Anda di halaman 1dari 54

KEBIJAKAN INTERVENSI

PERDAGANGAN PERTANIAN
Materi Ajar:

1. Pendahuluan
2. Perdagangan Internasional
2.1. Perdagangan Bebas (Tanpa Hambatan Perdagangan)
2.2. Perdagangan Tidak Bebas (Ada Hambatan
Perdagangan)
3. Intervensi Negara Importir :Tarif, Subsidi dan Kuota
4. Intervensi Negara Eksportir : Pajak, Subsidi dan Kuota
5. Hambatan Perdagangan Non Tarif
3.1. Pendahuluan
1. Kebijakan perdagangan internasional adalah
kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,
arah serta bentuk perdagangan internasional;
2. Kebijakan perdagangan merupakan peraturan
perdagangan yang diberlakukan oleh suatu negara
dalam mengatur hubungan perdagangannya dengan
negara lain;
3. Peraturan perdagangan diimplementasikan dalam
berbagai instrumen kebijakan perdagangan;
4. Instrumen kebijakan perdagangan: tarif dan non
tarif.
3.2. Perdagangan Internasional

1. Perdagangan Bebas (tanpa hambatan perdagangan)


2. Perdagangan Tidak Bebas (ada hambatan
perdagangan: tarif dan non tarif)
3. Terjadinya perdagangan internasional:
a. Negara Eksportir adalah negara yang penawaran
domestik > permintaan domestik sehingga terjadi
kelebihan penawaran (excess supply).
b. Negara Importir adalah negara yang penawaran
domestik < permintaan domestik sehingga terjadi
kelebihan permintaan (excess demand).
3.2.1. Perdagangan Bebas (Tanpa Hambatan Perdagangan)
Asumsi: Pasar dunia diwakili oleh dua negara (A dan B) dalam
perdagangan suatu komoditas pertanian
PW PB
PA SA ES
DA DB SB

0
PB
X
0
PW
M
0
PA
ED

0 QA Q 0 QE Q 0 QB Q

Negara A Pasar Dunia Negara B


(Eksportir) (Importir)
Sumber : Kindleberger dan Lindert, 1982; Tweeten, 1992

Gambar 1. Proses Terjadinya Perdagangan


Keterangan:
SA = Penawaran di Negara A
DA = Permintaan di Negara A; PA = harga di Negara A
SB = Penawaran di Negara B
DB = Permintaan di Negara B; PB = harga di Negara B

1. Kondisi Sebelum Terjadi Perdagangan (Autarki)


a. Di Negara A dan Negara B: jumlah penawaran = jumlah
permintaan di pasar domestik;
b. Di Negara A
Harga domestik = 0PA ; SA = DA (pasar seimbang)
Di Negara B
Harga domestik = 0PB ; SB = DB (pasar seimbang)
2. Kondisi Setelah Terjadi Perdagangan
a. Negara A adalah negara yang memiliki kelebihan
penawaran (eksportir), B adalah negara yang memiliki
kelebihan permintaan (importir).
b. Dari negara yang harga jual komoditasnya rendah (PA)
produk akan mengalir ke negara yang harga jual
komoditasnya tinggi (PB) dan keseimbangan harga dunia
(PW)
c. Harga > 0PA  ES = SA – DA  Kelebihan Penawaran
d. Harga < 0 PB  ED = DB – SB  Kelebihan Permintaan
e. Pada keseimbangan harga dunia (PW):
- Jumlah Ekspor negara A sebesar X
- Jumlah Impor negara B sebesar M
- Jumlah X = M = 0QE
3.2.2. Perdagangan Tidak Bebas
(Ada Hambatan Perdagangan)

1. Dalam sejarah perekonomian dunia, beberapa negara


menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (tidak
melakukan perdagangan internasional (X = M = 0)
yang disebut kondisi Autarki.

2. Alasan autarki menghindari pengaruh-pengaruh


negara lain antara lain: faktor politik dan keamanan.
3. Jika melakukan perdagangan maka negara akan
mendapatkan manfaat yaitu dapat meningkatkan
kesejahteraan (gains from trade).
3. Alasan dilakukan hambatan perdagangan adalah
untuk kepentingan perekonomian nasional:

a. Untuk melindungi dan meningkatkan keamanan


nasional;
b. Untuk melindungi industri yang baru berdiri:
Argumen infant industry;
c. Untuk meningkatkan pendapatan pemerintah:
pengenaan tarif ekspor dan impor;
d. Untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran
(keluar masuk devisa): penghematan devisa.
4. Jenis Pembatasan dalam Perdagangan Internasional:
a. Tarif (harga)
Tarif: pembebanan/pengurangan pajak terhadap
barang-barang yang melewati batas suatu negara.
b. Non Tarif (kuantitas)
Kuota:pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang
masuk dan keluar.
Alasan-alasan non tarif lain:
(1) Alasan kesehatan manusia, hewan dan
tumbuhan  Sanitary and Phytosanitary (SPS);
(2) Lingkungan  ecolabelling;
(3) Standarisasi impor  Standar Nasional Indonesia
(SNI).
5. Instrumen kebijakan perdagangan:
a. Tarif (Harga);
b. Subsidi (Harga);
c. Non Tarif (Kuota/kuantitas).
a. Tarif (Harga)
Tarif adalah pajak yang dikenakan untuk suatu
komoditi yang diperdagangkan lintas-batas
territorial. Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada
dua macam tarif, yaitu:
(1) Tarif impor (import tariff);
(2) Tarif ekspor (export tariff).
a.1. Jenis Pungutan Tarif :

(1) Bea ekspor: pajak/bea yang dikenakan terhadap


barang yang diangkut menuju ke negara lain;

(2) Bea transito: pajak/bea yang dikenakan terhadap


barang-barang yang melalui wilayah suatu negara
dengan ketentuan barang tersebut sebagai tujuan
akhirnya adalah negara lain;

(3) Bea impor: pajak/bea yang dikenakan terhadap


barang yang masuk dalam area suatu negara
dengan ketentuan negara tersebut sebagai tujuan
akhir.
a.2. Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada
beberapa jenis tarif, yaitu:
(1) Tarif Ad valorem: bea yang nilainya dinyatakan
dalam persentase dari harga barang yang dikenakan
bea tersebut (% x harga barang);

(2) Tarif spesifik: bea yang nilainya dinyatakan untuk


tiap ukuran fisik dari barang (Rp/unit);

(3) Tarif spesifik ad valorem/campuran: bea yang


merupakan kombinasi tarif spesifik dan tarif ad
valorem. Selain dikenakan tarif spesifik (Rp/unit)
juga dikenakan tarif ad valorem (% x harga barang).
a.3. Alasan pembebanan tarif secara ekonomi dapat
dipertanggungjawabkan diantaranya karena:

(1) Infant industry  melindungi industri-industri yang


sedang tumbuh dari persaingan industri luar negeri
yang lebih besar dan maju;

(2) Diversifikasi  dengan adanya tarif, maka produksi


dalam negeri menjadi lebih beragam, misal: tarif
ekspor CPO agar mendorong pengembangan industri
pengolahan CPO (misalnya: minyak goreng, margarin,
dan biodiesel);

(3) Employment  tarif impor akan meningkatkan


produksi lalu kesempatan kerja menjadi lebih besar;

(4) Anti Dumping  membebankan tarif terhadap barang


yang berasal dari negara yang melakukan dumping.
a.4. Alasan pembebanannya secara ekonomi tidak
dapat dipertanggungjawabkan karena:

(1) To keep money at home  menghemat devisa;

(2) The low wage  negara dengan tingkat upah (biaya


produksi) yang tinggi memberikan tarif terhadap
negara yang memiliki tingkat upah rendah Upah
tenaga kerja di Indonesia relatif murah;

(3) Home market  produsen dalam negeri memiliki


hak terhadap pasar dalam negeri.

CATATAN: Semua grafik yang menunjukkan kebijakan


intervensi perdagangan menggunakan kasus
negara besar (big country assumption).
a.5. Dampak Pemberlakukan Tarif Impor

P P P
(a) (b) (c)
DA SA ES SB
DB

P’w+t a
Pw b c d α
e β 1 2 3 4
P’w
ED

ED-t
0 qp q’p q’c qc Q 0 Q’e Qe Q 0 Qc Q’c Q’p Qp

Negara A Pasar Dunia Negara B


(Importir) (Eksportir)
qc - qp (impor A) = Qp - Qc (ekspor B) = Qe sebelum tarif impor
q’c - q’p (impor A) = Q’p - Q’c (ekspor B) = Q’e setelah tarif impor

Gambar 2. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor (Tweeten, 1992)


Penjelasan Gambar 2:

Tabel 1. Analisis Dampak Pemberlakuan Tarif Impor terhadap


Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir

Perubahan pada Negara Importir Negara Eksportir

Surplus konsumen –a–b-c-d 1


Surplus produsen a -1-2-3-4
Penerimaan Pemerintah c+e ------
Kesejahteraan nasional bersih -b–d+e –2-3-4

Kesejahteraan dunia bersih -b–d–2–4


(karena e = 3)

Catatan : (b+d) = α dan daerah (2+4) = β, maka total Deadweight Loss = α+β
Keterangan Notasi Gambar 2:

Notasi Keterangan
t Tarif impor per unit
Pw Harga dunia sebelum tarif
P’w Harga dunia setelah tarif
P’w+t Harga domestik di A dengan tarif
SA Penawaran di negara A (Importir)
DA Permintaan di negara A (Importir)
SB Penawaran di negara B (Eksportir)
DB Permintaan di negara B (Eksportir)
ED Kelebihan Permintaan di negara A (Importir) = DA – SA
ES Kelebihan Penawaran di negara B (Eksportir) = SB - DB
qc Konsumsi di Negara A sebelum tarif
q’c Konsumsi di Negara A setelah tarif
Qp Produksi di Negara A sebelum tarif
q’p Produksi di Negara A setelah tarif
Qc Konsumsi di Negara B sebelum tarif
Q’c Konsumsi di Negara B setelah tarif
Qp Produksi di Negara B sebelum tarif
Q’p Produksi di Negara B setelah tarif
a.6. Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor
(a) P
(b) (c)
P ESt P

SA DB SB
ES
DA

P’w
f 1 2 3 4
Pw c e
a d
b
P’w-t t

ED

0 qc q’c q’p qp Q 0 Q’e Qe Q 0 Qp Q’p Q’c Qc


Negara A Pasar Dunia Negara B
(Eksportir) (Importir)

qp - qc (ekspor A) = Qc - Qp (impor B) = Qe sebelum pajak ekspor


q’p - q’c (ekspor A) = Q’c - Q’p (impor B) = Q’e setelah pajak ekspor

Gambar 3. Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor (Tweeten, 1992)


Penjelasan Gambar 3:

Tabel 2. Analisis Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor terhadap


Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan
Importir
Negara Eksportir Negara Importir
Perubahan pada
Surplus konsumen a+b –1-2–3-4
Surplus produsen –a-b-c-d-e 1
Penerimaan pemerintah d+f ----
Kesejahteraan nasional –c–e+f –2-3-4
bersih

Kesejahteraan dunia bersih –c–e–2–4


(karena: f = 3)
Keterangan Notasi Gambar 3:
Notasi Keterangan

t Pajak (Tarif) ekspor per unit


Pw Harga dunia sebelum pajak
P’w Harga dunia setelah pajak
P’w+t Harga domestic di A dengan pajak
SA Penawaran di negara A (Eksportir)
DA Permintaan di negara A (Eksportir)
SB Penawaran di negara B (Importir)
DB Permintaan di negara B (Importir)
ES Kelebihan Penawaran di negara A (Eksportir) = SA – DA sebelum pajak
Est Kelebihan Penawaran di negara A (Eksportir) = SA – DA setelah pajak
ED Kelebihan Permintaan di negara B (Importir) = DB – SB
qc Konsumsi di Negara A sebelum pajak
q’c Konsumsi di Negara A setelah pajak
qp Produksi di Negara A sebelum pajak
q’p Produksi di Negara A setelah pajak
Qc Konsumsi di Negara B (importir ) sebelum pajak
Q’c Konsumsi di Negara B (importir ) setelah pajak
Qp Produksi di Negara B (importir ) sebelum pajak
Q’p Produksi di Negara B (importir ) setelah pajak
b. Subsidi (Harga)
b.1. Jenis Subsidi
1. Subsidi impor. Dampaknya adalah penurunan harga barang
impor;
2. Subsidi Ekspor. Dampaknya adalah penurunan harga barang
ekspor;
3. Subsidi langsung produksi (direct production subsidies), misal:
subsidi harga input, harga output, suku bunga, dan subsidi tarif
impor/ekspor. Dampaknya terhadap penawaran domestik (kurva
penawaran bergeser ke kanan bawah sehingga kurva ekses
demand bergeser ke kiri bawah bagi negara importir dan kurva
ekses supply bergeser ke kanan bawah bagi negara eksportir);
4. Subsidi langsung konsumsi (direct consumption subsidies), misal:
subsidi harga output, suku bunga, dan subsidi tarif impor.
Dampaknya terhadap permintaan domestik (kurva permintaan
bergeser ke kanan atas sehingga kurva ekses demand bergeser
ke kanan atas bagi negara importir).
b.2. Tujuan Subsidi
Beberapa contoh tujuan pemberian subsidi:
1. Apabila pemerintah bertujuan menaikkan produksi (beras)
dalam negeri yang menggunakan input impor (pupuk), maka
ditetapkan kebijakan subsidi langsung konsumsi (negara
mengimpor pupuk);
2. Apabila pemerintah bertujuan menaikkan produksi dalam
negeri untuk meningkatkan ekspor, maka ditetapkan kebijakan
subsidi langsung produksi (negara mengekspor CPO) (misal:
subsidi harga pupuk);
3. Apabila pemerintah bertujuan menaikkan produksi (beras)
dalam negeri untuk mengurangi impor beras, maka ditetapkan
kebijakan subsidi (harga pupuk) langsung produksi (negara
mengimpor beras);
4. Adapun penetapan subsidi ekspor dikenakan kepada produk
yang berorientasi ekspor, namun seharusnya produk yang
diekspor merupakan produk yang bernilai tambah lebih besar.
Misal : produk turunan minyak sawit, produk turunan karet,
dan produk turunan kakao.
Penjelasan Gambar 4:

Tabel 3. Analisis Dampak Pemberlakuan Subsidi Impor


terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara
Eksportir dan Importir
Perubahan pada Negara Importir Negara Eksportir
Surplus Konsumen a+b+c -1-2
Surplus Produsen -a-b 1+2+3
Penerimaan Pemerintah -b-c-d-f-g-h -
Kesejahteraan Nasional bersih -b-d-f-g-h 3
Kesejahteraan Dunia -b-d-2-4
(karena : f+g+h = 2+3+4)
Keterangan Notasi Gambar 4:
Simbol Keterangan
Su Spesifik subsidi impor oleh importer A per unit
Pw Harga dunia sebelum subsidi

P’w Harga dunia setelah subsidi

P’w-su Harga yang dihadapi produsen dan konsumen di Negara A dengan subsidi
SA Penawaran di negara A (Importir)
DA Permintaan di negara A (Importir)
SB Penawaran di negara B (Eksportir)
DB Permintaan di negara B (Eksportir)
ED Kelebihan Permintaan di negara A (Importir) sebelum subsidi impor = DA – SA

ED + su Kelebihan Permintaan di negara A (importir) setelah Subsidi impor

ES Kelebihan Penawaran di negara B (Eksportir) = SB - DB


qc Konsumsi di Negara A sebelum subsidi

q’c Konsumsi di Negara A setelah subsidi

qp Produksi di Negara A sebelum subsidi


q’p Produksi di Negara A setelah subsidi

Qc Konsumsi di Negara B sebelum subsidi


Q’c Konsumsi di Negara B setelah subsidi

Qp Produksi di Negara B sebelum subsidi

Q’p Produksi di Negara B setelah subsidi


b.4. Dampak Pemberlakuan Subsidi Ekspor
(a) (b) (c)
P P P

SA ES DB SB
DA ESsu
P’w+su
c
ab d
Pw
h g f e 1 2 4
3
P’w

ED

0 q’c qc qp q’p Q 0 Qe Q’e Q 0 Q’p Qp Qc Q’c


Negara A Pasar Dunia Negara B
(Eksportir) (Importir)

qp - qc (ekspor A) = Qc - Qp (impor B) = Qe sebelum subsidi ekspor


q’p - q’c (ekspor A) = Q’c - Q’p (impor B) = Q’e setelah subsidi ekspor

Gambar 5. Dampak Pemberlakuan Subsidi Ekspor (Tweeten, 1992)


Penjelasan Gambar 5:

Tabel 4. Analisis Dampak Pemberlakuan Subsidi Ekspor


terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara
Eksportir dan Importir

Perubahan pada Negara Eksportir Negara Importir

Surplus konsumen -a-b 1+2+3


Surplus produsen a+b+c -1-2
Penerimaan pemerintah –b - c - d - e - f - g --------
Kesejahteraan nasional bersih –b - d - e - f - g 3

Kesejahteraan dunia bersih -b–d–2–4


(karena: 2 + 3 + 4 = e + f + g)
Keterangan Notasi Gambar 5:
Notasi Keterangan

su Spesifik subsidi ekspor oleh eksportir A per unit


Pw Harga dunia sebelum subsidi
P’w Harga dunia setelah subsidi
P’w+su Harga domestic di A setelah subsidi
SA Penawaran di negara A (Eksportir)
DA Permintaan di negara A (Eksportir)
SB Penawaran di negara B (Importir)
DB Permintaan di negara B (Importir)
ES Kelebihan Penawaran di negara A (Eksportir) = SA – DA sebelum subsidi ekspor
ESsu Kelebihan Penawaran di negara A (Eksportir) = SA – DA setelah subsidi ekspor

ED Kelebihan Permintaan di negara B (Importir) = DB – SB


qc Konsumsi di Negara A sebelum subsidi
q’c Konsumsi di Negara A setelah subsidi
qp Produksi di Negara A sebelum subsidi
q’p Produksi di Negara A setelah subsidi
Qc Konsumsi di Negara B (importir ) sebelum subsidi
Q’c Konsumsi di Negara B (importir ) setelah subsidi
Qp Produksi di Negara B (importir ) sebelum subsidi
C. Non Tarif (Kuota/kuantitas)
C.1. Jenis Kebijakan Perdagangan Non Tarif:
1) Kuota Impor;
2) Kuota Ekspor;
3) Standardisasi, karantina, SPS (Sanitary and Phytosanitary);
4) Lingkungan (misal: ecolabelling);
5) Isu-Isu HAM;
6) Tuduhan dumping dan tindakan safeguard
7) dan sebagainya.

C.2. Kuota impor


Jenis kuota impor:
a. absolute/unilateral quota: nilai kuota yang besar kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara
lain
b. Negotiated/bilateral quota: nilai kuota yang besar kecilnya
ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih
c. Tariff quota: gabungan antara tarif dan kuota
d. Mixing quota: membatasi penggunaan bahan mentah yang
diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir
C.3. Dampak Kuota Impor:
menyebabkan barang yang diimpor akan berkurang di
pasar dalam negeri, sedangkan permintaan relatif
tetap. Akibatnya harga di dalam negeri menjadi
lebih tinggi dari pasar dunia, sehingga akan
menimbulkan monopoly profits.
Yang menikmati monopoly profits tergantung dari:
1. Apabila eksportir dan importir terpisah dan mereka
saling bersaing di pasar dan tidak ada sistem lisensi
maka harga impor akan sama dengan harga di pasar
dunia.
2. Apabila importir memiliki lisensi impor, maka seluruh
keuntungan akan dinikmati oleh importir.Begitu pula
dengan eksportir.
3. Apabila pemerintah mengadakan lelang untuk lisensi
impor, maka keuntungan ada pada pemerintah dan
pemegang lisensi impor.
C.4. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor
(a) (b) (c)
P P P
S’A
DA ES SB
SA
DB

P’d
Pw a b cd
x e y 1 2 3 4
P’w

ED’ ED

0 qp q’p q’c qc Q 0 Q’e Qe Q 0 Qc Q’c Q’p Qp

Negara A Pasar Dunia Negara B


(Importir) (Eksportir)

qc - qp (impor A) = Qp - Qc (ekspor B) = Qe sebelum kuota impor


q’c - q’p (impor A) = Q’p - Q’c (ekspor B) = Q’e setelah kuota impor

Gambar 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor (Tweeten, 1992)


Penjelasan Gambar 6:

Tabel 3. Analisis Dampak Pemberlakuata Kuota Impor terhadap


Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir

Perubahan pada Negara Importir Negara Eksportir

Surplus konsumen –a-b-c-d 1


Surplus produsen a -1-2-3-4
Penerimaan Kuota b+e --------
Kesejahteraan nasional bersih -c – d + e –2-3-4
Kesejahteraan dunia bersih -c–d–2–4
(karena: e = 3)
Keterangan Notasi Gambar 6:
Notasi Keterangan
Pd = P w Harga domestik sama dengan harga dunia sebelum kuota impor
Pd’ Harga domestik setelah kuota
P’w Harga dunia setelah kuota
Q’e Kuota impor (y-x) jarak horizontal antara SA dan SA’ di Negara A
SA Penawaran di negara A (Importir)
DA Permintaan di negara A (Importir)
SB Penawaran di negara B (Eksportir)
DB Permintaan di negara B (Eksportir)
ED Kelebihan Permintaan di negara A (Importir) = DA – SA
ED’ Kelebihan Permintaan di Negara A (importir) setelah kuota
ES Kelebihan Penawaran di negara B (Eksportir) = SB - DB
qc Konsumsi di Negara A sebelum kuota
q’c Konsumsi di Negara A setelah kuota
qp Produksi di Negara A sebelum kuota
q’p Produksi di Negara A setelah kuota
Qc Konsumsi di Negara B sebelum kuota
Q’c Konsumsi di Negara B setelah kuota
Qp Produksi di Negara B sebelum kuota
Q’ Produksi di Negara B setelah kuota
(2) Kuota ekspor

Tujuan pembatasan jumlah ekspor:


1. Mencegah barang-barang yang penting jatuh/berada pada
pihak lain
2. Menjamin ketersediaan barang di dalam negeri dengan
proporsi yang cukup
3. Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga
untuk mencapai kestabilan harga
4. Biasanya dikenakan pada bahan mentah yang merupakan
barang perdagangan penting
Tabel 3. Analisis Dampak Pemberlakuata Kuota Impor terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir

Perubahan pada\ Negara Importir Negara Eksportir

Surplus konsumen – (a + b + c + d) 1
Surplus produsen a - (1 + 2 + 3 + 4)
Penerimaan Kuota b+e --------
Kesejahteraan nasional bersih -c – d + e – (2 + 3 + 4)

Kesejahteraan dunia bersih -c–d–2–4

Catatan : daerah e pada Gambar 4(a) sama dengan daerah 3 pada Gambar 4(c)
C.5. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor
(a) (b) (c)
P P P
ES’
SA DB SB
ES
DA DA’

P’w x y
e 1 2 3 4
Pw=Pd
a d
b c
P’d

ED

0 qc q’c q’p qp Q 0 Q’e Qe Q 0 Qp Q’p Q’c Qc

Negara A Pasar Dunia Negara B


(Eksportir) (Importir)

qp - qc (ekspor A) = Qc - Qp (impor B) = Qe sebelum kuota ekspor


q’p - q’c (ekspor A) = Q’c - Q’p (impor B) = Q’e setelah kuota ekspor

Gambar 7. Dampak Kuota Ekspor (Tweeten, 1992)


Penjelasan Gambar 7:

Tabel 4. Analisis Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor


terhadap Kesejahteraan Masyarakat di
Negara Eksportir dan Importir

Perubahan pada Negara Eksportir Negara Importir


Surplus konsumen a+b –1-2-3-4
Surplus produsen –a-b-c-d 1
Penerimaan kuota c+e --------
Kesejahteraan nasional bersih –d+e –2-3-4

Kesejahteraan dunia bersih –d–2–4


(karena: e = 3)
Keterangan Notasi Gambar 7:
Notasi Keterangan
Pd = Pw Harga domestik sama dengan harga dunia sebelum kuota ekspor
Pd’ Harga domestik setelah kuota
P’w Harga dunia setelah kuota
Q’e Kuota ekpor (y-x) jarak horizontal antara DA dan DA’ di Negara A
SA Penawaran di negara A (Eksportir)
DA Permintaan di negara A (Eksportir)
SB Penawaran di negara B (Importir)
DB Permintaan di negara B (Importir)
ED Kelebihan Permintaan di negara B (Importir) = DB – SB
ES Kelebihan Penawaran di negara A (Eksportir) = SA - DA
ES’ Kelebihan Penawaran di Negara A (Eksportir) setelah kuota
qc Konsumsi di Negara A sebelum kuota
q’c Konsumsi di Negara A setelah kuota
qp Produksi di Negara A sebelum kuota
q’p Produksi di Negara A setelah kuota
Qc Konsumsi di Negara B sebelum kuota
Q’c Konsumsi di Negara B setelah kuota
Qp Produksi di Negara B sebelum kuota
Q’p Produksi di Negara B setelah kuota
Hambatan Non Tarif Lainnya
1. Pembatasan ekspor secara “sukarela”
(Voluntary Export Restraints /VER)
2. Dumping
3. Kartel Internasional
4. Aneka Standar & Ketentuan Teknis,
Administratif & Berbagai Macam
Peraturan Lainnya yg Menghambat
Perdagangan (Impor)
1. Pembatasan ekspor secara “sukarela”
(Voluntary Export Restraints /VER)
a. Negara pengimpor mendorong negara lain untuk
mengurangi ekspornya “secara sukarela”.
b. Umumnya permintaan dibarengi dgn ancaman bahwa
negara pengimpor tsb akan melakukan hambatan
perdagangan yg lebih kejam
c. Alasannya  impor tsb dikhawatirkan akan
melumpuhkan sektor ttt dlm perekonomian domestik
d. Contoh : AS memaksa perusahaan-perusahaan otomotif
Jepang agar mengurangi ekspornya ke US
e. VER kurang efektif dlm mengurangi arus impor
dibandingkan dgn kuota impor
f. VER umumnya dilaksanakan atas permintaan negara
pengimpor & disepakati oleh negara pengekspor untuk
mencegah pembatasan perdagangan lainnya yg lebih
ketat
g. VER mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan
legal yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan
perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun
belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi,
pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota
impor dimana lisensi diberikan kepada pemerintah
asing dan karena itu sangat mahal bagi negara
pengimpor.

h. VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor


dibandingan dengan tariff yang membatasi impor
dengan jumlah yang sama. Bedanya apa
yang menjadi pendapatan pemerintah dalam
tariff menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam
VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan
kerugian.
i. Contoh VER :
(Multifiber Arrangement , MFA) yakni suatu kesepakatan
yg membatasi ekspor tekstil dr 22 negara ke AS.
Kesepakatan-kesepakatan pengekangan sukarela
multilateral dikenal dgn  OMA : Orderly Marketing
Agreement (kesepakatan pengaturan pemasaran
secara tertib)
2. Dumping
a. Dumping  ekspor dr suatu komoditi dgn harga
jauh dibawah pasaran/ penjualan suatu komoditi
ke LN dgn harga yg jauh lebih murah dibandingkan
dgn harga penjualan domestik
b. Dumping diklasifikasikan mjd 3 golongan, yaitu :
1) Dumping terus menerus  kecenderungan
terus-menerus dr sebuah perusahaan
monopolis domestik untuk memaksimalkan
total keuntungannya dgn menjual suatu
komoditi dgn harga yg lebih tinggi di pasaran
domestik, sedangkan harga yg dipasangnya
untuk pasar-pasar diLN sengaja dibuat lebih
murah.
2) Diskriminasi harga yg bersifat predator 
praktek penjualan komoditi di bawah harga atau
dgn harga yg jauh lebih murah ketimbang harga
domestiknya.
Istilah ini dipakai pada ekspor dengan harga rendah
dengan tujuan mendepak pesaing dari pasar,
dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli di
pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari
dumping jenis ini adalah matinya perusahan-
perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Retriksi perdagangan untuk mengimbangi praktek


dumping predator dianggap sbg suatu hal yg sah &
dibenarkan. Hal itu bertujuan melindungi industri2
domestik dr tekanan persaingan yg tdk jujur dr
pihak LN.
3) Dumping sporadis  Penjualan suatu komoditi di
bawah harga atau penjualan komoditi itu ke LN
dgn harga yg sedikit lebih murah dibandingkan
harga domestik.
Dumping sporadis biasanya masih ditolerir.
c. Dumping merupakan salah satu dari strategi dalam
merebut persaingan pasar luar negeri yaitu dengan
cara diskriminasi harga.
d. Diskriminasi harga, dilakukan dengan, ada tiga alasan
yaitu
1) untuk mengembangkan pasar, dengan cara
memberikan insentif melalui pemberlakukan harga
yang lebih rendah kepada pembeli pasar yang
dituju.
2) adanya peluang, pada kondisi pasar yang
memungkinkan penentuan harga secara lebih
leluasa, baik di dalam pasar ekspor maupun impor.
3) untuk mempersiapkan kesempatan bersaing dan
pertumbuhan jangka panjang yang lebih baik
dengan cara memanfaatkan strategi penetapan
harga yang lebih baik dan progresif.
e. Umumnya motif suatu negara pengekspor yang
melakukan dumping adalah merebut pangsa pasar
bagi produknya di negara-negara tujuan ekspor.
Ketika harga barang yang diekspor lebih rendah
dari harga barang yang sama di negara tujuan
ekspor maka tentunya ini akan menguntungkan
negara pengeskpor karena secara rasional
produknya akan digemari di negara luar negeri
dan ini akan memberikan multiplier yang positif
dan besar bagi perekonomian negara pengekspor.
f. Praktek dumping merupakan praktek perdagangan
yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek
dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia
usaha atau industri barang sejenis dalam negeri.
g. Dengan terjadinya banjir barang-barang dari
pengekspor yang harganya jauh lebih murah akan
mengakibatkan barang sejenis yang diproduksi di
dalam negeri kalah bersaing, sehingga akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis tersebut, yang diikuti
dampak negatif lain seperti pemutusan hubungan
kerja massal, pengganguran dan bangkrutnya industri
barang sejenis dalam negeri.
3. Kartel Internasional
a. Kartel internasional  sebuah organisasi produsen
komoditi ttt dr berbagai negara (atau organisasi yg
menghimpun pemerintahnya).
b. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya juga
mengendalikan ekspor komoditi tsb dgn tujuan
memaksimalkan atau menigkatkan total keuntungan
mereka.
c. Kartel internasional yg paling berpengaruh sampai
saat ini  Organisasi Negara-negara Pengekspor
Minyak (OPEC, Organization of Petroleum Exporting
Countries). thn 1973-1974 mereka sengaja
membatasi produksi ekspor minyak shg berhasil
melipatgandakan harga minyak mentah (hingga 4X
lipat)
d. Ada beberapa hal yg menentukan berpengaruh
tdknya sebuah kartel internasional terhadap
tingkat output & harga suatu komoditi
1) Sebuah kartel intl akan memiliki peluang yg
lebih besar untuk menentukan harga jika
komoditi yg mereka kuasai tdk memiliki
substitusi setara
2) Peluang tsb akan menjadi lebih besar bila
jumlah produsen, negara atau pihak yg
terhimpun di dlm kartel relatif sedikit
e. OPEC memenuhi kedua syarat pokok tsb shg
mereka begitu kuat & berpengaruh selama
dasawarsa 1970-an
f. Kekuasaan dr sebuah kartel internasional sgt
tergantung pd kemampuannya untuk membatasi
output/ekspor dr masing2 anggotanya  disiplin
semua anggota dlm mematuhi setiap keputusan
kartel mjd sangat penting.

g. Kartel pd dasarnya bersifat tdk stabil & mudah


bubar, namun jika berhasil akan menghimpun
kekuatannya secara efektif, sebuah kartel dpt
berperilaku sbg sebuah perusahaan
monopoli/kertel terpusat.
4. Aneka Standar & Ketentuan Teknis,
Administratif & Peraturan yg Menghambat
Perdagangan (Impor)
a. Kelancaran hubungan perdagangan antarnegara dpt
dipersulit oleh berbagai peraturan teknis, standar
kesehatan yg kaku, prosedur administratif & ketentuan-
ketentuan lainnya.
b. Perkembangan terbaru seperti munculnya desakan untuk
memberlakukan ecolabeling di berbagai negara maju.
Tujuannya untuk meningkatkan pelestarian lingkungan,
namun dampaknya cenderung negatif thdp perdagangan .
c. Persyaratan kandungan lokal yg tdk menciptakan
penerimaan tambahan bagi pemerintah atau rente
seperti yg diberikan kuota, melainkan selisih antara
harga impor & harga barang domestik yg selanjutnya
mengakibatkan harga rata-rata barang akhirnya lebih
tinggi dibandingkan dgn harga impor & semua kenaikan
harga ini langsung dibebankan kepd konsumen.
e. Cara lain yg dilakukan Pemerintah untuk mempengaruhi
Intensitas Perdagagangan Internasionalnya.

1) Subsidi kredit ekspor dpt berupa pinjaman yg disubsidi


kpd pihak pembeli.
2) Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape barriers)
3) Kebijakan Pengutamaan Produk-Produk dlm Negeri.
Semua pembelian pemerintah /perusahaan2 yg
mendptkan dana dr pemerintah, dpt dipakai sbg
instrument untuk menganak-emaskan barang-barang yg
diproduksi dr dakam negeri.
4) Pajak-pajak perbatasan  suatu pajak tak langsung yg
dibebankan kepd pengekspor (luar tarif) yg dimaksudkan
untuk meringankan kewajiban pajak bagi pihak importir
domestik.
5) Perjanjian-perjanjian komoditi internasional. Misal
Pemberlakuan kurs majemuk.

Anda mungkin juga menyukai