Anda di halaman 1dari 7

ِ ‫شَجَاعَةََالني‬

َ‫َّبي‬
8
ِ ‫اَّللِ ﷺ قَلِيل الْ َك ََلِم قَلِيل ا ْْل ِد‬ ِ ٍ َ‫َع ْن َس ْع ِد بْ ِن ِعي‬
،‫يث‬ َ َ َ ‫ول ه‬ ُ ‫ « َكا َن َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ال‬‫اض الث َُّم ِي‬
)َ‫(رَواهََاَلَصَبَهَ يان‬ ِ ‫َش يِد الن‬
َ »‫هاس ََبْ ًسا‬ َ ‫ َوَكا َن ِم ْن أ‬،‫فَلَ هما أ ُِمَر ِِبلْ ِقتَ ِال تَ َش همَر‬
Sa’ad bin Iyadh Ats-Tsumali berkata: "Sesungguhnya Rasûlullâh ‫ ﷺ‬sedikit berbicara.
Ketika diperintahkan untuk berperang, beliau menyingsingkan lengan baju (siap).
Beliau adalah manusia yang paling banyak mendapatkan cobaan." (HR. Al-
Ashbahani, Akhlaq An-Nabi wa Adabuhu, no. 105)

45
MURRADAT

Untuk berperang : ‫ِِبلْ ِقتَ ِال‬ Sedikit : ‫يل‬ ِ


َ ‫قَل‬
Menyingsingkan lengan baju : ‫تَ َش همَر‬ Bicara : ‫الْ َك ََلِم‬
Manusia paling banyak : ِ ‫َش يِد الن‬
‫هاس‬ َ‫أ‬ Ketika : ‫فَلَ هما‬
Cobaan : ‫ََبْ ًسا‬ Diperintahkan : ‫أ ُِمَر‬

KANDUNGAN HADITS

▪ Secara etimologi kata Syaja’ah berarti keberanian, keperwiraan, kepahlawanan.


▪ Secara terminologi adalah sedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan
pikiran yang jernih serta harapan yang tidak putus. Keberanian tanpa pikiran yang
jernih dan tanpa harapan adalah nekad atau membabi-buta, bukan syaja'ah tapi
tahawwur.
▪ Hakikat keberanian adalah mengekang jiwa dari dorongan-dorongan rasa takut
sehingga manusia tidak takut dalam kondisi-kondisi yang memerlukan keberanian.
▪ Bagi seorang Muslim, Rasûlullâh ‫ ﷺ‬adalah teladan terbaik dalam hal keberanian.
Keberanian Rasûlullâh ‫ ﷺ‬telah teruji dalam situasi dan kondisi apapun; kondisi lemah,
kondisi krisis, kondisi aman, kondisi kuat, hingga kondisi peperangan.

Ayat Al-Quran tentang Syaja’ah:

ِِ ِ
َ ‫َوَل ََتنُوا َوَل ََْتَزنُوا َوأَنْتُ ُم ْاْل َْعلَ ْو َن إِ ْن ُكْن تُ ْم ُم ْؤمن‬
‫ي‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” [QS. Ali Imran: 139]

46
Kisah Syaja’ah Rasul

Dikisahkan dari Ibnu Ishaq, ada seseorang bertanya kepada al-Bara’ bin Azib RA:
“Apakah kalian lari dari sisi Rasûlullâh ‫ ﷺ‬di Perang Hunain?” Al-Bara’ menjawab, “Ya, akan
tetapi Rasûlullâh ‫ ﷺ‬tidak berlari mundur, walaupun orang-orang Hawazin adalah pemanah
handal. Ketika menghadapi mereka, awalnya kami berhasil memukul mundur mereka.
Orang-orang pun berpaling menuju harta rampasan perang. Ternyata, mereka (suku
Hawazin), dengan tiba-tiba menghujani kami dengan anak panah sehingga para sahabat
kalah. Aku menyaksikan Rasûlullâh bersama Abu Sufyan bin Harits yang memegang tali
kendali keledai putih beliau. Beliau meneriakkan, “Aku seorang Nabi tidak berdusta. Aku
putra Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari 2709 dan Muslim 1776).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berpendapat: “Ini adalah puncak keberanian yang
sempurna. Dalam keadaan perang sengit, pasukan tengah terpukul mundur, dan hanya
dengan menunggangi keledai, hewan yang tidak bisa berlari kencang, tidak mampu dipakai
bergerak maju mundur untuk menyerang atau melarikan diri, beliau menerobos musuh
sambil meneriakkan nama beliau, seolah hendak menegaskan “Akulah Nabi putra Abdul
Muthalib yang kalian cari itu.”. Sedikit pun beliau tidak gentar (Tafsir Ibnu Katsir, 2/357).
Kisah keberanian Rasul pun terekam sejarah ketika beliau menentang tokoh-tokoh
Quraisy yang mencela dan menghinanya. Beliau adalah sosok pemimpin terdepan yang
melindungi rakyatnya dari ancaman bahaya, dan menenangkan mereka di saat mereka
takut dan kebingungan. Dalam jihad, beliau berada di garis depan, memimpin para
Sahabat. Pernah kepala beliau terluka sobek dan gigi serinya pecah di perang Uhud.
Itulah sifat pemberani yang ada dalam diri Baginda Nabi ‫ﷺ‬, kalau sudah
menyangkut dakwah dan menegakkan Agama, beliau sama sekali tidak ada rasa khawatir
apalagi rasa takut, karena beliau percaya Allâh akan selalu menjaganya. Sesungguhnya

Allâh ‫ ﷻ‬bersama orang-orang yang berada di dalam jalan kebaikan dan kebenaran.
Rasûlullâh menggabungkan kekuatan iman dengan kekuatan jasmani pada dirinya.
Kekuatan ini kemudian beliau pergunakan dalam ibadah, amal ketaatan, dan usaha optimal
menuju kedekatan kepada-Nya. Beliau adalah teladan bagi umat dalam setiap kebaikan.
Rasûlullâh ‫ﷺ‬ adalah sosok teladan yang begitu sempurna, yang bisa
mengkompromikan dua sifat yang bertentangan. Beliau selain bersifat santun dan lemah
lembut, namun juga memiliki keberanian, selain pemaaf juga memiliki ketegasan, selain
berkasih sayang sekaligus juga seorang pejuang di medan perang.

47
Sumber Syaja’ah

1. Rasa takut kepada Allâh ‫ﷻ‬.

2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia

3. Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.

4. Tidak menomersatukan kekuatan materi.

5. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allâh ‫ﷻ‬.

Ali bin Abi Thalib RA mengatakan, “Betapa dahsyatnya pertempuran di perang badar.
Kami berlindung pada Rasûlullâh ‫ﷺ‬. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh
dan orang yang paling berani menerjang musuh.” (HR. Ahmad no. 619)

Pembagian Syaja’ah

Syaja’ah Harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian
dalam medan tempur di waktu perang.

Syaja’ah Nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan


menegakkan kebenaran.

Faktor Syaja’ah

1. Keberanian hati dan mental (Syaja’ah Qalbiyah).


2. Keberanian akal (Syaja’ah Aqliyah), yang disertai dengan tajamnya analisis,
kejernihan berfikir dan ketepatannya.

48
Bentuk-bentuk Syaja’ah

1. Meminta maaf jika berbuat kesalahan dan berani mengakuinya.

2. Berani memilih sikap atau keputusan apapun yang diridhai Allâh ‫ﷻ‬.
3. Berani mengatakan kebenaran walau ianya pahit.
4. Berani menghadapi hukuman dari sebuah kesalahan.
5. Jangan takut oleh kemarahan manusia, karena itu sama sekali tidak

berbahaya. Namun, takutlah pada kemurkaan Allâh ‫ ﷻ‬yang Maha Dahsyat.


6. Menahan nafsu di saat marah.
7. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri.
8. Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh
perhitungan.

Keutamaan Syaja’ah (Ibnu Miskawih)

1. Berjiwa besar, yaitu sadar akan kemampuan diri dan sanggup


melaksanakan pekerjaan besar yang sesuai dengan kemampuannya.
Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting.
2. Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian
keyakinan dipegangnya dengan mantap.
3. Keras kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa
serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan yang diyakini.
4. Tabah, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya.
5. Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi)
dan tidak lekas marah.
6. Suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar.

49
LATIHAN

Berilah tanda (✓) jika pernyataan benar dan (X) jika pernyataan salah
NO PERNYATAAN َ BENAR SALAH

Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan


1
penuh perhitungan adalah faktor dari Syaja’ah.

Salah satu dari sumber Syaja’ah adalah tawakal dan yakin akan
2
pertolongan Allâh ‫ﷻ‬.

Bersikap obyektif terhadap diri sendiri adalah bentuk dari


3
Syaja’ah yang wajib kita miliki.

Berjiwa besar, tabah dan keras kemauan adalah keutamaan dari


4
Syaja’ah.

Syaja’ah Harbiyyah yaitu keberanian menghadapi bahaya atau


5
penderitaan dan menegakkan kebenaran.

Keberanian Rasûlullâh ‫ ﷺ‬telah teruji dalam situasi dan kondisi apapun; kondisi lemah,
kondisi krisis, kondisi aman, kondisi kuat, hingga kondisi peperangan. Tuliskan ayat Al-
Quran yang berbicara tentang Syaja’ah!

Kisah keberanian Rasul pun terekam sejarah ketika beliau menentang tokoh-tokoh Quraisy
yang mencela dan menghinanya. Tuliskan sumber Syaja’ah yang kamu ketahui!

50
Seorang yang akan sukses adalah seorang yang selalu berani mengambil sikap untuk

memilih apapun yang disukai Allâh ‫ ﷻ‬betapapun dan sebesar apapun risiko yang akan dia
hadapi. Tuliskan bentuk-bentuk Syaja’ah yang kamu fahami!

Walaupun tidak semua orang memiliki keberanian, tetapi ianya adalah sifat terpuji yang
banyak diinginkan orang. Sebutkan keutamaan-keutamaan Syaja’ah yang kamu ketahui!

HASIL EVALUASI SANTRI

KETERANGAN SANGAT LANCAR KURANG TIDAK


LANCAR LANCAR LANCAR
Santri mampu menghafal
hadits
Santri mampu menghafal
mufradat hadits
Santri mampu menjelaskan
kandungan hadits
Mengetahui,

Guru Bidang Study

51

Anda mungkin juga menyukai