi
Jangka Pendek
• Lama perawatan 1-3 bulan
• Pendekatan yang dapat dilakukan ke arah medis dan psikososial
EVALUASI YANG DILAKUKAN:
 Evaluasi masalah penggunaan NAPZA (jenis, jumlah, lama pemakaian, dampak yang
ditimbulkan, keinginan untuk berhenti)
 Evaluasi medis termasuk didalamnya riwayat penyakit, kondisi fisik saat ini dan
penyakit- penyakit-penyakit lain yang terkait dengan penggunaan NAPZA
 Evaluasi psikologis yang dilakukan melalui wawancara dan tes psikologi
 Evaluasi sosial pasien seperti riwayat keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan
sosial
 Evaluasi tentang kegiatan agama, penggunaan waktu senggang dan kehidupan pribadi
lainnya
Durasi Rehabilitasi
Jangka Panjang
 Rehabilitasi jangka Panjang berlangsung 6-12 bulan
 Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Therapeutic Community (TC) yang menggunakan
pendekatan perubahan perilaku. Therapeutic Community (TC) direkomendasikan bagi
pasien yang sudah mengalami masalah penggunaan NAPZA dalam waktu lama dan
berulang kali kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinensia atau bebas dari
NAPZA.
 Rehabilitasi jangka Panjang dapat berlangsung hingga 12 bulan dan berlanjut ke Aftercare.
Program yang dilaksanakan diharapkan dapat membantu pecandu terbebas dari NAPZA
selamanya sehingga dapat Kembali beraktivitas dengan norma
Theurapetic Community
 Therapeutic community (TC) atau Terapi Komunitas adalah bentuk umum dari rehabilitasi
jangka panjang untuk gangguan penggunaan zat.
 Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan
dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC merupakan program yang
disebut Drug Free Self Help program
 Dalam pelaksanaanya program TC ini memerlukan Konselor. Konselor yang membantu
residen dari masuk hingga keluar
 konselor berperan sebagai motivator bagi residen untuk menumbuhkan kepercayaan diri
residen, sebagai fasilitator membantu residen menyediakan sarana yang dibutuhkan
residen, sebagai educator yaitu memberikan wawasan pengetahuan kepada residen, dan
sebagai mediator bagi residen yaitu sebagai penengah antara residen dan pihak lain.
Kategori Struktur Utama TC
1. Behaviour management shaping (Pembentukan tingkah laku)
2. Emotional and psychological (Pengendalian emosi dan psikologi)
3. Intellectual and spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)
4. Vocational and survival (Keterampilan kerja dan sosial serta bertahan hidup)
Tonggak Utama TC
Family milieu concept (Konsep Kekeluargaan)
• Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas supaya Bersama menjadi bagian
dari sebuah keluarga.
Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)
• Proses dimana kelompok menekan seorang residen dengan menggunakan teknik yang ada
dalam TC.
Therapeutic session (Sesi terapi)
• Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam
rangka membantu proses kepulihan.
Religius session (Sesi agama)
• Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama.
Role modelling (Keteladanan)
• Proses pembelajaran dimana seorang residen belajar dan mengajar mengikuti mereka
yang sudah sukses.
Fase Theurapetic Community
Entry (Orientation Phase)
 Perkiraan waktu entry mulai dari 2 sampai 4 minggu.
 Tahap awal berupa orientasi terhadap aturan, norma, ritual dan tugas di TC dan pengenalan
terhadap komunitas dan staf pegawai.
 Kegiatan yang dilakukan berupa pekerjaan sederhana dan mudah sehingga tidak perlu
mengambil keputusan penting, tetapi perlu pengawasan tingkat tinggi.
Fase Theurapetic Community
Core Treatment Phase
 Perkiraan waktunya antara 3 – 6 bulan
 Pada fase ini residen belajar untuk mengidentifikasi isu-isu klinis atau pengobatan
misalnya psikologis, sosial atau keluarga, kesehatan, pendidikan, pelatihan, dll.
 Pengelolaan emosi dan belajar ekspresi perasaan yang tepat dalam kelompok dan bentuk
lain dari konseling.
 Praktek dalam mengartikulasikan dan mengungkapkan masalah kritis kehidupan atau
masalah pribadi yang belum terselesaikan dalam sesi kelompok atau sesi pribadi.
Fase Theurapetic Community
Pre-Reentry Phase
 Perkiraan waktunya adalah 2-3 bulan.
 Pada tahap ini, residen fokus terhadap pengejaran karier, pendidikan dan kegiatan
produktif lainnya yang meningkatkan kemandirian, sebagai wujud resosialisasi secara
bertahap untuk persiapan kegiatan di luar TC.
 Proses Internalisasi yang baru untuk memperoleh norma, nilai-nilai pribadi dan gaya hidup
bebas narkoba. Keberhasilan dari proses ini perlu melibatkan peran manajerial dan
pengawasan.
Fase Theurapetic Community
Re-Entry Phase
 Perkiraan waktunya adalah 2-6 bulan
 Dalam usaha pengembalian diri ke masyarakat di luar kehidupan komunitas, residen perlu
belajar untuk menangani masalah jika terjadi kekambuhan dan menemukan gaya hidup
yang stabil.
 Oleh karena itu perlu dukungan dari keluarga, teman, komunitas, dll. Melatih kemampuan
dengan gaya hidup baru seperti mengelola uang, manajemen waktu, manajemen stress
Fase Theurapetic Community
After Care Phase
 Perkiraan waktunya adalah 6-12 bulan
 Residen melakukan kunjungan ke komunitas TC untuk berhubungan kembali dengan
komunitas atau memberi waktu pribadi sebagai pembicara atau fasilitator dari kelompok-
kelompok khusus dalam upaya mempertahankan gaya hidup bebas dari narkoba
Intervensi Psikososial
Brief Intervention
Untuk berbagai kondisi yang melibatkan waktu tenaga profesional yang terbatas untuk
mencoba merubah penggunaan NAPZA atau setidaknya mengajak residenberpikir ulang
mengenai pola penggunaan NAPZA-nya. Waktu yang dibutuhkan untuk intervensi singkat
biasanya antara 5 menit sampai 2 jam.

Konseling Dasar
Proses pertolongan dimana seseorang konselor adiksi,memberikan waktu, perhatian dan
keahliannya membantu pasien untuk mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan
pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan mereka
Intervensi Psikososial
Motivational Intervention
MI berfokus pada individu untuk membantu mengeksplorasi dan mengatasi ambivalensi
dalam mengubah perilaku. Tujuannya untuk mengidentifikasi dan meningkatkan motivasi
klien tentang perubahan yang konsisten pada diri klien. Fungsi dari Teknik ini adalah
meningkatkan otonomi klien dan rasa tanggung jawab klien untuk mengambil keputusan
klien.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)


pendekatan untuk mengarahkan residen agar dapat mengenali situasi berisiko terhadap relaps
kemudian menghindari situasi tersebut dan melakukan adaptasi perilaku yang efektif
berkenaan dengan masalah dan perilaku yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat
Intervensi Psikososial
Relapse Prevention
 program kendali diri yang didesain untuk mengedukasi seseorang yang berusaha
mengubah perilakunya dan mengatasi problem relaps.
 bertujuan mendidik seseorang bagaimana mencapai lifestyle yang seimbang dan mencegah
pola kebiasaan yang tidak sehat.
 residen dibimbing untuk mengenali High Risk Situation atau situasi tertentu yang dapat
menjadi ancaman terhadap kendali diri pasien dan dapat menigkatkan risiko relaps.
12 Steps Method
Teks 12 Langkah dari Program Pemulihan
1. Kita mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap adiksi kita, sehingga hidup kita menjadi
tidak terkendali.
2. Kita menjadi yakin bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kita sendiri yang dapat
mengembalikan kita kepada kewarasan
3. Kita membuat keputusan menyerahkan kemauan dan arah kehidupan kita kepada kasih
Tuhan sebagaimana kita memahamiNya
4. Kita membuat inventaris moral diri kita sendiri secara penuh, memyeluruh dan tanpa rasa
gentar
5. Kita mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri dan kepada seorang manusia
lainnya, setepat mungkin sifat dari kesalahan-kesalahan kita
6. Kita siap sepenuhnya agar Tuhan menyingkirkan semua kecacatan karakter kita.
12 Steps Method
7. Kita dengan rendah hati memohon padaNya untuk menyingkirkan semua kekurangan-
kekurangan kita
8. Kita membuat daftar orang-orang yang telah kita sakiti dan menyiapkan diri untuk
meminta maaf kepada merka semua
9. Kita menebus kesalahan kita secara langsung kepada orang-orang tersebut bilamana
memungkinkan kecuali bila melakukannya akan justru melukai mereka atau orang lain
10. Kita secara terus menerus melakukan inventarisasi pribadi kita dan bilaman kita bersalah
segera mengakui kesalahan kita
11. Kita melakukan pencarian melalui doa dan meditasi untuk memperbaiki kontak sadar kita
dengan Tuhan sebagaimana kita memahamiNya, berdoa hanya untuk mengetahui
kehendaknya atas diri kita dan kekuatan untuk melaksanakannya
12. Setelah mengalami pencerahan spiritual sebagai hasil dari langkah-langkah ini kita
mencoba menyampaikan pesan ini kepada para pecandu dan untuk menerapkan prinsip-
prinsip ini dalam segala hal yang kita lakukan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai