Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI ;

PENTINGNYA MEMILIKI SIFAT SYAJA’AH

XI IPS 1

KELOMPOK 2 :

TITIN
INDIRA GUFRANA ISMAIL
MUHAMMAD ARAFAH HAMSAH
MUHAMMAD MAULANA MONGGESANG
AHMAD AL FURQAN MANTOVANI
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin ada kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Masamba,15, Agustus 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa Agama Islam mengajarkan kepada umatnya
tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di
antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah. Sifat Syaja’ah atau beranian merupakan
jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan
takut bagi muslim saat mengemban tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat keimanan
akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan gentar sedikit pun.
Contoh perilaku syaja'ah adalah keberanian, berani karena benar atau berani membela
kebenaran. Dan contoh perilaku syaja’ah di sekolah adalah; berani menegur teman yang
melakukan kecurangan saat ujian di sekolah. Berani untuk tidak memberikan contekan kepada
teman saat ujian. Berani untuk bertanggung jawab ketika melakukan kesalahan di sekolah. Dan
berani untuk mengakui kesalahan yang dilakukan serta tidak sembunyi tangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud sifat syaja’ah?
2. Apa saja jenis-jenis syaja’ah?
3. Apa contoh-contoh syaja’ah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan syaja’ah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis syaja’ah
3. Untuk mengetahui sifat-sifat syaja’ah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SYAJA’AH


Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa agama islam mengajarkan kepada umatnya
tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di
antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah. Lalu, apa sih sebenarnya sifat syaja’ah ini
dan apa manfaatnya untuk umat islam yang mengamalkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari?
Jadi, syaja’ah adalah akhlak mulia yang mengajarkan setiap umat muslim untuk berani bertindak
yang didasari oleh kebenaran. Setiap muslim seharusnya mempunyai akhlak mulia yang disebut
dengan syaja’ah. Terlebih lagi, sifat yang satu ini mempunyai keterkaitan dengan kejujuran.

Syaja’ah adalah kemampuan dalam menundukkan jiwa supaya selalu tegar, teguh, dan tetap
bergerak maju meskipun dihadapkan dengan musuh, masalah hidup, ataupun musibah. Dengan
begitu, orang-orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan selalu menggunakan akal sehatnya dalam
mengendalikan hawa nafsu supaya tidak bertindak seenaknya.

Lalu, salah satu sifat yang diajarkan oleh Islam adalah berani atau syaja’ah. Kata syaja’ah ini
juga mempunyai beberapa arti lain, seperti misalnya kekuatan, keberanian, kegagahan, tekun,
kekuatan hati, sabar, tenang, dan juga menguasai diri. Sedangkan secara terminologi, kata
syaja’ah adalah keteguhan hati dan juga keberanian tetap maju untuk menghadapi berbagai
masalah hidup, musuh, hingga musibah.

Islam sendiri memerintahkan kepada para umatnya agar tidak menjadi penakut atau pengecut.
Hal tersebut karena kedua hal tersebut bisa menyebabkan kegagalan dan juga kekalahan.

2.2 JENIS-JENIS SYAJA’AH


Sifat syaja’ah sendiri dibagi menjadi dua macam. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:

1. SYAJA’AH HARBIYAH
Syaja’ah harbiyah merupakan keberanian untuk melawan kemungkaran yang terlihat ataupun
tidak terlihat oleh mata atau keberanian dalam berperang di jalan Allah SWT. Misalnya saja,
keberanian dalam menghadapi musuh dalam peperangan untuk menegakkan Agama Allah.
Keberanian ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Anfal/8:15-16. Allah
SWT berfirman, yang artinya:
“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan
menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan
barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan
membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat
kembali.”

2. SYAJA’AH NAFSIYAH
Sementara itu, syaja’ah nafsiyah merupakan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan
juga menghadapi bahaya ataupun penderitaan. Misalnya saja, keberanian mengungkapkan hal-
hal yang benar, mengendalikan hawa nafsu marah, dan mengakui kesalahan. Islam sangat tidak
menyukai orang yang pengecut, lemah, dan juga penakut. Orang yang lemah ataupun penakut
umumnya tidak berani untuk mempertahankan hidup, sehingga sangat mudah putus asa.
Ketakutan tersebut di antaranya yaitu karena takut dikucilkan di dalam lingkungannya, takut
karena berlainan sikap dengan banyak orang, dan takut untuk membela sebuah kebenaran dan
juga keadilan.
Syaja’ah adalah keberanian yang berdasar pada kebenaran, dilakukan dengan penuh
pertimbangan serta perhitungan untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Keberanian atau
syaja’ah adalah jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan.
Tidak boleh ada kata gentar dan takut untuk Muslim ketika mengemban tugas jika ingin
meraih kemenangan. Semangat keimanan yang ada di dalam diri akan selalu menuntunmu agar
tidak takut dan gentar sedikitpun.

2.3 CONTOH SYAJA’AH


Dari dua jenis sifat syaja’ah yang sudah dijelaskan di atas, syaja’ah bisa terimplementasikan
menjadi beberapa bentuk contoh syaja’ah, antara lain:

1. Quwwatul Ihtimal
Quwwatul ihtimal adalah daya tahan yang besar. Dimana seseorang terbukti mempunyai sifat
syaja’ah saat mereka mampu bersabar dan siap untuk menghadapi penderitaan, kesulitan,
bahaya, atau yang lainnya saat berjuang di jalan Allah SWT. Kisah perjuangan para nabi dan
juga para sahabatnya di Makkah menggambarkan hal tersebut.
Perhatikan bagaimana mereka terus bertahan meski dalam suasana tertekan. Sampai sebagian
dari mereka harus gugur syahid, seperti misalnya Tasi dan Sumayyah, sebagian lainnya
mengalami penyiksaan, misalnya saja Bilal dan Amr bin Yasir, dan sebagiannya lagi harus rela
berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya menuju Habasyah atau Ethiopia demi
mempertahankan iman serta mengembangkan dakwah.

2. Ash-Sarahah Fil Haq


As-Sarahah Fil Haq merupakan sikap terus terang dalam kebenaran. Di mana seseorang yang
memiliki sifat ini lebih berani untuk berterus terang dalam kebenaran menjadi salah satu
implementasi lainnya dari sifat syaja’ah atau berani.
Rasulullah SAW bersabda: “Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit” (HR. Imam Baihaqi).
Keterusterangan dalam menyampaikan kebenaran adalah indikasi keberanian. Bahkan berkata
benar dihadapan penguasa yang zalim disebut oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
sebagai jihad yang paling afdhal (utama), dan orang yang dibunuh karenanya disebut sebagai
syuhada.
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan orang yang berdiri di
hadapan penguasa zalim lalu ia menyuruhnya (berbuat ma’ruf) dan melarangnya (berbuat
munkar), lalu pemimpin itu membunuhnya.” (HR. Imam Al Hakim).

3. Kitmanu As-Sirri
Kitmanu As-Sirri artinya memegang rahasia. Dalam memegang sebuah rahasia, pastinya
memerlukan keberanian pada diri kita. Terlebih lagi, informasi yang kita pegang tersebut
terindikasi berbahaya apabila ada kebocoran. Dengan menjaga rahasia, maka seseorang juga
menjaga amanah yang sudah diberikan oleh orang lain.
Menjaga rahasia, terlebih dalam konteks perjuangan dan juga dakwah merupakan sesuatu yang
berat dan memiliki risiko tinggi. Terbongkarnya sebuah rahasia bisa berakibat sangat fatal. Oleh
sebab itu, kesiapan dalam memegang rahasia menjadi indikasi syaja’ah pada seorang muslim.
Di kalangan sahabat Nabi sendiri yang dipercaya memegang rahasia tidak banyak. Diantaranya
yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman RA, yakni seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan
Shahibus Sirri atau pemegang rahasia.

4. Al-I’tirafu Bil Khatha’i


Al-I’tirafu Bil Khatha’i artinya mengakui kesalahan. Orang yang siap dan mau mengakui
kesalahannya menjadi salah satu ciri orang yang mempunyai sifat syaja’ah atau berani. Seperti
yang kita tahu bahwa mengakui kesalahan memang tidak mudah.
Terkadang, kita takut dikucilkan, takut dibenci orang lain, atau cemas akan pandangan orang
lain karena kesalahan yang diperbuat. Padahal, mengakui kesalahan diri sendiri sangatlah
menguntungkan. Karena mereka dapat melihat kesalahan dalam diri dan segera memperbaikinya.

5. Al-Inshafu Min Adz-Dzati


Al-Inshafu Min Adz-Dzati artinya bersikap objektif pada diri sendiri. Orang yang memiliki
sifat syaja’ah akan menilai dirinya secara objektif dan juga meyakini bahwa dirinya mempunyai
kekurangan dan juga kelebihan.

6. Milku An-Nafsi Inda Al-Ghadhabi


Milku An-Nafsi Inda Al-Ghadhabi artinya menguasai diri ketika marah. Salah satu ciri orang
yang mempunyai sifat syaja’ah yaitu memiliki ketangguhan dalam melawan hawa nafsu dan juga
amarah. Walaupun dalam kondisi yang emosi, mereka akan tetap bisa berpikir jernih.

2.4 Bentuk-Bentuk Keberanian


Keberanian tak hanya bisa ditunjukkan dalam peperangan saja, tapi juga dalam berbagai macam
aspek kehidupan. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Quran dan Sunnah, yaitu:

1. Keberanian Jihad di Jalan Allah SWT


Sebagai umat muslim, kita harus berani maju untuk berperang dalam membela kebenaran
hingga menang atau mati syahid. Hal tersebut sudah tertuang di dalam Surat Al-Anfal/8:15-16,
yang artinya:
“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang kafir yang sedang
menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang
membelakangi mereka di waktu itu (mundur), kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau
hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali
dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. Dan amat
buruklah tempat kembalinya”.

Rasulullah juga sudah mencontohkan hal tersebut dalam perang Badar, yakni dengan pasukan
300 orang yang berani menghadapi lawan dengan jumlah tiga kali lipas, yakni sekitar 1000 orang
dan ternyata Rasulullah bersama dengan para sahabatnya berhasil mencapai kemenangan.

2. Keberanian dalam Menyatakan Kebenaran


Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

“Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang zalim”.
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

3. Keberanian untuk Mengendalikan Diri dari Emosi

2.5 SUMBER KEBERANIAN


Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai keberanian,
antara lain:

1. Rasa Takut kepada Allah SWT


Selama seseorang itu masih yakin bahwa yang dilakukannya berlandaskan perintah Allah
SWT, maka orang tersebut memiliki sikap tidak takut kepada siapapun, kecuali dengan Allah
SWT. Jika ada yang membuatnya merasa takut, maka ia harus yakin bahwa Allh SWT adalah
sebaik-baiknya penolong dan pelindung.
“Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.
(QS. Ali-Imran : 173)

2. Lebih Mencintai Akhirat Dibandingkan Dunia dan Seisinya


Perlu kita pahami bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir, tapi hanya sebagai jembatan menuju
akhirat. Seorang muslim tidak akan merasa ragu meninggalkan dunia, asal Ia mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.

3. Tidak Takut akan Mati


Jika ajal sudah menjemput, maka tidak ada yang bisa mencegah atau lari darinya. Kematian
merupakan sebuah kepastian dan setiap orang yang hidup pasti akan mati. Seorang muslim tidak
akan takut dengan kematian, apalagi mati syahid.
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh…”. (QS. An-Nisa :78)
4. Tidak Ragu-ragu
Salah satu yang menyebabkan adanya rasa takut dalam diri yaitu perasaan ragu-ragu. Jika
seseorang merasa ragu dengan kebenaran yang mereka lakukan, pastinya mereka akan
menghadapi risiko. Namun, jika mereka penuh dengan keyakinan, akan muncul keberanian.
Rasulullah SAW sendiri pernah mengajarkan.
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, menuju apa-apa yang tidak meragukanmu”.
(HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

5. Tidak Memprioritaskan Kekuatan Materi


Kekuatan materi memang dibutuhkan dalam perjuangan, namun materi bukanlah segalanya,
Allah lah yang menentukan segala sesuatunya. Jadi, jangan pernah menomorsatukan kekuatan
materi.

6. Tawakal dan Yakin dengan Pertolongan Allah SWT


Orang-orang yang berjuang untuk kebenaran tidak akan pernah merasa takut, karena setelah
berusaha dengan keras, maka mereka akan bertawakal dan memohon pertolongan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Islam tidak menyukai orang yang lemah/penakut. Orang yang lemah/penakut biasanya tidak
berani untuk mempertahankan hidup sehingga gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya
karena takut dikucilkan dari lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang
atau takut untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.
Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja’ah. Syaja’ah menurut bahasa artinya berani.
Sedangkan menurut istilah syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat diartikan
keberanian yang berlandaskan ke benaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.
Keberanian (syaja’ah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah ke menangan dalam
keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi muslim saat mengemban tugas bila ingin
meraih kegemilangan. Semangat keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan
gentar sedikit pun. Allah Swt. berfirman:Pengertian Syajaah dan Pentingnya Syajaah dalam
Islam
Syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah syajaah adalah keteguhan hati kekuatan
pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Jadi
syaja’ah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan di lakukan dengan penuh
pertimbangan.

3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan baik bentuk maupun
isinya. Maka dari itu, kami menyarankan kepada pembaca agar memberi saran demi perbaikan
makalah selanjutnya. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan menambah ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/sifat-syajaah/:

https://www.smktarunabangsa.sch.id/artikel/detail/pengertian-syajaah-dan-pentingnya-syajaah-
dalam-pandangan-islam

Anda mungkin juga menyukai