Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Dagang dengan Luar Negeri

Membicarakan hal ini, kita harus paham dulu apa itu ekspor,
import, tariff dan quota. Pertama , ekspor terjadi apabila suatu Negara
menjual barang atau jasa ke luar negeri. Ketika pihak asing membayar
apa yang mereka beli maka mengalirlah uang asing ke dalam negeri.
Mengalirnya uang ke dalam negeri terjadi karena dua hal, yakni,
pertama , menjual barang keluar negeri dan mengalirnya uang asing
yang tidak disebabkan oleh kegiatan mengekspor barang, melainkan
hanya berupa mengalirnya uang asing saja ke dalam negeri.

Ekspor dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, relative prices


yaitu perbandingan harga suatu produk antara didalam dan luar negeri.
Kegiatan seperti dinyatakan sebagai PW/ PD. PW adalah world
price(harga barang tersebut diluar negeri) dan PD adalah domestic
price(harga barang tersebut di dalam negeri).

Kedua, exchange rate ( nilai tukar mata uang) yang dinyatakan


CD/CW , dengan CD adalah domestic currency (mata uang dalam
negeri) dan CW adalah world current (mata uang asing). Semakin
tinggi CD/CW, semakin murahlah harga barang-barang dalam negeri
pandangan orang asing. Keadaaan seperti ini tentu akan mendorong
orang asing membeli barang dalam negeri lebih banyak, atau
mendorong ekspor, begitu pula sebaliknya.

Ketiga, world income atau pendapatan nasional atau GNP Negara


asing. Ekspor sesuatu ditentukan oleh GNP Negara asing. Semakin
tinggi GNP mereka, maka semakin besar pulalah kemungkinan mereka
membeli produk kita di dalam negeri, begitu pula sebaliknya.
Demikian, bukan ekspor yang ditentukan oleh GNP melainkan, ekspor
yang menentukan besarnya GNP Negara itu sendiri. Maka ekspor
dinyatakan sebagai perubahan eksogen atau X0 ≠ f (Y), dimana X0
adalah ekspor.
Selanjutnya impor, impor terjadi apabila sebuah Negara membeli
barang atau jasa dari Negara lain. Dari kegiatan ini, maka Negara
pengimpor tentu harus memebayar barang atau jasa yang dibelinya itu
kepada pihak asing, sehingga, karena itu, terjadilah aliran uang dari
dalam negerti ke luar negeri.

Kegiatan yang menyebabkan adanya impor ada dua yaitu, membeli


produk asing, sehingga terjadi aliran uang ke luar negeri dan aliran
uang le luar negeri yang terjadi bukan karena membeli produk luar
negeri.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi impor, yang pertama adalah


relative prices atau perbandingan antara harga suatu barang didalam
dan diluar negeri. Apabila (PW/PD ) < 1, berarti harga barang tersebut
diluar negeri lebih murah daripada harganya di dalam negeri. Hal ini
tentu akan menyemangati orang untuk membeli barang tersebut dari
luar negeri , atau, dengan kata lain akan medorong impor. Begitu pula
sebaliknya ketika (PW/PD) > 1.

Hal kedua yang memengaruhi impor adalah exchange rates atau


nilai tukar mata uang. Semakin tinggi CD/CW , maka harga barang-
barang luar negeri akan terasa semakin mahal, sehingga akan
mengurangi, atau bahkan menghilangkan, keinginan orang
membelinya. Begitu pula sebaliknya ketika CD/CW semakin tinggi.

Jika negara A membeli barang pada Negara B maka Negara itu


harus memilih untuk membayar menggunakan uang mereka atau
menggunakan uang Negara B. Apabila mereka membayar dengan uang
mereka, maka uang mereka akan beredar lebih banyak di Negara A,
dan itu akan menyebabkan meningkatnya penawaran uang Negara A di
Negara B sehingga nilai tukarnya CD/CW turun terhadap uang Negara
A. Jika mereka membayar dengan uang Negara A maka akan
menyebabkan naiknya permintaan akan rupiah dan akibat selanjutnya
adalah naiknya harga Negara A yakni nilai tukar naik terhadap uang
Negara B.

Sementara itu, perubahan nilai tukar tidak hanya disebabkan oleh


kekuatan ekspor dan impor saja , tetapi bisa saja karena keputusan
pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan. Seperti, kebijakan
devaluasi yaitu keinginan untuk mendorong ekspor. Dengan turunnya
nilai tukar mata uang dalam negeri yang disengaja oleh pemerintah,
agar harga barang-barang dalam negeri akan terasa lebih murah dalam
pandangan orang asing. Hal ini akan mendorong orang asing untuk
membeli barang dalam negeri, sehingga dengan demikian naiklah
ekspor.

Sebaliknya, kebijakan revaluasi yaitu menaikkan nilai tukar mata


uang dalam negeri terhadap nilai mata uang asing dengan keinginan
untuk mendorong impor. Dengan terjadinya revaluasi itu, maka para
pengimpor dalam negeri akan merasa harga barang-barang asing lebih
murah, dan hal ini akan merangsang para pengimpor untuk membeli
lebih banyak barang dari luar negeri.

Hal ketiga yang memengarui impor adalah GNP. Naik turunnya


GNP sama artinya dengan naik turunnya kekayaan bangsa. Semakin
besar GNP akan semakin besarlah kemampuan mengimpor barang dan
jasa, dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dapatlah
hubungan tersebut dinyatakan sebagai M = f(Y), yakni impor (=M)
merupakan fungsi dari (atau tergantung pada) GNP (=Y).

Purchasing Power Parity

Ada beberapa teori yang membicarakan mengenai terbentuknya


nilai tukar antarnegara. Salah satu yang palinh popular adalah teori
kesamaan daya beli (purchasing power atau ppp). Teori ini
dipopulerkan Gustave Cassel dan diperkenalkan oleh David Ricardo.

1. Teori Kesamaan Daya Beli Mutlak


Teori purchasing power paraty didasarkan pada hukum satu
harga, atau the talw ofone price, yang menyatakan bahwa harga
komoditas yang sama di dua Negara yang berbeda akan sama jika
dinilai dengan mata uang yang sama. Hubungan tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut: PT = (BD/TL) ×PB. PT adalah harga
sekelompok barang dan jasa di Negara A, PB adalah harga
sekelompok barang dan jasa yang sama di Negara B, dan BD/TL
adalah nilai tukar uang A terhadap uang B.
Persamaan diatas menyatakan kesamaan daya beli mutlak ,
karena hubungan itu tetap demikian, berapapun nilai uang A/B
tanpa memperhatikan hal-hal lain yang mungkin dapat
mempengaruhi persamaanitu, seperti inflasi, biaya angkut dan
sebagainya. Dengan ditulis (BD/TL) = (PT/PB) yang menyatakan
bahwa perbandingan nilai mata uang di kedua negara sama dengan
perbandingan sejumlah output yang sama di kedua Negara ini.
Dengan menggunakan persamaaan diatas, maka nilai tukar kedua
mata uang itu adalah (BD/TL) = TL5/BD, dalam menyatakan
verbal, biasa pula pernyataan tersebut dibalik sehingga menjadi
BD/TL = BD1/TL5
2. Teori Kesamaan Daya Beli Relatif
Misalkan kedua Negara mengalami inflasi, masing-masing 7% di
Negara A dan 4% di Negara B. Maka niali tukar kedua mata uang
mereka menjadi:
1. Harga sebuah barang di Negara A menjadi BD 1(1+7%) = BD
1,07 dan
2. Harga sebuah barang di negara B menjadi TL 5(1+4%0 = TL
5,2.

Keadaan baru ini menyebabkan nilai tukar berubah menjadi

BD/TL = TL5,2 / BD1,07 atau BD/TL = TL4,86 / BD1


Tarif dan Kuota

Tarif atau bea adalah pajak atau custom duties yang dibebankan
terhadap barang-barang yang melintasi batas suatu Negara. Dilihat
dari objek yang dibebani tariff, maka kita mengenal tiga macam
tariff, yakni

a. Bea ekspor atau tariff ekspor (export duties), yakni bea atau
pajak yang dikenakan kepada barang yang diangkut ke Negara
lain. Dengan kata lain, tariff ekspor adalah pajak untuk barang-
barang yang keluar dari custom area Negara yang memungut
pajak/ custom area adalah wilayah yang didalamnya barang-
barang bebas bergerak tanpa dikenai tariff oleh pabean. Batas
custom area ini pada dasarnya sama dengan batas wilayah
Negara.
b. Bea transito atau tariff transito (transit duties), yakni pajak atau
bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui
wilayah suatu Negara yang bukan tujuan akhir pengiriman
barang-barang tersebut.
c. Bea impor atau tariff impor, yakni pajak atau bea yang
dikenakan terhadap barang-barang yang masuk ke dalam
custom area suatu Negara yang merupakan tujuan akhir
pengiriman barang-barang tersebut.

Kuota adalah kebijakan pembatasan secara fisik terhadap barang-


barang ekspor atau impor. Dengan demikian, kita mengenal

a. Kuota ekspor yakni pembatasan jumlah fisik barang-barang


yang boleh di ekspor
b. Kuota impor yakni pembatasan jumalh fisik barang-barang
yang boleh diimpor

Di dalam perdagangan internasional dikenal adanya tiga macam


kuota, yakni:
a. Absolute quota atau unilateral quota, yakni pembatasan yang
dilakukan oleh suatu Negara secara sepihak, tanpa melalui
persetujuan Negara partner dagang.
b. Negotiated quota atau bilateral quota, yakni kuota yang
ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan Negara atau negar-
negara lain.
c. Quota tariff atau tariff kuota, yakni gabungan antar tariff dan
kuota.

Hubungan antara impor dan GNP itu ditentukan oleh hasrat


mengimpor marginal yang besarnya adalah MPM= ∆M/∆Y, yakni
MPM menunjukkan bagian dari tambahan GNP yang dipakai untuk
menambah impor barang dan jasa. Jika kemudian MPM itu diberi
notasi m, maka bentuk hubungan antara GNP dan impor adalah
M= M0 + mY, dengan M0 menunjukkan besarnya impor otonom,
yakni nilai impor yang tidak didukung dan tidak pula dipengaruhi
oleh GNP.
Pendekatan AS=AD:

Y =C + I0 + G0 + (X0-M) karena

C = A + bY – bT0 dan

M = M0 + mY

Menghitung besarnya angka pengganda untuk perekonomian


terbuka dengan melakukakn diferensiasi.

1) Angka pengganda pajak atau coefficient of tax multiplier


KT0 = -b / (1-b+m)
2) Angka pengganda investasi atau coefficient of investment
multiplier
Kt0 = 1/ (1-b+m)
3) Angka pengganda ekspor atau coefficient of export multiplier
Kx0 = 1/ (1-b+m)
4) Angka pengganda pengeluaran impor
KM0 = 1/ (1-b+m)

Didalam perekonomian tiga sektor, keseimbangan moneter tercapai


apabila: S + T = I + G

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa leakage atau


kebocoran( baik S maupun T adalah perubahan-perubahan
kebocoran) sama dengan injection atu injeksi ( baik I maupun G
adalah perubahan-perubahan injeksi).

Dan maka ketika telah ada ekspor dan impor


persamaaannya menjadi S + T + M = I + G + X dengan injeksi
maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut: (I-S) + (G-T) + (X-
M) = 0 , ini menunjukkan bahwa didalam kondisi keseimbangan
moneter, resource gap (I-S), internal gap (G-T), dan trade gap (X-
M) harus saling mengimbangi sehingga penjumlahan ketiganya
menghasilkan nol.
C. Deflasionary Gap dan Inflasionary Gap

Kita senantiasa menggunakan asumsi bahwa perekonomian


berada dalam keadaan seimbang. Jika persoalan GNP ini
dihubungkan dengan masalah full employment. Keadaaan full
employment adalah suatu keadaan yang merupakan tumpuan
utama teori ekonomi John Maynard Keynes. Keadaaan full
employment adalah suatu keadaan ketika di dalam perekonomian
yang bersangkutan sudah tiada lagi faktor produksi yang
menganggur. Secara teoritis dinyatakan bahwa: N = f(Y) dimana N
= employment Y = GNP

Jika GNP naik, employment (atu kemampuan


perekonomian yang bersangkutan menyerap tenaga kerja ) juga
naik, vice ersa. Mengikuti penjelasan ini dapatlah dipahami bahwa
pada suatu saat tertentu ada suatu tingkat GNP yang menjamin
dicapainya full employment. Tingkat GNP seperti ini disebut full
employment income. Jadi, jika seluruh pengertian diatas
digabungkan, dapatlah disimpulkan bahwa full employment
income adalah tingkat GNP yang menjamin bahwa di dalam
perekonomian yang bersangkutan tidak ada lagi faktor produksi
yang menganggur atau yang bekerja dibawah kapasitas normal.

Sebuah perekonomian mungkin saja telah mencapai


keseimbangan dalam neraca GNPnya tetapi GNP yang dicapainya
itu bukan tingkat full employment income. Dalam keadaan seperti
ini, yakni ketika GNP keseimbangan tidak sama dengan full
employment income, terjadilah deflationary gap dan inflasionary
gap.

Kedua gap ini dapat terjadi di dalam tingkat keseimbangan


GNP yang mana saja. Artinya, gap ini bisa melanja perekonomian
yang GNPnya hanya terbentuk dari dua sektor (keseimbangan dua
sektor dimana Y = C + I), tiga sektor (dimana Y = C+ I+ G) dan
empat sektor (dimana Y = C + I + G +[X-M]).

Deflatonary Gap

Senjangan deflasioner terjadi jika tingkat GNP


keseimbangan lebih kecil dibandingkan dengan tingkat GNP full
employment. Dalam perekonomian dua sktor, deflasionary gap
bukanlah keadaan yang baik diidam-idamkan oleh para pengambil
keputusan di sesuatu Negara.bagaimanapun juga, keadaan yang
sebaik-baiknya adalah keseimbangan. Untuk “mengobati” keadaan
yang tidak seimbang ini, grafik Zitu harus digeser ke atas sehingga
berpotongan dengan garis 45 derajat di titik B.

Inflationary Gap
Inflasionari gap terjadi jika GNP keseimbangan lebih besar
dari pada tingkat full employment GNP. Jadi kebalikan dari
deflationary gap. Sebagaimana deflasionary gap, inflasionary gap
inipun bukanlah keadaan yang baik. Namun berbeda dengan kasus
deflasionary gap yang jelas bagaimana mengobatinya,

D. Arus Perputaran Pendapatan

Mari kita berjalan sepanjang arus perputaran itu langkah


demi langkah. Anggota rumah tangga konsumen (RTK) bekerja
dirumah tangga bisnis (RTB) dan rumah tangga pemerintah(RTP),
serta menerima upahdari pekerjaannya itu. Rumah tangga
konsumen sebagai pembayaran bagi pekerjaan yang mereka
lakukan. Disamping itu, rumah tangga konsumen juga menerima
dividen dari saham yang mereka miliki. Oleh karena itu, tak sedikit
anggota masyarakat yang menerima pembayaran lain dari
pemerintahan.

Rumah tangga konsumen mengeluarkan uang untuk barang


dan jasa yang mereka beli dari rumah tangga bisnis, serta
membayar pajak kepada pemerintah. Kedua pengeluaran tersebut
merupakan pengeluaran total rumah tangga konsumen. Selisih
antara penerimaan total dan pembayaran total rumag tangga
konsumen itu adalah tabungan ataupun dissaving. Jika penerimaan
lebih besar daripada pembayaran, terjadilah tabungan, jika
sebaliknya, terjadi dissaving.

Rumah tangga bisnis menjual barang dan jasa kepada


konsumen maupun pemerintah. Hasil penjualan ini berupa
penerimaan yang terlihat didalam gambar sebagai aliran masuk ke
rumah tangga bisnis. Rumah tangga bisnis membayar upah,bunga
dan dividen kepada rumah tangga konsumen serta membayar pajak
kepada pemerintah. Semua pembayaran terlihat sebagai aliran ke
luar dari sektor rumah tangga bisnis.

Pemerintah menerima pembayaran pajak dari rumah tangga


bisnis maupun konsumen. Disamping itu, pemerintah juga harus
mengeluaran uang. Pemerintah membeli barang dan jasa dari
rumah tangga bisnis, membayar upah kepada rumah tangga
konsumen, serta membayar pembayaran transfer kepada mereka.
Sama seperti rumah tangga konsumen, pemerintah juga dapat
melakukan tabungan maupuan mengalami dissaving.

Terakhir, rumah tangga konsumen, bisnis, maupun


pemerintah, mengeluarkan pula sebagai dari pendapatan mereka
untuk mengimpor . demikian pula, orang-orang luar negeri
mengeluarkan uangnya untuk ekspor kita kepada mereka.

Kesimpulan arus perputaran pendapatan di atas adalah


bahwa pengeluaran seseorang pastilah merupakan penerimaan
orang lain. Dan penerimaan sesuatu pihak pasti merupakan
pengeluaran pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai