Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SYAJA’AH DAN TOKOH SYAJA’AH

Nama Kelompok :
 Lintang Nurcahyo
 Shintya Nariswari
 Nandila Millati
Pengertian Syaja’ah
secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah al-jubn yang berarti pengecut.
Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu
mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka
membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan
seorang muslim kepada kehinaan.

Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat
bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian
dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain
itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap
mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Macam-Macam Syaja'ah
1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan
tempur di waktu perang.

2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan
kebenaran.

Contoh Perbuatan Syaja’ah


Sebenarnya ada banyak sekali contoh syaja’ah yang bisa kita lihat secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Tapi kebanyakan orang tidak tahu akan hal yang dilakukan tersebut. Berikut ini contohnya:

1. Contoh yang pertama ini kami ambil dari ruang lingkup pendidikan atau disekolah yaitu
“membela teman saat terkena bully, walaupun harus mendapatan resiko dibully juga”.
2. Contoh beriktnya dari kami ambil dari lingkungan yaitu “berkata jujur walaupun dikecam oleh
orang-orang yang dzalim”
3. Contoh syaja’ah lain yang mungkin sering kita temui yaitu “memberanikan diri dalam mengkritik
pemimpin yang bersikap dzalim”.

DALIL SYAJA’AH
Syaja’ah sangat disarankan untuk menjadi salah satu sifat yang dimiliki oleh orang muslim Allah swt.
Berfirman:
َ
‫ِين‬
َ ‫من‬ِ ْ ‫مؤ‬ ْ ُ ‫ن كُنْت‬
ُ ‫م‬ َ ْ‫م اأْل َعْلَو‬
ْ ِ‫ن إ‬ ْ َ ‫وَاَل تَهِنُوا وَاَل ت‬
ُ ُ ‫ح َزنُوا وَأنْت‬

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S Ali Imran: 139)

Pada ayat tersebut, Allah melarang umat manusia untuk memiliki sikap lemah. Kita diharuskan memiliki
sikap berani.

Hal ini karena manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah jika dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Selain itu, manusia juga akan memiliki kedudukan tertinggi apabila beriman
dan bertakwa pada Allah.

Dalam kehidupan saat ini, banyak sekali ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi. Jika umat islam
memiliki sifat syaja’ah, maka ia akan berani melaporkan hal tersebut, meskipun hal tersebut bisa saja
membawa ia dalam bahaya.

Allah swt. berfirman:

ْ ‫ك َواَل َت ْط‬
َ ُ‫غَوا ۚ إِ َّن ُه ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون بَصِ ي ٌر‬ َ ‫َفاسْ َتقِ ْم َك َما أُمِرْ تَ َو َمنْ َت‬
َ ‫اب َم َع‬

Artinya: “maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia
maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Hud: 112)

Hikmah Syaja’ah
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain
merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama
berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia,
cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi
apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan
keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan,
ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri,
cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.
Belajar Berani dari Abdullah Bin Umar

Perang Khandak berkecamuk saat putra Umar bin Khattab ini genap berusia 15 tahun. Nama
isimnya Abdullah. Sedang kuniyahnya adalah Ibnu Umar. Berjihad di jalan Allah bersama Rasul
tercinta adalah impiannya semenjak kecil.

Sebagaimana sahabat Rasul yang lain, ia pun mendaftarkan diri sebagai bagian dari mujahid
Khandak. Sejak itu, Ibnu Umar tak pernah absen dalam berbagai pertempuran dalam rangka
meninggikan kalimat Allah.

Kelembutan dan zuhudnya Abdullah bin Umar terhadap dunia nampaknya sangat dipengaruhi
oleh karakter sang ayah. Disaat kaum muslimin sedang berada pada masa jaya-jayanya, mulai
nampak perubahan poros hidup umat muslim ke arah materi. Sehingga para sahabat terkemuka
memiliki tanggung jawab dengan menjadi teladan dalam gaya hidup yang shalih, zuhud, dan
jauh dari kedudukan yang tinggi. Termasuk di antaranya Abdullah bin Umar.

Adalah biasa saat ia duduk-duduk bersama temannya, ia membacakan Al-Qur’an, lalu bacaannya
terhenti, lalu berlinang air matanya. Tangisnya mengalir deras hingga membasahi janggutnya. Ia
juga sering memejamkan mata, lantas tertangis saat melewati tempat-tempat yang biasa Rasul
singgahi di Makkah dan Madinah, karena cintanya yang amat sangat pada baginda.

Kedermawanannya nampak saat ia menerima hadiah 4000 dirham dari baitul mal, ia bagikan
langsung harta itu pada para orang-orang miskin, hingga ia sendiri harus berutang keesokan
harinya untuk keperluan membeli makan.

Namun demikian, di balik kelembutan hati seorang Ibnu Umar, tersimpan keberanian (syaja’ah)
sekeras karang. Ia adalah orang yang selalu bergairah pada panggilan-panggilan jihad. Ia adalah
yang paling keras penentangannya pada penguasa yang lalim.

Ia yang berani menginterupsi pidato Hajjaj bin Yusuf, gubernur Hijaz pada masa Yazid, yang
tangannya berlumur darah orang tak bersalah. Peristiwa yang mengantarkannya pada kematian
akibat tikaman utusan Hajjaj.

Keberanian Abdullah bin Umar juga nampak dalam peristiwa, ketika kafilah dagangnya terhalang
seekor singa, yang turut menghalangi orang-orang lain dalam perjalanan. Ia turun dari untanya,
lantas berjalan ke arah singa itu.

Tak sedikit pun rasa takut mencegahnya mendekati binatang buas ini. Di jarak yang sangat dekat
itu, Ibnu Umar menggosok telinga sang singa, seolah-olah ia sedang bernegosiasi. Tak lama
kemudian menyingkirlah singa itu dari tengah jalan.
Abdullah bin Umar mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika
manusia hanya takut kepada Allah, maka tidak ada hal lain yang bisa menguasainya.”

Hal ini juga dinyatakan dalam kitab Risalatal-Qusyairiyyah, “Sesungguhnya yang menguasai
manusia adalah sesuatu yang menakutkannya. Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tak
ada apa pun yang mampu menguasainya.”

Subhanallah. Allahu Akbar.

Karakter ini yang membuat namanya harum. Begitu disegani baik oleh kawan maupun lawan.

Oleh kawan, terbukti beberapa kali ia diminta orang-orang Madinah menjadi Khalifah pengganti
Utsman bin Affan. Bahkan di masa Khalifah Utsman, sang khalifah menawarkan jabatan
qadhi/hakim kepad Ibnu Umar karena kejujuran dan keluasan pengetahuannya. Namun Ibnu
Umar enggan menerima jabatan itu.

Oleh lawan, tercatat pesan Muawiyah kepada anaknya, Yazid, yang telah ia tunjuk sebagai putra
mahkota, tentang tiga orang Madinah yang perlu ditakuti. Salah satu dari tiga orang itu ialah
Abdullah bin Umar.

Ibnu Umar tak memiliki jabatan yang tinggi, hartanya tak melimpah-limpah, namun
keberaniannya tak ada yang menandingi. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kekuasaan,
ketinggian, kedudukan di mata manusia tak identik dengan keberanian.

Justru orang lemah, tak berkedudukan, bukan siapa-siapa, memiliki keberanian yang besar,
sebab keyakinan yang besar pada pertolongan Allah.

Saat senior angkatan merasa berhak membentak-bentak junior. Kata-kata kotor meluncur dari
lisan mereka untuk merendahkan manusia yang belum tentu juga lebih rendah dari mereka.
Kelakuan buruk mereka tampakkan untuk sesuatu yang mereka sebut keakraban.

Apa hanya karena lebih dahulu di dalam angkatan lalu kita boleh berlaku semena? Keberanian
macam apa yang sedang mereka tampakkan?

Keberanian sesungguhnya datang dari Allah. Orang-orang terlihat berani karena menentang
Allah sesungguhnya tidak memiliki pelindung. Bagaimana ia dikatakan berani, sementara yang
menguasai dirinya sendiri, yang menguasai alam semesta ini, sedang ia tentang?

Karena itu, saudara, tak perlu takut pada mereka. Hormati sekadarnya sebagaimana kita
menghormati orang lain. Tak perlu berlebihan kepada mereka yang mereka sendiri sedang
melucuti kehormatannya.
Takutlah kepada Allah, bila bentakan senior malah melalaikanmu dari shalat. Takutlah kepada
Allah, bila peraturan-peraturan itu membuatmu abai dari perintah berhijab. Takutlah kepada
Allah, jika perintah-perintah manusia memaksa dirimu untuk bermaksiat. Takutlah, niscaya Allah
beri keberanian, yang tak tercabut bahkan oleh badai topan.

Anda mungkin juga menyukai