kegemilangan. Dari sisi inilah kaum yang beriman berada jauh di atas
kebanyakan orang. Karena izzah keimanan menuntun mereka untuk tidak
takut dan gentar sedikit pun.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman". (Q.S. Ali Imran: 139)
Dahulu yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah keberanian
pejuang-pejuang Islam yang menghambur ke medan perang dengan suka
cita karena pilihannya sama-sama baik yakni hidup mulia dengan meraih
kemenangan atau mati syahid di jalan Allah. Bahkan mereka jauh
mencintai kemuliaan sebagai syahid sebagaimana kecintaan kaum kafir
terhadap dunia. Dengan sikap ini kaum muslimin banyak memperoleh
anugerah kemenangan dakwah di berbagai tempat.
Orang-orang kafir amat takut terhadap orang-orang yang beriman yang
memiliki prinsip ini. Sehingga mereka berupaya agar sifat berani tidak
bersemayam dalam diri orang-orang mukmin. Lalu mereka takut-takuti
kaum muslimin dengan situasi dan kondisi masa depan yang suram,
ancaman, teror, intimidasi atau tekanan-tekanan lainnya agar umat ini
tidak lagi berani memperjuangkan nilai dan norma yang diyakininya.
Akhirnya timbullah sikap takut yang luar biasa hingga melemahkan
semangat juangnya.
Oleh karena itu jangan tertipu oleh upaya orang-orang kafir untuk
menghilangkan sifat syaja'ah. Sebab syaja'ah merupakan harga diri
orang-orang beriman. Lantaran sifat itu sebulan sebelum kedatangan
kaum muslimin orang-orang di Babylonia telah lari tunggang langgang
mendengar umat Islam akan tiba di negeri mereka. Sampai-sampai Khalid
bin Walid RA. menenangkan masyarakat Romawi agar tidak perlu teramat
takut pada kaum muslimin karena kedatangan umat Islam hanya untuk
menyerukan Islam dan mengajak mereka menghamba pada Allah SWT.
semata.
Asy syaja'ah (keberanian) menjadi salah satu ciri yang dimiliki orang yang
istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithminan (ketenangan)
dan at-tafaul (optimisme). Dengan demikian orang yang istiqamahlah
akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan
yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah. Namun
memang tak mudah untuk menjadi orang yang istiqamah atau teguh
pendirian memegang nilai-nilai kebenaran dan senantiasa berada di jalan
Allah. Bahkan Rasulullah SAW. mengatakan bahwa turunnya surat Hud
membuat beliau beruban karena di dalamnya ada ayat (QS. Huud: 112)
yang memerintahkan untuk beristiqamah,
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan."
Rasulullah SAW. memahami benar makna istiqamah yang sesungguhnya
sampai ketika Abu Sufyan bertanya hal terpenting apa dalam Islam yang
membuatnya tak perlu bertanya lagi, beliau menjawab, Berimanlah
kepada Allah dan kemudian beristiqamahlah (terhadap yang kau imani
tersebut). (HR. Bukhari). Di kesempatan lain, Rasulullah SAW. juga
2
memperhatikan nasib generasi berikutnya dengan mewariskan nilainilai kebaikan untuk menjadi dhawabith khairiyah bagi mereka.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar". (Q.S. An Nisa': 9)
Adalah hal yang patut dipikirkan para kader dakwah untuk selalu
menanamkan tekad dan kemauan agar melahirkan generasi yang
terbaik dengan selalu berpegang pada sikap-sikap keteladanan yang di
antaranya sikap asy syaja'ah.
4. As Shabru Ala Ath Tha'ah (Bersabar Terhadap Ketaatan)
Keberanian akan terus ada pada diri kader bila mereka bersabar.
Sabar terhadap peristiwa yang mereka alami. Karena kesabaran itu
merupakan senjata yang ampuh yang memberikan ketahanan
menghadapi tekanan berat sekalipun. Dengan kesabaran kita pun
dapat membandingkan kejadian yang dirasakan generasi yang lalu
dengan yang sedang kita rasakan . Mereka tentu telah mengalami
cobaan yang lebih berat ketimbang yang kita alami saat ini. Dengan
kesabaran ini kita dapat bertahan dan terus maju melangkah di atas
jalan dakwah dengan gagah berani.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saat menasihati
Khabbab bin Al Arts yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan
yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para
Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi
mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita bisa memupuk keberanian
dan kesabaran dengan berkata, Ah... cobaan ini belum seberapa
dibanding yang pernah dialami orang-orang shaleh terdahulu.
Oleh sebab itu bekal kesabaran tidak boleh dalam keadaan defisit.
Kesabaran mesti dalam kondisi yang selalu cukup dan bertambah.
Karena kesabaran yang kuat menjadi tameng dalam menyelamatkan
diri atas cobaan-cobaan berat dakwah ini. Allah SWT. pun
mengingatkan agar senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran.
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung". (Q.S. Ali Imran:
200)
5. Al Ajru min Allah (Berharap Balasan Dari Allah)
Seorang kader juga bisa mengusung dakwah ini dengan berani karena
berharap balasan yang besar dari Allah SWT. Balasan yang dijanjikan
ini
meminimalkan
perasaan
takut
akan
ancaman
dalam
memperjuangkan dakwah. Rasa takut akan segera sirna bila balasan
yang dijanjikan jauh lebih besar dari apa yang diderita saat itu.
Bahkan balasan yang pasti diberikan itu dapat memompa semangat
juang
kader
untuk
terus
berada
di
jalan
dakwah
dan
memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Maka balasan
Allah SWT. itu seyogianya tervisualisasi dengan baik pada diri kader
dakwah. Seakan-akan semua balasan itu ada di pelupuk mata.
6
11