Anda di halaman 1dari 14

ADAB BERJALAN

Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA melihat


seorang pemuda berjalan seperti orang sakit.
Lalu, Umar pun bertanya kepada pria itu,
"Apakah engkau sedang sakit?" Pemuda itu
menjawab, "Tidak." Mendengar jawaban itu,
Umar mengangkat cambuknya dan memukul
pemuda itu. Ia lalu memerintahkan anak
muda itu untuk

berjalan dengan tegap.


Dari Anas bin Malik dikisahkan:
"Sesungguhnya Rasulullah SAW

berjalan dengan tegar


(tegap)."
(HR Muslim).
Adab berjalan
(Sumber Rujukan Syekh Abdul Azis bin Fathi as-
Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'tul Aadaab
al Islamiyah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia Ensiklopedi Adab Islam Menurut
Alquran dan Sunah)
Pertama, niat yang benar.
Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik itu
sebagai ibadah dengan mengharapkan ridha
dari Allah SWT.
Kedua, tak berjalan untuk
suatu yang haram.
Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi kesaksian
berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah
menghindar dari berjalan untuk sesuatu yang
dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah
kita menuju sesuatu yang diharamkan akan
berbuah dosa.
Ketiga, bersikap tawadhu
dan tidak sombong.
Surah Al Israa ayat 37: "Dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi ini dengan sombong…”

surah Lukman ayat 18: “Dan janganlah kamu berjalan di


muka bumi de ngan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.“
Keempat, berjalan normal.
Ibnu Katsir menjelaskan, “berjalan normal
adalah berjalan secara biasa. Tidak terlalu
cepat dan tak terlalu lambat. Pertengahan di
antara ke duanya.”
Kelima, tak menoleh ke belakang.
Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Nabi
Muhammad SAW apabila berjalan tidak
menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang
saat berjalan dapat membuat seseorang
bertabrakan, tergelincir serta bisa juga
dicurigai oleh orang yang melihatnya.
Keenam, tak berpura-pura lemah
atau berpura-pura sakit ketika berjalan karena
dapat mengundang kemarahan Allah SWT.
• Ketujuh, berjalan dengan kuat.
Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap
seperti yang dicontohkan Nabi SAW.

"Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT,


dibandingkan mukmin yang lemah,“
• Kedelapan, menghindari cara
berjalan yang tercela.
Contoh berjalan yang tercela itu antara lain;
berjalan dengan sombong dan takabur,
berjalan dengan gelisah dan gemetaran;
berjalan dengan loyo seperti orang sakit;
berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-
buru dan terlalu cepat.
Kesembilan, tidak berjalan dengan
satu sandal.
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah
seorang dari kalian memakai sandal, maka
hendaknya memulai dari yang kanan. Apabila
ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri.
Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah
kedua-duanya."
Kesepuluh, bertelanjang kaki
sesekali waktu.
Bertelanjang kaki termasuk tanda tawadhu di
hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadis
disebutkan, "Nabi SAW memerintahkan kami agar
kadang kala bertelanjang kaki." (HR Ahmad, Abu
Dawud dan an-Nasa'i). Menurut Syekh Sayyid
Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik,
syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta
sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki

Anda mungkin juga menyukai