Anda di halaman 1dari 4

A.

Cara penanaman dan merekrut anggota radikal

Menggarap seseorang hingga tertarik menjadi anggota radikal tidak perlu menggunakan pola yang kaku.
Pertama, proses screening (penyaringan) dilakukan sebelumnya untuk memahami calon rekrutan
dengan cara memantau keseharian, hobi, permasalahan hingga kekuatan maupun kelemahannya. Ini
dilakukan untuk mempermudah infiltrasi doktrin yang disesuaikan dengan kebutuhan calon rekrutan.
Dengan pendekatan yang variatif berdasarkan informasi yang didapat sebelumnya, calon rekrutan akan
mudah terperdaya hingga memutuskan untuk bergabung. Kedua, guna memastikan keberhasilan, calon
rekrutan akan dibatasi ruang geraknya dengan orang lain. Para aktivis kelompok akan menjadikan diri
mereka sebagai teman, sahabat bahkan keluarga yang berperan signifikan kepada calon rekrutan untuk
membuat mereka merasa diperhatikan dan diterima.

Dari semua kelompok di atas, perekrutan anggota dilakukan dengan cara rahasia. Ada yang
menggunakan pendekatan offline (luar jaringan), langsung dengan tatap muka maupun melalui jalur
online (dalam jaringan) via media sosial. Sasaran utama perekrutan adalah keluarga dan teman terdekat.
Bila itu sudah tidak ada lagi, maka sasaran bisa didapatkan dari perkenalan baru. Tahapan yang harus
dilalui setiap calon rekrutan adalah indoktrinasi intens dalam bentuk kajian tertutup yang diteruskan
dengan prosesi hijrah atau pembaiatan sekaligus menandakan seseorang telah menjadi bagian dari
kelompok. Setelah dinyatakan sah, anggota baru akan diaktifkan dalam struktur organisasi (biasanya
menggunakan sel terputus). Dalam struktur terkecil inilah setiap anggota akan ikut serta dalam program
kelompok, seperti penggalangan dana, kajian rutin hingga pelatihan fisik sebagai persiapan aksi teror
yang dianggapnya sebagai jihad.

Seiring bergabungnya seseorang ke dalam kelompok radikal, perubahan pun terlihat, baik dalam
tampilan fisik, gaya berpakaian hingga sikap kepada orang lain. Pemandangan yang umum dapat
dijumpai melalui ciri-ciri fisik, seperti memanjangkan jenggot, celana cingkrang serta penggunaan cadar.
Akan tetapi, ciri-ciri tersebut tidak selalu menjadi indikasi utama bahwa seseorang bergabung dalam
kelompok radikal. Karenanya, hal itu perlu diperiksa lagi berdasarkan pola pikir, gagasannya, sumber
rujukan pengetahuannya dan sikapnya yang mengarah kepada kekerasan dengan mempergunakan dalil-
dalil agama. Namun demikian, kerap kali ciri-ciri itu menjadi ‘syarat’ tak tertulis yang harus ditampilkan
anggota kelompok radikal (terutama kelompok JAD-ISIS) sebagai bagian dari syiar mereka untuk
menunjukkan eksistensinya dan membedakan antara dirinya yang telah beriman dan orang lain yang
dianggapnya kafir. Perbedaan paling mencolok antara anggota kelompok radikal dengan masyarakat
umum dengan tampilan fisik dan pakaian yang sama adalah sikapnya yang merasa paling benar, arogan,
minim empati dan gampang memberikan label kafir atau thagut kepada pemerintah dan aparatur nya.

B. Konsep/Peran NU dalam menolak radikalisme

Radikalisme atas nama agama ini tidak jarang kemudian menimbulkan konflik sampai pada puncaknya,
yaitu terorisme dalam taraf membahayakan stabilitas dan keamanan negara. Pada akhirnya, radikalisme
ini menyebabkan peperangan yang justru menimbulkan rasa tidak aman. Pada taraf terendah,
radikalisme sampai mengganggu keharmonisan dan kerukunan masyarakat. Klaim “sesat”, “bid’ah”, dan
“kafir” bagi kalangan yang tidak sependapat dengannya membuat masyarakat menjadi resah. Ironisnya,
keresahan tersebut dianggap sebagai tantangan dakwah oleh kaum radikal.

Islam yang berasal dari kata “salima” yang berarti selamat, merupakan agama yang menjamin
keselamatan bagi siapapun baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, sabda Nabi Muhammad SAW
bahwa orang yang dinamakan Islam itu apabila orang lain dapat selamat dari ucapan dan tindakan orang
Islam itu. Perang dalam sejarah perkembangan Islam pun harus dimaknai secara kontekstual, termasuk
penafsiran terhadap ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Allah SWT pun berfirman bahwa Dia
mengutus Nabi Muhammad SAW yang membawa Islam sempurna sebagai rahmat untuk seluruh alam.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW pun bersabda bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Maka, wajah asli Islam adalah penuh kelembutan, toleransi, dan menyejukkan. Bahkan, dalam Q.S. An
Nahl ayat 125 pun dikatakan

َ‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
َ ‫ك ه َُو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ إِ َّن َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ ِّ‫ع إِلَى َسبِي ِل َرب‬

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

mengenai cara berdakwah, islam sama sekali tidak diperintahkan untuk melakukan peperangan.
Pengurus Besar Nahdlatul ualam memilki peran yang penting dalam upaya mencegah radikalisme agama
di Indoensia dalam hal ini peneliti memfokuskan peran PBNU tersebut pada tahun 2018. Dalam
menjalankan peran ini PBNU bersama dengan lembaga-lembaga dan badan otonomnya bergerak
bersama dalam beberapa peran.
Peran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Nevennya dalam Pemikiran Dalam menjalankan perannya
untuk mencegah radikalisme agama di Indoneisa, PBNU memiliki pemikiran-pemikiran yang dijadikan
landasan dalam menentukan sikap, bertindak, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Pemikiran-pemiriran ini dirumuskan oleh PBNU melalui beberapa cara, antara lain sebagia berikut:

a. Melalui Keputusan-keputusn. PBNU membuat beberpa keputusan-keputusan. Dalam hal ini dalam
kegiatan Muktamar NU yang selalu dilakukan satu kali dalam setiap periode. Dan pada periode KH. Said
Aqil memberikan keputusan terakit nalisis Ekstrenal NU dalam pertama, kehidupan beragama dan
berbangsa yang meakukan penggolongan kelompok radikal yang ada di Indonesia menajdi 4 golongan
berdasarkan karakteristiknya, yaitu ada kelompk salafi, Jihadi, Takfiri dan Siyasi. Kedua, Gerakan Lintas-
Batas Negara, Hakekatnya kelompok ini adalah gerakan sempalan (splinter group) yang lepas dan
terpisah dari arus umat (mainstream/aamatul ummah). Ketiga, Meningkatnya Propaganda Anti Aswaja
dengan fitnah-fitanh.
b. Memlaui Munas dan Konferensi Besar.
c. Melalui Holaqaoh. Dalam tradisi budaya NU Halaqoh adalah sebuah aktivitas khusus bila berkaitan
dengan momen tertentu yang melakukan pembahasan tertentu terhadap masalah-masalah yang
dianggap penting untuk di diskusikan
C. Tawaran solusi dari generasi muda NU dalam filtering faham radikalisme

1. NU memiliki lembaga pendidikan pesantren dan Sekolah formal dari jenjang MI sampai dengan
perguruan tinggi. PBNU memiliki lembaga Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU),
melaksankan kebijakan dibidang pendidikan dan pengajaran formal dan Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah,
disingkat RMI, melaksanakan kebijaikan dibidang pengembangan pondok pesantren. Yang hingga saat
ini tercatat tidak kurang dari Jumlah pesantren bergaya tradisional tetap menduduki posisi paling atas di
antara pesantren modern dan kombinasi tradional-modern. Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU
mencatat totalnya mencapai sekitar 21000 dari 24000 pesantren. Dan 12800 lembaga pendidikan yang
tersebar diseluruh pelosok tanah air bernaung di bawahnya, mulai dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA, hingga 24 perguruan tinggi.

2. Para tokoh pemuda NU seperti dalam organisasi IPNU dan IPPNU berupaya persuasif dalam
melakukan pembinaan dan dialog untuk digunakan dalam rangka membendung dan memfilter faham
radikalisme. IPNU IPPNU sebagai wadah para pelajar NU harus mampu menjadi gardadepan dalam
menangkal paham radikalisme. IPNU IPPNU harus mampumengambil langkah cepat dan tepat dalam
guna mempersempit ruang gerak penyebaran virus radikalisme. Di antara peran IPNU IPPNU
dalammenangkal radikalisme adalah sebagai berikut:

1.Melakukan pengkaderan di desa-desa maupun sekolah-sekolah dalam basis ma’arif. Dalam


pengkaderan para pelajar dididik dan diberi materi Ahlussunnah Wal Jama’ah serta materi yang
berkaitan dengan dasar-dasar berorganisasi, berbangsa, dan bernegara, yang pada intinya
memperkuatmental dan keyakinan para pelajar sehingga tidak mudah terpengaruh paham radikalisme.

2.Mengadakan seminar atau diskusi yang membahas tentang radikalismedan solusi tepat radikalisme
sehingga para pelajar memiliki wawasan dan pengetahuan dalam menghadapi radikalisme

3.Pengajian kitab kuning dengan tema-tema tentang dasar-dasar keIslaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin
sehingga para pelajar mampu mengambarkan dari isi kitab kuning serta membudayakan agar dari setiap
kader harus mempunyai sifat tabbayun atau memfilter segala informasi yang masuk.

D. Kesimpulan

Dalam hasil muktamar NU pada tahun 2015, NU merumuskan bahwa ada kelompok radikal di Indonesia
yang dapat dipetakan karakteristiknya menjadi beberapa kelompok, antara lain: 1) Kelompok Takfiri 2)
Kelompok Jihadi. 3) Kelompok Siyasi, 4) Kelompok salafi. Melihat keberadaan kelompok-kelompok
radikal di indoneisa, tentu Peran PBNU sebagai NGO dalam mencegah radikalisme ini sangatlah
diperlkan. Adapun peranan PBNU di Indonesia pada tahun 2018 ini dilakukan dengan berbagai Kegiatan
dalam ragka memperkuat masyarakat melalui berbagai aktivitas seperti pendampingan, pembelaan, dan
penyadaran. Kegiatan ini terbagi kedalam 4 peran , yaitu 1) Pemikiran, dengan cara penguatan prinsip
Ahlissunnnah waljamaah an-Nahdliyyah; 2) Administratif, dengan cara memberikan berbagai insruksi
yang terstruktur dan sistematis dari pusat ke daerah; 3) Gerakan, dengan cara melakukan berbagai
kegiatan pelatihan, program-program lembaga, dan kaderisai; dan 4) Merespon Keadaan, dengan cara
memberi pernyataan sikap, komentar, kritik, dan saran. Dan dalam menjalankan perannya sebagai
ormas keagamaan yang konsern dalam upaya pencegahan radikalisme, terdapat beberapa faktor yang
menguatkan posisi PBNU tersebut, antara lain nilai-nilai Ahlisunnah Wal Jamaah, khazanah tradisi
Budaya warga Nahdliyyin, peran ulama NU dalam menyampaikan pendamian antara nilai keagamaan
dengan kebangsaan, lembaga pendidikan pesantren, sekolah fromal berbasis NU, tasawuf dan thoriqoh,
massa dan jejaring NU, dan Akses kepada Pemerintah.

Daftar Pustaka

Arsam. 2013. NU (Nahdlatul Ulama) dan Wacana Radikalisme Agama: Analisis Terhadap Majalah Risalah
Tahun 2011-2012. Purwokerto: Jurnal Dakwah STAIN Purwokerto. hlm. 11.
Chalik, Abdul. 2011. Nahdlatul Ulama dan Geopolitik: Perubahan Dan Kesinambunga. Yogyakarta:
IMPULSE & Buku Pintar.
Dja’far, Alamsyah. 2018. (In) Toleransi: Memahami Kebencian dan Kekerasan Atas Nama Agama.

Wahid, Abdurrhaman. 2009. Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia.
Jakarta: The Wahid Institute.hlm. 88-89.
Yahya, Iip. 2018. NU Penjaga NKRI. Yogyakarta: PT Kanisius

Zada, Khamami.2002. Islam Radikal : Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesia. Jakarta :
Teraju. hlm.11.pdf

Anda mungkin juga menyukai