Anda di halaman 1dari 40

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DI BIDANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN


PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) PADA
BNN PROVINSI BANTEN
TAHUN 2011-2015

PROVINSI BANTEN

Menuju “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015”:


Menjadikan bangsa Indonesia imun,
penyalahguna narkoba semakin pulih dan tidak kambuh,
dan lebih aman dari peredaran gelap narkoba. 1
LATAR BELAKANG

DRUG
FREE
WORL
D

1998 DRUG FREE ASEAN 2020


AMM KE - 31

2000
DRUG FREE ASEAN 2015
AMM KE - 33

DRUG FREE INDONESIA 2015

KEBIJAKAN & STRATEGI NAS INPRES 12 TAHUN


UU NO 35/2009 2011
DI BIDANG P4GN 2011 - 2015
2
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
INTERNASIONAL

PEREDARAN GELAP HEROIN

93 %
TANAMAN POPPY DUNIA

3
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
INTERNASIONAL

PEREDARAN GELAP KOKAIN

GOLDEN PEACOCK
SUMBER KOKAIN

4
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
INTERNASIONAL

PEREDARAN GELAP GANJA

Tahun 2009
AFGANISTAN
Produksi Ganja
1.500 – 3.500 mt
(10.000 – 24.000 ha)

Penanaman
Ganja
Indoor

5
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
REGIONAL

PENGUNGKAPAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

JAPAN Penanaman
Ganja
Indoor

Penangkapan
WN Iran
Kloning
Tanaman
Ganja

Penggunaan
Kurir Wanita
6
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL

PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA


- 2004 : 1,5% penduduk Indonesia
- 2008 : 1,99% penduduk Indonesia
- 2010 : diproyeksikan naik menjadi 2,21% penduduk Indonesia
- 2015 : naik menjadi 2,8% penduduk Indonesia (setara dengan 5,1 – 5,6 juta jiwa).

JENIS PREVALENSI PERKIRAAN TENGAH


Ganja 0,71 % 3.640.105
Shabu 0,38 % 1.948.225
Ekstasi 0,30 % 1.538.072
Heroin 0,18 % 922.843
Hashish 0,01 % 51.269
Kokain 0,01 % 51.269

7
8
NARKOTIKA

SAY NO TO DRUGS !!!


• Arti
– Narkotika, adalah zat/obat dari tanaman, bukan tanaman, sintetis & semi sintetis yg
dpt menyebabkan penurunan & perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
rasa nyeri & dapat menimbulkan ketergantungan (psl 1 UU NO. 35/2009)
• Asal :
– Bulan sabit emas (Afghanistan, Pakistan, Iran)  Opium
– Segitiga Emas (Thailand, Myanmar, Laos)  Candu
– Segitiga Amerika Latin (Colombia, Peru, Bolivia)  Kokain
– Aceh (Indonesia), Maroko, MeksikoGanja
– Ghuang Zhou (China)  Shabu
– Tangerang Indonesia  Ekstasi (MDMA)
• Akibat :
– Membius & menurunkan kesadaran
– Mengakibatkan daya khayal / halusinasi (ganja)
– Menimbulkan daya rangsang (kokain)
– Menimbulkan ketenangan (morphine, heroin)
– Menimbulkan Ketergantungan
• Pemakaian
– Dihirup (Kokain)
– Dirokok (Ganja/Mariyuana)
– Disuntikan (Heroin/Putaw)

SAY NO TO DRUGS !!! 9


PSIKOTROPIKA
• Arti
– Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pd susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pd aktivitas mental & perilaku (psl 1 UU no.5/1997)
• Asal :
- Belanda, Cekoslovakia, AustraliaMethamphet.
• Akibat :
– Menimbulkan ketenangan (depresiva) Benzodiazepin, pil BK, pil Koplo, Sedatin,
dll
– Menimbulkan daya khayal (halusinasi)LSD, PCP, Mescaline, dll

SAY NO TO DRUGS !!!


10
BAHAN ADIKTIF
• Arti
– Zat Adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan psikis (psl 1 UU no.23/1992 ttg Kesehatan)
– Bahan Adiktif adalah arti yg lebih luas dari zat adiktif termasuk bhn

SAY NO TO DRUGS !!!


baku pembuat narkoba yakni prekursor (psl 101 UU no. 22/1997 ttg
Narkotika)

• Contoh
– Alkohol Miras (Brandy, Vodca, Wine, Wisky, Cognac, dll)
– Pelarut (Solvent) Lem Aibon, Thinerbau Khas & menguap
– Bhn Adiktif Ringan : Nikotin (rokok), Kafein (kopi, teh, coklat, dll)

• Akibat :
– Menimbulkan Alkoholisme (stimulasi, halusinasi, paranoid, dll)
– Kehilangan kendali, kesadaran, pelupa, depresi (utk solvent)

11
Penggolongan narkoba
• A. Narkotika
Narkotika gol.I :berpotensi sangat
tinggi menyebabkan ketergantungan,
tidak diguanakan untuk terapi. Contoh:
heroin,kokain, ganja dan putauw

12
• Narkotika Gol.II : berpotensi tinngi
menyebabkan ketergantungan,
digunakan pada terapi sebagai pilihan
terakhir. Contoh: morfin, petidin,
metadon.

13
• Narkotika Gol.III : berpotensi ringan
menyebabkan ketergantungan dan
banyak digunakan pada terapi. Contoh:
Kodein

14
• B. Psikotropika
Psikotropika Gol.I : amat kuat
menyebabkan ketergantungan dan tidak
digunakan dalam terapi. Contoh: ekstasi,
lsd, stp

15
• Psikotropika Gol.II : kuat menyebabkan
ketergantungan, digunakan amat
terbatas pada terapi. Contoh:
amvetamin, metamvitamin (shabu),
fensiklidin dan ritalin

16
• Psikotropika Gol.III : potensi sedang
menyebabkan ketergantungan, banyak
dipergunakan dalam terapi. Contoh:
pentobarbital dan flunitrazepam
• Psikotropika Gol IV: potensi ringan
menyebabkan ketergantungan dan
sangat luas digunakan dalam terapi.
Contoh: diazepam, fenobarbital, pil
nipam, koplo dll.

17
• C. Bahan Akditif Lainnya yang sering
disalahgunakan adalah :
1. Alkohol (pada jenis minuman keras)
2. Inhalansia/solven :gas atau zat yang
mudah menguap
3. Nikotin yang terdapat pada tembakau
4. Caffein pada kopi, minuman penambah
energi dan obat sakit kepala tertentu

18
BEBERAPA EFEK NARKOBA BAGI KESEHATAN FISIK

OTAK NARKOBA

19
BEBERAPA EFEK NARKOBA BAGI KESEHATAN FISIK

Source: NIDA (www.projectcork.org)


20
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

VISI Bersama Mewujudkan “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015”.

Melakukan pencegahan dan pemberantasan


MISI penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara
komprehensif dan sinergis.

TUJUAN Terwujudnya “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015”.

Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun; Menurunnya


angka prevalensi penyalahguna narkoba di bawah 2,8 %
SASARAN dari jumlah penduduk Indonesia; dan Meningkatnya
pengungkapan jaringan peredaran gelap narkoba pada
akhir Tahun 2015”.
21
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012

BIDANG PENCEGAHAN

MENJADIKAN SISWA/PELAJAR SLTA DAN MAHASISWA


memiliki pola pikir, sikap, dan trampil menolak Penyalahguna dan peredaran gelap
narkoba (PPGN), ditempuh melalui :

1. Memberikan penyuluhan dan penerangan bagi :


yang rentan dan beresiko tinggi dari Penyalahguna dan peredaran gelap
narkoba (PPGN).

2. Membentuk dan meningkatkan ketrampilan kader anti narkoba bagi :


lingkungan yang rentan dan beresiko tinggi dari Penyalahguna dan peredaran
gelap narkoba (PPGN).

22
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012
BIDANG PENCEGAHAN
MENJADIKAN PARA PEKERJA
memiliki pola pikir, sikap, dan trampil menolak Penyalahguna dan peredaran
gelap narkoba (PPGN) :

1. Memberikan penyuluhan dan penerangan bagi pekerja


perusahaan/swasta
yang rentan dan beresiko tinggi dari Penyalahguna dan peredaran gelap
narkoba (PPGN).

2. Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada pegawai negeri


yang rentan dan beresiko tinggi dari Penyalahguna dan peredaran gelap
narkoba (PPGN).

3. Membentuk dan meningkatkan ketrampilan kader anti narkoba di


instansi swasta atau pemerintah
yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari Penyalahguna dan
23
peredaran gelap narkoba (PPGN).
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012

BIDANG REHABILITASI

Mengintensifkan pelaksanaan wajib lapor pecandu :

1. Melakukan pendataan wajib lapor secara terpadu

2. Membangun kapasitas institusi penerima wajib lapor terdepan.


(Penetapan Institusi Wajib Lapor)

24
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012

BIDANG REHABILITASI

Memberikan pelayanan rehabilitasi kepada penyalahguna :


1. Melakukan pendataan kondisi lembaga rehabilitasi instansi
pemerintah dan komponen masyarakat.
2. Memberikan pelayanan rehabilitasi penyalahguna.
3. Meningkatkan penguatan lembaga rehabilitasi terutama
lembaga yang hendak berhenti beroperasi.
4. Melakukan penataan kembali lembaga rehabilitasi sesuai status
penyalahguna :
- suka rela mengikuti program wajib lapor
- tersangka/terdakwa,atau
- terpidana.
25
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012

BIDANG PEMBERANTASAN

Melakukan pengawasan yang ketat terhadap bahan kimia prekursor dan penegakan
hukum terhadap jaringan yang melakukan penyimpangan :

1. Meningkatkan koordinasi instansi pengawas bahan kimia prekursor.

2. Melakukan penegakan hukum yang tegas dan keras terhadap penyimpangan


bahan kimia prekursor.

26
RENCANA AKSI BNNP PROP.BANTEN 2012

BIDANG PEMBERANTASAN

Melakukan pengungkapan pabrikan gelap / laboratorium rumahan dan jaringan


sindikat yang terlibat :

1. Meningkatkan koordinasi pengembangan jaringan hingga terungkap


produsen.

2. Mengungkap Laboratorium gelap narkoba.

3. Melakukan penegakan hukum yang tegas dan keras terhadap jaringan


sindikat produsen narkoba.

27
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG
PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN
DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
TAHUN 2011-2015

28
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Untuk lebih memfokuskan pencapaian “Indonesia Negeri Bebas Narkoba”, diperlukan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) sebagai bentuk komitmen bersama seluruh
komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia, dengan ini menginstruksikan :

Kepada : 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II;


2. Sekretaris Kabinet;
3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Jaksa Agung;
5. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
6. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;
7. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
8. Para Gubernur; dan
9. Para Bupati/Walikota.
Untuk:
PERTAMA: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi,
dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan
Jakstranas P4GN 2011 - 2015, yang meliputi bidang :
1. Pencegahan;
2. Pemberdayaan Masyarakat;
3. Rehabilitasi; dan
29
4. Pemberantasan.
KEDUA : Dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 -
2015 sebagai dimaksud dalam Diktum PERTAMA :
1. Bidang Pencegahan, memfokuskan pada :
a. Upaya menjadikan siswa/pelajar pendidikan menengah
dan mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil
menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;
b. Upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap,
dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba.
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, memfokuskan pada :
a. Upaya menciptakan lingkungan pendidikan menengah dan
kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi, dan Heroin;
b. Upaya menciptakan lingkungan kerja bebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama
ganja, shabu, ekstasi, dan Heroin;
c. Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat di
daerah-daerah yang secara sosiologis dan ekonomis
melakukan penanaman ganja.

30
3. Bidang Rehabilitasi, memfokuskan pada :
a. Upaya mengintensifkan Wajib Lapor Pecandu Narkotika;
b. Upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial kepada penyalahguna, korban
penyalahgunaan, dan pecandu narkoba;
c. Upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara prioritas berdasarkan
kerawanan daerah penyalahgunaan narkoba;
d. Upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna,
korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba.
4. Bidang Pemberantasan, memfokuskan pada :
a. Upaya pengawasan ketat terhadap impor, produksi,
distribusi, penggunaan (end user), ekspor, dan re-ekspor
bahan kimia prekusor dan penegakan hukum terhadap
jaringan tersangka yang melakukan penyimpangan;
b. Upaya pengungkapan pabrikan gelap narkoba dan/atau
laboratorium rumahan dan jaringan sindikat yang terlibat;
c. Upaya pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang
berkaitan dengan tindak pidana narkotika secara tegas dan
keras sesuai peraturan perundang-undangan;
d. Upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan
peradilan jaringan sindikat narkoba baik dalam maupun
luar negeri secara sinergi; 31
e. Upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat
penegak hukum dan aparat pemerintah lainnya yang
terlibat jaringan sindikat narkoba;
f. Upaya peningkatan kerjasama antar penegak hukum untuk
menghindari kesenjangan di lapangan;
g. Upaya kerjasama dengan aparat penegak hukum tingkat
internasional.
KETIGA : Para Menteri dan Kepala Lembaga bertindak sebagai penanggung
jawab di lingkungan kerja masing-masing terhadap pencapaian
target sesuai Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Tahun 2011-2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi
Presiden ini.
KEEMPAT : Para Gubernur :
1. Dalam waktu 3 (tiga) bulan, menyusun dan melaksanakan
Rencana Aksi 2011 – 2015 di tingkat Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA;
2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Kepala
Badan Narkotika Nasional.

32
KELIMA : Para Bupati/Walikota :
1. Dalam waktu 3 (tiga) bulan, menyusun dan melaksanakan
Rencana Aksi 2011 – 2015 di tingkat Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA;
2. Melaporkan secara berkala kepada Presiden melalui Kepala
Badan Narkotika Nasional.
KEENAM: Kepala Badan Narkotika Nasional melakukan pemantauan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun
2011- 2015 dan mengkompilasi laporan untuk disampaikan
kepada Presiden.

KETUJUH : Melaksanakan Instruksi Persiden ini dengan sungguh-sungguh


dan penuh tanggung jawab.
Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG 33


YUDHOYONO
MELINDUNGI DIRI DARI NARKOBA

1. IMAN DAN TAKWA KEPADA TUHAN YME


2. MENEMUKAN KEPUASAN HIDUP
3. MENJALIN HUBUNGAN YANG SEHAT
4. MENETAPKAN TUJUAN DALAM HIDUP
5. BERANI MENGHADAPI TANTANGAN
6. YAKIN AKAN KEMAMPUAN DIRI DLM MENGHADAPI MASALAH
7. TIDAK MEMBANDINGKAN DIRI SENDIRI DENGAN ORANG LAIN
8. MENERIMA KEKURANGAN DAN KELEBIHAN DIRI
9. BERSEDIA INTROSPEKSI DIRI
10. MENGHINDARI TEMPAT-TEMPAT RAWAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

34
TUJUAN PP 25 TAHUN 2011

PROVINSI BANTEN

1. Memenuhi hak Pecandu Narkotika dalam mendapatkan pengobatan


dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
2. Mengikutsertakan orang tua, wali, keluarga, dan masyarakat dalam
meningkatkan tanggungjawab terhadap Pecandu Narkotika yang ada
di bawah pengawasan dan bimbingannya; dan
3. Memberikan bahan informasi bagi pemerintah dalam menetapkan
kebijakan di bidang P4GN.

35
ALUR WAJIB LAPOR

PROVINSI BANTEN
PENCANDU/WALI INSTITUSI PENERIMA

ASESMEN
•WAWANCARA
•OBSERVASI
•PEMERIKSAAN FISIK & PSIKIS

PENCATATAN

KARTU LAPOR PENGOBATAN

36
REHABILITASI

PIHAK YANG WAJIB MENJALANI REHABILITASI : PROVINSI BANTEN

1. PENCANDU YANG SUDAH MELAKSANAKAN WAJIB LAPOR


2. PENCANDU YANG DIPERINTAHKAN BERDASAR :
• PUTUSAN PENGADILAN JIKA TERBUKTI MELAKUKAN TINDAK PIDANA
NARKOTIKA
• PENETAPAN PENGADILAN JIKA PENCANDU NARKOTIKA TIDAK
TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

PELAKSANAAN REHABILITASI :

PROSES REHABILITASI DILAKUKAN SESUAI DENGAN STANDAR DAN


PEDOMAN PENATALAKSANAAN REHABILITASI YANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN ATAS KUALITAS LAYANANNYA DILAKUKAN OLEH
KEMENTRIAN KESEHATAN DAN KEMENTRIAN SOSIAL BERSAMA-SAMA
DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

37
INSTITUSI WAJIB LAPOR

PROVINSI BANTEN

Banten RSUD Tangerang;


RSUD Serang
Puskesmas Cibodasari
Puskesmas Jalan Emas
Puskesmas Cipondoh
Puskesmas Ciputat

38
PANDANGAN AGAMA ISLAM TTG NARKOBA
Narkotika, psikotropika dan Zat2 adiktif boleh dipakai oleh para Dokter dlm kepentingan Medis, karena tdk
akan menimbulkan kemudaratan bagi pasien bahkan memberikan kesembuhan. Pada akhir2 ini
penyalahgunaan narkoba sudah demikian luas dlm masyarakat, baik oleh remaja, orang tua, eksekutif, artis,
bahkan oleh pejabat, sedangkan agama Islam mengharamkannya, sebagaimana Firman Allah Surat Al-
Magidah ayat 90-91.

39
“INDONESIA BEBAS NARKOBA TAHUN
2015”

“BERSAMA, KITA WUJUDKAN”


40

Anda mungkin juga menyukai