Anda di halaman 1dari 8

SYAJA’AH

Rofiatul Ubaidillah (1800027077)


baitsco12@gmail.com

ABSTRACT

Delivering da’wah (preaching) is effectively executed if Prophet Muhammad’s


(PBUH) examplary of akhlaq is inculculated in the recipients of da’wah. In this case, all
prophet’s (PBUH) verbal and non-verbal actions are deemed necessary for all preachers to
follow. Muslim preachers have to be alert to any religious deviations which may exploit
humans’ natural behaviour; that is, to be easily influenced and coaxed by new ideas and
views, by getting ashtray from the right path. Starting from this ground, Islamic preachers are
higly recommended to employ the al-Hissi method of da’wah as a means of bringing up a
generation of Muslim ummah that possesses good thinking and behaviours. This study aims
to analyse the al-Hissi methods of da’wah exemplified in the book ummuhāt al-akhlak which
include al-Hikmah, al-Syaja’ah, al-‘Iffah dan al- ‘Adl. Using the content analysis approach
and inductive method, this study analyses the primary sources of data (Al Quran and
Ahadith) through the lens and perspectives of Muslim scholars’ and preachers. Results
showed that the al-Hissi method of da’wah is very effective in delivering da’wah. Besides,
Prophet Muhammad’s (PBUH) method of da’wah was contended to be the best guidance for
a beginner Muslim preacher to deliver his message. This study is significant in terms of
uncovering the essentail role played by a preacher as an ambassador to chain and strengthen

the relationship among communities ( ‫)الربط العام‬.

Keywords : Syaja’ah

TUJUAN

Sebagai seorang muslim, mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Nabi


Muhammad SAW merupakan suatu hal yang sangat penting. Tujuan dari mempelajari sifat
seperti syaja’ah ini tidak lain yaitu supaya bisa tahu mana yang baik dan buruk untuk kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
PENGERTIAN SYAJA’AH

sifat syaja'ah adalah sifat keberanian yang ditunjukan dengan sikap sabar dan selalu
siap dalam menghadapi kesulitan. Syaja’ah termasuk dalam sifat terpuji atau akhlakul
mahmudah. sya'jaah berarti berani atau keberanian, jadi yang dimaksud sifat syaja'ah adalah
sifat keberanian yang ditunjukan dengan sikap sabar dan selalu siap dalam menghadapi
kesulitan. jadi dalam islam, sifat ini tidak hanya menggambarkan keberanian secara nampak,
seperti berani berperang . namun juga keberanian dari segi mental, termasuk bentuk
keberanian menghadapi kesulitan hidup dan ujian-ujian dari Allah baik secara jasmani
maupun rohani. dalam kehidupan masyarakat saat ini bentuk sifat ini antara lain berani dalam
beramar maruf nahi mungkar dan berani dalam membela kesucian agama dan kehormatan
bangsa.

Secara umum syajaah adalah sebuah sifat keberanian atau bisa diartikan juga sebagai
sifat benar atau gagah. Kata syaja’ah sendiri digunakan untuk menggambarkan sifat
kesabaran dan keberanian seseorang dimedan perang dalam membela khormatan sebagai
seorang umat islam.
Secara garis besar syaja’ah merupakan sebuah bentuk sifat keberanian, baik itu
keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Tapi harus
berlandaskan kebenaran yang mana dilakukan dengan penuh perberat sebelahan. Meski sikap
syaja’ah ini sangatlah baik, jika salah mengartikan dan tidak digunakan sebagai mestinya
tetap akan berdampak buruk dan menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din, terdapat empat induk akhlak yang
baik yang merupakan sifat-sifat keutamaan dalam jiwa manusia iaitu hikmah,syaja’ah,’iffah
dan ‘adil.Oleh itu, sifat-sifat akhlak mulia yang lain menjadi cabang-cabang kepada empat
sifat tersebut.1 Kesempurnaan empat sifat ini hanya terdapat pada diri Rasulullah s.a.w.
Setiap orang yang mendekati nabi Muhammad s.a.w dan hampir mencontohi baginda akan
juga dekat dengan Allah s.w.t menurut kadar dekatnya dengan Rasulullah s.a.w. Rasulullah
s.a.w tiada diutuskan melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Sabda Rasulullah s.a.w:


1
Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali thn 1988
‫ٕانما بعثت ألتمم صالح األخالق‬

Artinya : Hanyasanya aku(Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang


baik.2

Syaja’ah bermaksud keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal samada maju
dan mundurnya akhlak syaja’ah. Akhlak syajā’ah timbul daripada sifat-sifat seperti
kemurahan, pertolongan, keberanian, menghancurkan nafsu, menanggung penderitaan,
lemah-lembut, tetap pendirian, hati mulia dan kasih sayang yang dinamakan akhlak yang
terpuji. Adapun bersangatan dalam syajā’ah akan menimbulkan keberanian membabi buta,
maka timbul pula sifat-sifat seperti angkuh, sombong, lekas marah, megah dan bangga diri.
Manakalah apabila syajā’ah merosot, maka timbullah daripadanya sifat rendah diri, hina diri,
kecil jiwa dan menyempitnya daripada mengambil hak yang wajib diperolehnya.3

Berdasarkan kenyataan di atas, Rasulullah s.a.w merupakan contoh keberanian dalam


peperangan. Keberanian baginda dalam peperangan Nampak dengan jelas sejak zaman
mudanya. Ketika baginda berusia 15 tahun, terjadi peperangan Fijār antara orang Quraish dan
sekutu-sekutu mereka dari Bani Kinānah dengan Qays bin ‘Aylān. Peperangan itu dinamakan
Fijār(jahat) kerana ia menceroboh kehormatan Tanah Haram dan bulan-bulan Haram. Dalam
peperangan ini, Rasulullah s.a.w turut serta dan berperanan membekalkan anak panah kepada
bapa saudaranya iaitu mempersiapkan untuk mereka anak-anak panah untuk dipanah.

MACAM-MACAM SYAJA’AH

Dalam agama islam, syaja’ah terbagi menjadi dua (2) macam yaitu syaja’ah harbiyyah
dan nafsiyyah. Apa perbedaan dari dua macam syaja’ah tersebut.
Berikut ini :

 Syaja’ah Nafsiyyah adalah sebuah bentuk keberanian dalam menghadapi segala


macam bentuk bahaya atau penderitaan dan menegakkan sebuah kebenaran.

2
Ahmad, Musnad, kitab (6) Bab (30)
3
Al Ghazali 1988
 Syaja’ah Harbiyyah adalah sebuah bentuk keberanian yang bisa kita lihat atau
tampak. contohnya keberanian dalam membela kebenaran dalam sebuah medan
perang.4

HIKMAH SYAJA’AH YANG DAPAT KITA AMBIL


Sifat Syaja‟ah bersedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan pikiran
yang jernih serta harapan yang tidak putus. Keberanian tanpa pikiran yang jernih dan tanpa
harapan adalah nekad. Seseorang yang memiliki sifat Syaja‟ah akan mampu mengendalikan
diri, mampu membuat rencana, mampu membuat pertimbangan dalam setiap tindakannya. 5

1. Timbulnya Sikap Untuk Maju


Salah satu alasan kenapa sifat keberanian harus kita miliki yaitu supaya bisa memiliki
rasa keberanian dalam membela atau melawan sesuatu yang benar. Hal tersebut bisa kita lihat
dalam sebuah kisah dimana Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berperang melawan
kamum quraisy. Yang mana dikala itu mereka berani melawan musuh walupun mereka sadar
kalau jumlah musuh yang dihadapi lebih banyak dari mereka (kaum muslimin).
2. Timbulnya Sifat Mulia
Dengan kita menanamkan sifat tersebut dalam diri kita, maka akan secara tidak
langsung membentuk kemulyaan untuk diri kita selaku umat muslim.
3. Menghilangkan Rasa Sulit ataupun Tidak Mampu
Secara pengetahuan rasa sulit atau rasa ketidak mampuan yang timbul dalam diri kita
yaitu berasal dari rasa cemas dan takut. Sebagai contoh ada seseorang ingin bisa membaca al
quran tapi tiap ingin memulai ia dibayang-bayangi rasa cemas dan takut maka tentu saja ia
tidak akan bisa membaca bahkan tidak akan memulai. Beda halnya kalau seseorang tersebut
mempunyai rasa syaja’ah (keberanian) dalam mencoba dan terus mencari pembelajaran yang
tepat seperti membaca surat pendek terlebih dahulu atau yang lainnya tentunya akan memiliki
jalan yang mudah dan cepat bisa.
4. Bersifat Kreatif dan Produktif
Seperti yang kita tahu bahwa kreatifitas dan produktif merupakan sebuah tindakan
yang memerlukan keberanian dalam menjalankannya. Jadi dengan kita belajar menerapkan

4
Faturrahman dan Udin Wahyudin, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI
SMA/MA, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2017), hlm. 33-34.
5
Zubaedi, Op.Cit., hlm. 99.
syaja’ah tentu lebih mempermudah kita dalam menjalankan hal tersebut dalam ruang lingkup
tertentu.6

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN SESEORANG MEMILIKI SIKAP


SYAJA’AH
Untuk menjadi seseorang yang memiliki sikap Syaja‟ah, tidak akan terjadi dengan
sendirinya. Akan tetapi terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut :
A. Rasa takut kepada Allah, secara manusiawi seseorang memang memiliki sifat
khauf (takut) sebagai lawan dari sikap asySyaja‟ah. Namun sikap khauf thabi’i
(alamiah) yang diadakan Allah dalam diri manusia sebagai mekanisme pertahanan
diri seperti takut terbakar, takut tenggelam, termakan binatang
B. buas, tetapi tetap berlandaskan dari khauf syar’i (takut pada Allah Ta‟ala). b)
Lebih mencintai akhirat ketimbang dunia, mengingat dunia bukanlah tujuan akhir
dari kehidupan.
C. Tidak takut kepada kematian, karena kematian adalah sebuah kepastian.
D. Tidak ragu-ragu, karena yang menyebabkan munculnya rasa takut adalah
keraguan. Tidak mengutamakan kekuatan materi, tidak mengharapkan adanya
imbalan atau pujian terhadap kebenaran yang kita lakukan.
E. Tawakal, karena yakin terhadap pertolongan dari Allah Ta’ala.
F. Hasil pendidikan, untuk menjadi pribadi yang “Syaja’ah” harus ada proses
pendidikan terlebih dahulu. Sebab terkumpulnya informasi dan pengtahun
sebagian besar didapatkan dalam pendidikan.7

DALIL TENTANG SYAJA’AH


Jika kita bicara tentang dalil syaja’ah tentu ada banyak yang menjelaskan tentang hal
tersebut. Bahkan dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 139 menjalaskan kalau kita sebagai
umat islam tidak boleh bersikap lemah dan bersedih hati. Berikut bacaan ayat tersebut:

6
Hamzah B. Uno,dkk, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm. 172.

7
Sadi dan Nasikin, Op.Cit., hlm. 119-121.
‫َو اَل َتِهُنوا َو اَل َتْح َز ُنوا َو َأْنُتُم اَأْلْع َلْو َن ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنيَن‬
Yang Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.” (Q.S Ali Imran: 139)

Selain itu ada beberapa dalil dari hadist yang menjelaskan akan hal tersebut:

 HR. Imam Baihaqi


“Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit”. (HR. Imam Baihaqi)
 HR. Tirmidzi
“Janganlah kamu menjadi orang yang ikut-ikutan, yang berkata: Bila orang
melakukan kebaikan maka aku pun melakukannya. Namun bila orang melakukan
keburukan maka aku pun ikut melakukannya juga. Akan tetapi tempatkanlah diri
kalian! Jika orang melakukan kebaikan maka kamu pun melakukannya. Namun jika
orang melakukan keburukan maka (tinggalkan sikap buruk mereka) jangan kamu
berbuat zalim.” (HR. Tirmidzi).
 HR. Abu Dawud
“Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan
sifat pengecut yang sangat pengecut”. (HR. Abu Dawud).

CONTOH PERILAKU SYAJA’AH


Sebenarnya ada banyak sekali contoh syaja’ah yang bisa kita lihat secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kebanyakan orang tidak tahu akan hal yang dilakukan
tersebut. Berikut ini contohnya:
1. Contoh yang pertama ini kami ambil dari ruang lingkup pendidikan atau disekolah
yaitu “membela teman saat terkena bully, walaupun harus mendapatan resiko dibully
juga”.
2. Contoh beriktnya dari kami ambil dari lingkungan yaitu “berkata jujur walaupun
dikecam oleh orang-orang yang dzalim”
3. Contoh syaja’ah lain yang mungkin sering kita temui yaitu “memberanikan diri dalam
mengkritik pemimpin yang bersikap dzalim”.

KESIMPULAN
Akhlak Syaja’ah menjadi kewajipan seorang pendakwah yang menyeru manusia
untuk mengenal Allah. Oleh yang demikian, golongan pendakwah yang benar-benar
sewajarnya melakukan usaha-usaha dakwah yang berterusan bersama al-mad’u(sasaran
dakwah) untuk tujuan bimbingan menuju jalan Allah s.w.t iaitu jalan yang diredhaiNya.
Tujuan utama penggunaan manhaj dakwah al-Hissi sangat sesuai dalam aspek amalan yang
boleh dilihat oleh golongan sasaran dakwah. Maksud firman Allah s.w.t dalam surah al-
Qiyamah, ayat 14-15: “Bahkan manusia itu, (anggotanya) menjadi saksi terhadap dirinya
sendiri, Walaupun ia memberikan alasan-alasan(untuk membela dirinya).”Golongan
pendakwah berkewajipan membantu manusia untuk beribadah kepada Allah s.w.t sesuai
dengan tuntutan yang disyariatkanNya. Dalam hal ini, tugas para da’i adalah untuk membantu
manusia melaksanakan penyembahan kepada Allah s.w.t dengan sebenar melalui manhaj
dakwah al-Hissi supaya mesej dakwah yang disampaikan kepada al-mad’u menjadi jelas dan
berkesan. Dalam hal ini, golongan pendakwah disarankan untuk memanfaatkan fungsi
masjid, sekolah dan masyarakat untuk melengkapi apa sahaja bentuk bimbingan yang tidak
diperolehi oleh golongan sasaran dakwah di rumah mereka sendiri. Berdasarkan
perbincangan mengenai persoalan manhaj dakwah al-Hissi, maka adalah disarankan kepada
golongan pendakwah untuk bertindak sebagai ‘pengikat hubungan dengan masyarakat awam’
(‫( الربط العام‬. Menurut (al-Rayb 2005: 17), tugas ialah seseorang yang melaksanakan dakwah
fardiyyah kepada masyarakat sekeliling ’‫ ‘الربط العام‬yang terdekat daripada empat kumpulan
iaitu: kelompok kaum kerabat, kawan-kawan, jiran tetangga dan ahli perancang ocial
tempatan atau aktivis masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno,dkk, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009)

Sadi dan Nasikin, Op.Cit.

Faturrahman dan Udin Wahyudin, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
XI SMA/MA, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2017), hlm. 33-34.
Zubaedi, Op.Cit., hlm. 99

Ahmad, Musnad, kitab (6) Bab (30)

Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin 1988

Anda mungkin juga menyukai