Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN SYAJA’AH DAN APLIKASINYA DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Pengajar: Slamet Mintoadi, S. Ag., M. Pd.

Disusun oleh :

DisusunKelompok
oleh:Disusun
6 oleh:
Hamindar Febianggita Nur Saffanah (14)
Linda Ambala Tifa Ramadhani (20)
Narendhra Avrilio Trinugroho (26)

Halaman Judul
XI MIPA-5
UPTD SMA NEGERI 2 PARE

Jalan Pahlawan Kusuma Bangsa No. 28 Pare, Kediri

2022
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan
taufiqnya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
PENGERTIAN SYAJA’AH DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran
“Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”, makalah ini yang diharapkan bisa
menambah wawasan dan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan dan kesalahannya. oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini
dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimbah ilmu dengan
sebaik-baiknya
Amin yarobbal’alamin...

1
DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
PEMBAHASAN..............................................................................................................iv
Kl-1...........................................................................................................................iv
1.5. Meyakini bahwa Islam mengharuskan umatnya untuk memiliki sifat syaja’ah
(berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran......................................iv
Kl-2...........................................................................................................................vi
2.5. Menunjukkan sikap syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan
kejujuran...................................................................................................................vi
Kl-3...........................................................................................................................ix
3.5. Menganalisis makna syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam kehidupan
sehari-hari.................................................................................................................ix
Kl-4...........................................................................................................................xi
4.5. Menyajikan kaitan antara syaja’ah (berani membela kebenaran) dengan upaya
mewujudkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari................................................xi
PENUTUP......................................................................................................................xiii
A. Kesimpulan.....................................................................................................xiii
B. Saran...............................................................................................................xiii
C. Penutup...........................................................................................................xiii
PEMBAHASAN

Kl-1
1.5. Meyakini bahwa Islam mengharuskan umatnya untuk memiliki sifat
syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran.
A. Pengertian Syaja’ah

Menurut Bahasa : Menurut bahasa Syaja'ah merupakan bahasa Arab


yang berasal dari syaju'a-yasju'u-syaja'atan (‫ شجاعة‬- ‫ يشجع‬- ‫ )شجع‬yang
artinya berani. Lawan dari Syaja'ah adalah Al-Jubn (‫ )ال ُجبْن‬yang berarti
pengecut.

Menurut Istilah : Sedangkan secara istilah pengertian Syaja'ah


adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian, untuk membela dan
mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.

B. Macam-macam Syaja’ah

Syaja’ah terbagi kedalam 2 macam, antara lain:

1. Syaja’ah Harbiyyah : Syajaah Harbiyyah adalah bentuk


keberanian yang tampak secara langsung. Misalnya keberanian kaum
muslimin zaman dahulu untuk berjihad (perang) demi membela agama.

2. Syajaah Nafsiyyah : Syajaah Nafsiyyah adalah keberanian


secara mental seseorang. Ia akan berani dalam menghadapi bahaya dan
penderitaan jika hal tersebut demi menegakkan keadilan.

C. Dalil Syaja’ah

Q. S Ali-Imran: 3 ayat 139


Artinya: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula)
bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang
beriman”

Q. S Al-Anfal: 8 ayat 15

Artinya: "Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan


orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu
berbalik membelakangi mereka (mundur)"

Q. S Al-Anfal: 8 ayat 16

Artinya: "Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok


untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan
dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat
kembali"
Kl-2
2.5. Menunjukkan sikap syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam
mewujudkan kejujuran.
A. Contoh Figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki Sifat Syaja’ah

Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas
dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah
SAW. karena keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.

Rasulullah Muhammad SAW sendiri menjadi teladan utama saat beliau


tak bergeming sedikit pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya.
Beliau pun berucap dengan kata-katanya yang masyhur, “Walaupun
matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku
tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini”.

Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan
menantu Nabi SAW, Ali bin Abu Thalib R.a. Ali mengambil peran yang
sangat beresiko, menggantikan Rasulullah di tempat tidur untuk
mengelabui musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu
mereka dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak
belur.

Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan
ketegasan sikap dan keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan
sahabat-sahabat lain yang sembunyi-sembunyi, Umar malah berteriak
lantang, “Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak istrinya menjadi
yatim dan janda, hadanglah Umar”.

Keberanian mempertahankan aqidah hingga mati nampak pada Sumayyah,


ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam
yang menumbuhsuburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.

Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan
Habib bin Zaid yang syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi
satu selagi ia masih hidup. Mereka berani bertaruh nyawa demi
mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka berdua.
Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan
ditimpa batu besar (Bilal) dan disetrika punggungnya (Khabab) adalah
bukti bahwa keberanian tidak mengenal lapisan dan strata sosial.

Ada pula anak bangsawan seperti Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin
Abi Waqqash yang diusir dan tidak diakui lagi sebagai anak oleh
orangtua mereka karena masuk Islam.

B. Cara Menanamkan Sifat Syaja’ah

Sifat Syaja'ah yang tertanam kuat pada diri seseorang tentu tidak terbentuk
dengan begitu saja, akan tetapi untuk menanamkan sifat itu haruslah
membangun hubungan dengan Allah SWT, berikut adalah cara cara yang
bisa untuk melatih seseorang dalam menanamkan sifat syaja'ah.

1. Beriman pada Allah dan hal-hal yang gaib lainnya, beriman pada Allah
adalah kunci paling utama agar seseorang yakin dengan apa yang
terjadi dalam semesta ini merupakan sesuatu yang tak lepas dari
pengaturan Nya. Seperti yang sudah dikisahkan oleh orang-orang
terdahulu di masa Rasulullah.

2. Al-Mujahadatu 'Alal Khauf atau menaklukkan rasa takut, setiap


manusia pasti pernah merasakan takut tentang sesuatu hal, namun
ketika rasa takut itu tidak ditaklukan, maka seseorang akan
menemukan banyak ketidakberanian dalam dirinya sendiri. Maka rasa
takut itu haruslah ditaklukan dengan mempercayai bahwa Allah selalu
bersama orang-orang yang berada dalam sikap kebaranian tentang
sesuatu yang benar.

3. Ash-Shabru 'ala -Tha'ah atau bersabar dalam hal ketaatan, adanya sifat
keberanian untuk membela sebuah kebenaran merupakan salah satu
hasil dari kesabaran dalam ketaatan seseorang pada Allah SWT, karena
tidak akan bisa terbentuk sifat keberanian tanpa adanya sifat sabar
dalam taat terhadap Allah.

4. Keyakinan adanya pahala dari Allah, sesorang yang senantiasa


mengharapkan ridho dari Allah SWT tentu sangat yakin terhadap
pahala suatu kebaikan. Karena adanya keyakinan itu akan membuat dia
lebih berani dalam berjuang di jalan Allah untuk membela kebenaran,
serta berani untuk menerima apapun yang sudah Allah tetapkan.
Kl-3
3.5. Menganalisis makna syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam
kehidupan sehari-hari.
Syaja’ah merupakan salah satu sikap mulia yang semestinya dimiliki oleh
setiap orang beriman. Syaja’ah sendiri berarti berani membela kebenaran.
Syaja’ah memiliki lawan kata yang dalam bahasa arab disebut Jubun
(pengecut).

Syaja’ah memiliki makna yaitu memiliki keteguhan hati dan kekuatan


pendirian untuk membela serta mempertahankan kebenaran secara bijaksana
dan terpuji dengan niatan ikhlas lillahi ta’ala.

Beberapa contoh sikap Syaja’ah dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

1. Mengakui kesalahan yang dilakukan, misal saya membuat kerusakan pada


jendela kelas.

2. Melaporkan kepada pihak berwajib jika ada tindak pidana kriminal,


misalkan: Korupsi, terorisme dan juga penganiayaan.

3. Menyampaikan kepada masyarakat untuk mau memabuang sampah pada


tempatnya.

4. Mengingatkan teman di kelas untuk tidak ribut dikelas.

5. Menegur teman yang berbuat vandalisme di kelas, lingkungan rumah dan


juga tempat lain.

6. Menangkap copet yang ada didepan mata. Juga mau untuk bertindak
ketika ada kejahatan di lingkungan sekitar.

7. Menegur teman yang melakukan perundungan di kelas. Atau melaporkan


pada guru terkait.

8. Berpidato tentang kebaikan dan aplikasi kebenaran di lingkungan sekolah


dan lainnya.

9. Berani melakukan hal yang benar, meskipun dalam hujatan orang banyak.
Misal, idealisme untuk tetap tidak menerobos lampu merah. Padahal
banyak orang yang menerobos lampu merah.
10. Tidak mencontek juga merupakan sikap berani, yakni berani menerima
resiko atas jawaban sendiri.
Kl-4
Menyajikan kaitan antara syaja’ah (berani membela kebenaran) dengan
upaya mewujudkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.
A. Perwujudan Syaja'ah

Dari sikap syaja'ah ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan seorang


muslim menjadi beberapa bentuk perwujudan, yaitu sebagai berikut:

1. Al-l'tirafu bil Khatha'l atau mengaku zalim, bagi seseorang mengaku


zalim tidaklah mudah ketika ia memiliki sifat sombong dan egois,
namun seseorang yang memiliki sifat syaja'ah, ia tidak akan malu
mengakui kesalahannya, bahkan untuk melakukannya mungkin dia
akan berada dalam bahaya.

2. Ash-Sharahan Fil Haq atau jujur dalam suatu kebenaran, seseorang


yang tertanam dalam hatinya tentang keteguhan hati tentang sifat
syaja'ah, ia akan mengatakannya apa adanya. Tidak masalah apakah itu
akan merugikan atau tidak, karena apa yang dia katakan adalah
kebenaran.

3. Al-Inshafu min Adz-Dzati atau bersikap objektif pada diri sendiri,


seseorang yang memiliki sifat syaja'ah akan bersikap objektif pada
dirinya sendiri, tentang kelebihan dan kekurangan yang dia punya.

4. Milku An-Nafsi 'ainda Al-Ghadhabi atau menguasai diri ketika


sedang marah, sifat syaja'ah merupakan salah satu benteng untuk
mengendalikan emosi seseorang.

5. Quwwatul Ihtimal atau daya tahan yang kuat, seseorang yang di dalam
hatinya teguh akan sifat syaja'ah tentu akan memiliki daya pertahanan
dalam dirinya yang kuat, misalnya saja ketika dia mengahadapi sebuah
kesulitan dalam memperjuangkan sesuatu di jalan Allah dia tidak akan
mundur begitu saja. Karena dalam hatinya tertanam prinsip yang kuat
pada Rabb-Nya.
B. Hikmah Syaja’ah

Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di
miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat
mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan
bernegara.

Syaja'ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia,


cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang,
mencintai. Akan tetapi apabila seseorang terlalu dominan keberaniannya,
apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan dapat
memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-
unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja'ah, maka
akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati, dan
sebagainya.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja'ah. Syaja'ah menurut bahasa
artinya berani. Sedangkan menurut istilah pengertian syajaah adalah
keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syajaah dapat diartikan
keberanian yang berlandaskan ke benaran, dilakukan dengan penuh
pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Keberanian (syaja'ah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah


kemenangan dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi
muslim saat mengemban tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat
keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan gentar
sedikit pun.

B. Saran
Tentunya pada penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
diatas masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan


makalah tersebut dengan berpedoman dari berbagai sumber serta kritik
yang dapat membangun dari para pembaca.

C. Penutup
Terakhir penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih
jauh dari sempurna, hal ini semata-mata karena keterbatasan dan
kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu penelitian-penelitian
berikutnya perlu dilakukan untuk memperkuat penelitian terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai