Anda di halaman 1dari 28

Psikologi Faal 09

Indera Penglihatan I

Johan Harlan
Pusat Studi Informatika Kedokteran
Universitas Gunadarma
Mata dan bagian-bagiannya
Anatomi Mata
Terdiri atas:
 Lapisan penunjang
 Lapisan vaskular
 Lapisan retina
 Rongga bola mata
Lapisan penunjang
Sklera (sclera):
 Lapisan terluar yang keras
 Terdiri atas jaringan ikat yang opaq
 Bagian mata yang ‘putih’
Kornea (cornea):
 Modifikasi sklera di bagian anterior
 Bersifat transparan (tembus cahaya)
Lapisan vaskular
 Koroidea (choroid)
 Merupakan membran tipis pembuluh darah
 Berada antara sklera dan retina
 Korpus siliaris (ciliary body)
 Bagian anterior koroidea yang menebal
 Otot siliaris membantu mengatur fokus lensa
 Menghasilkan cairan akueus dan beberapa
elemen cairan vitreus
Bagian anterior mata
Lapisan vaskular (lanj’n)
 Lensa (lensa kristalina; crystalline lens)
 Berada di belakang kornea
 Bersifat transparan
 Mampu berakomodasi sesuai kebutuhan
 Iris
 Merupakan diafragma (lapisan otot tipis) di depan
lensa
 Mengandung pigmen
 Bersifat opaq
 Pupil
 Bagian lensa terlihat dari depan
 Terbuka ke depan untuk dimasuki cahaya
Lapisan retina
Retina
 Melapisi 2/3 posterior koroidea
 Di sebelah dalamnya terdiri atas lapisan saraf dan
lapisan pigmen
 Menerima gelombang cahaya yang terfokus dan
mentransduksinya menjadi impuls saraf
Fovea (fovea sentralis)
 Lekukan di bagian tengah retina
 Hanya mengandung sel kerucut
 Merupakan area penting bagi penglihatan warna
Rongga bola mata
Kamar akueus (aqueous chamber), terdiri
atas:
 Kamar depan (anterior chamber)
 Berada di antara kornea dan iris
 Berisi cairan akueus (aqeous humor)-cairan jernih
yang dihasilkan korpus siliaris
 Kamar belakang (posterior chamber)
 Berada di antara iris dan lensa
 Berisi cairan akueus
Rongga bola mata (lanj’n)

Kamar vitreus (vitreous chamber)


 Membentuk rongga terbesar di belakang lensa
 Berisi cairan vitreus (vitreous humor)-materi
seperti agar
Retina
 Terdiri atas 10 lamina (lapisan sel)
 Jenis sel:
Reseptor visual: sel kerucut dan batang
Neuron: sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal,
dan sel amakrin
Sel glia: sel Müller
 Sel kerucut dan batang bersinapsis dengan sel
bipolar; sel bipolar bersinapsis dengan sel
ganglion
Retina dan
reseptor
visual
Reseptor visual
Retina (lanj’n)
 Akson sel-sel ganglion bergabung meninggalkan
mata sebagai Nervus Optikus (Saraf Otak II)
 Sel horizontal menghubungkan sel reseptor satu
dengan yang lain pada lamina pleksiformis
eksterna
 Sel amakrin menghubungkan sel ganglion satu
dengan yang lain pada lamina pleksiformis
interna
Retina (lanj’n)
 Segera setelah Nervus Optikus keluar dari
mata, pembuluh darah retina akan bergabung
 Pertemuannya tampak sebagai diskus optikus
(optic disc) pada pemeriksaan opthalmoskopi
 Area diskus optikus dinamakan bintik buta
(blind spot) karena tidak memiliki reseptor
visual
Opthalmoskopi
• Opthalmoskopi (funduskopi) adalah
pemeriksaan untuk melihat bagian dalam
belakang mata (fundus) dan struktur lainnya
dengan menggunakan alat opthalmoskop
Opthalmoscopi
Mekanisme pembentukan bayangan:
Prinsip Optika

 Lintasan dari satu medium ke medium lain


yang berbeda kepadatan optisnya akan
mengalami pembiasan (refraksi)
 Berkas cahaya sejajar yang datang pada lensa
bikonveks akan dibiaskan ke titik fokus di
belakang lensa
Mekanisme pembentukan bayangan:
Prinsip Optika (lanj’n)
 Berkas cahaya yang datang dari objek berjarak
6 m atau lebih dianggap sejajar
 Jarak antara lensa dengan titik fokus
dinamakan jarak fokus
 Jarak antara lensa dengan titik fokus
dinamakan jarak fokus
 Semakin cembung lensa, semakin pendek
jarak fokusnya
Mekanisme pembentukan bayangan:
Prinsip Optika (lanj’n)
 Daya refraktif lensa diukur dalam dioptri
P = 1 / f (f: jarak fokus dalam meter)
Mekanisme pembentukan
bayangan: Prinsip Optika
Akomodasi
 Lensa mata normal (emmetrop): Apabila
muskulus siliaris dalam keadaan relaksasi,
berkas cahaya sejajar yang datang akan
difokuskan pada retina
 Objek yang jaraknya kurang daripada 6 meter
menghasilkan berkas cahaya divergen
(menyebar) → bayangannya difokuskan di
belakang retina → membentuk gambaran
kabur.
Akomodasi (lanj’n)
 Agar bayangan jatuh tepat pada retina, otot
siliaris berkontraksi → lensa menjadi cembung
→ bayangan jatuh tepat pada retina
 Proses penyesuaian kecembungan lensa mata
agar bayangan objek yang dilihat jatuh tepat
pada retina dinamakan akomodasi
Akomodasi (lanj’n)
 Mata memiliki batas maksimum untuk daya
akomodasinya.
 Jarak terdekat dengan mata yang masih dapat
menghasilkan bayangan objeknya jatuh tepat
pada retina dinamakan titik dekat
penglihatan
Presbiopia
 Daya kemampuan akomodasi menurun pada
usia lanjut → menyebabkan mata presbiop
(titik dekat menjauh dari mata)
 Presbiopia harus dikoreksi dengan lensa
positif (cembung) agar objek yang dekat mata
menghasilkan berkas cahaya yang kurang
menyebar
Myopia
 Myopia disebabkan oleh lensa mata yang
terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang → berkas cahaya sejajar difokuskan di
depan retina
 Dikoreksi dengan lensa negatif (cekung) agar
berkas cahaya sejajar difokuskan tepat pada
retina
Hipermetropia
 Hipermetrop disebabkan oleh lensa mata yang
terlalu pipih atau bola mata terlalu pendek →
berkas cahaya sejajar difokuskan di belakang
retina
 Dapat dikoreksi sendiri dengan kontraksi otot
siliaris, namun kontraksi otot mata yang
berkepanjangan melelahkan mata dan dapat
menyebabkan sakit kepala
 Dikoreksi dengan lensa positif (cembung)
Astigmatisma
 Astigmatisma disebabkan oleh kelengkungan
lensa yang tidak seragam
 Bagian lensa dengan kelengkungan yang
berbeda akan membiaskan cahaya ke fokus
yang berlainan → membentuk bayangan yang
kabur pada segmen tertentu
 Diperbaiki dengan lensa silendris

Anda mungkin juga menyukai