Anda di halaman 1dari 22

Kepribadian Archetype dan Kompetensi

Wirausaha Konteks Indonesia


Latar Belakang
• South-Eastern Asia and the Pacific is expected to show the second-
largest increase in the youth unemployment rate, moving from 11.7
per cent in 2016 to 12.0 per cent in 2017 and reaching 12.2 per cent
in 2018.
• Despite some improvement in 2017, the youth unemployment rate
will remain high in Indonesia

International Labour Office. (2017). Global employement trends for Youth: Paths to a better working
future. Geneva: ILO.
Latar Belakang
• Micro, small and medium-sized businesses are the drivers of new jobs
and behind every enterprise lies the spirit and imagination of an
entrepreneur.
• Entrepreneurship strengthens economic growth and can play a crucial
role in spurring sustainable development and generating decent jobs.

Simpson, J. (2014). Fostering Future Entrepreneurs: Encouraging Entrepreneurship for Jobs and
Development. International Labour Organisation, 1–4. Retrieved from
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---emp_ent/---ifp_seed/documents/publicati
on/wcms_175469.pdf
Latar Belakang
• Wirausaha adalah individu yang dibutuhkan masyarakat untuk berkembang
dan tumbuh.
• Pengusaha berusaha untuk bekerja lebih dari norma dan pola perilaku yang
sudah ada. Wirausaha yang telah menerima perannya berperilaku kritis dan
dinamis sehingga masyarakat dapat berkembang maju serta dinamis. (Grey
1996)
• Not enough young people see entrepreneurship as a viable employment
option. The Government has established a number of measures to support
private sector growth, yet many young people remain wary to start a
business. Kring S., B. M. (2014). Jobs and skills for youth: review of policies for
youth employment of Indonesia (Vol. 2). Geneva: International Labour Office.
Latar Belakang
• Dalam penelitian yang dilakukan Oleh Nurmalia (2018) dijelaskan bahwa
berdasarkan Global Entrepreneur Monitor Kegiatan Wirausaha adalah
kegiatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni kegiatan wirasusaha
berdasarkan kesempatan
• dilakukan oleh individu-individu mandiri yang mampu melihat peluang
usaha, berinovasi serta meningkatkan nilai tambah.
• kelompok yang lain disebutkan sebagai kelompok kegiatan wirausaha
berdasarkan kebutuhan, biasanya dilakukan oleh individu-individu yang
terpaksa mencari cara untuk mendapatkan penghasilan tanpa mampu
membuat peluang dan inovasi serta tidak memberikan nilai tambah.
Latar Belakang
• Penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan wirausaha berdasarkan
nilai tambah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
dengan mengubah pengetahuan akan kesempatan menjadi kegiatan
wirausaha yang menyerap lapangan pekerjaan dan menyumbangkan
pajak.

• Dari uraian penelitian diatas, nampak bahwa perliaku yang utama


dalam diri wirausaha yang memberikan nilai tambah adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kesempatan
dengan tujuan meningkatkan penghasilan serta kemakmuran
Latar Belakang
• Berikutnya seorang wirausaha sadar bahwa kesempatan harus terus
diraih terlepas dari kondisi sumber daya yang terbatas serta yang
dikuasainya saat ini. Dua hal ini merupakan sebuah perjalanan pribadi
yang harus dilakukan wirausaha. (Innerhoffer, 2018)
• Blanchflower dan Oswald (1998) mendefinisikan pertanyaan
penelitian yang spesifik di bidang penelitian ini yang adalah 'apa yang
membuat seseorang disebut wirausahawan'? hasil kerja mereka
selanjutnya mencatat bahwa 'Jenis kewirausahaan yang paling
sederhana adalah mempekerjakan diri sendiri,
Latar Belakang
• Karena menekankan pada diri sendiri, McClelland, dan Schumpeter dalam
Blanchflower dan Oswald. (1998) menyatakan bahwa satu perspektif
kunci menuju pemahaman ilmiah tentang kewirausahaan adalah
identifikasi dan pemeriksaan mendalam dari karakteristik kepribadian.
• Penelitian meta-analitik yang ada di bidang kepribadian dan wirausaha
telah dibahas oleh Brandstätter (2011).
• Perspektif person-oriented secara holistik yang ada pada bidang
wirausaha membawa kembali ke Gordon Allport salah satu tokoh psikologi
kepribadian, yang menekankan: pendekatan trait yang berdasarkan
psikometri serta fokus pada dimensi sifat, aktivitas, dan kesatuan dari
kepribadian yang utuh
Latar Belakang
• Big Five model misalnya Beugelsdijk (2005) menemukan bahwa individu yang mencari penghidupan
sendiri berbeda kepribadian dengan individu yang menerima upah.
• Obschonka (2017) yang melakukan penelitian terhadap 10.000 responden yang berusia 18-59 tahun
di eropa menemukan adanya dinamika kepribadian yang membuat seseorang menjadi wirausaha.
• menunjukan bahwa model kepribadian dapat menenunjukan intensi dan kepekaan wirausaha dalam
melihat peluang usaha.
• Wang (2016) yang melakukan riset dengan menggunakan 377 sampel mahasiswa di Taiwan juga
menyatakan bahwa kepribadian mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha.
• Kepribadian yang lekat dengan pengusaha juga berhasil dipetakan, yakni openness to experience,
extraversion dan emotional stability. (Caliendo, 2014)
• Bangunan teori kepribadian ini nampaknya sudah kokoh dan dinyatakan oleh Rammstedt (2017)
bahwa survey-survey terkait aspek kepribadian individu secara nasional di Jerman, hampir semua
menggunakan dimensi kepribadian dari Big Five
Latar Belakang
• Kepribadian pengusaha dapat dipahami dari sisi pendekatan
kepribadian yang lain. Zelekha (2018) yang meriset dengan 200
responden wirswasta dan non wiraswasta ditemukan bahwa
attachment orientation dapat membedakan mana yang menjadi
wiraswata dan mana yang tidak.
• Pendekatan kepribadian attachment orientation ini merupakan yang
pertama mencoba meneliti lebih dalam aspek alternative kepribadian
wirausaha selain menggunakan Big five model (Zelekha 2018)
Latar Belakang
• Selain Big Five dan attachment orientation, ada juga pendekatan
kepribadian lain dalam menjelaskan wirausaha dalam masyarakat.
Misalnya dengan pendekatan Archetype. (Grey, 1996)
• Walaupun Archetype sempat diperdebatkan keabsahannya sebagai
sebuah konstruk psikologis, Penelitian dari Wilde (2011) menunjukan
bahwa konsep archetype dari Jung dapat dipertanggungjawabkan
secara sains
Latar Belakang
• Dalam bukunya Innerhoffer (2018) menyatakan Kewirausahaan adalah proses yang
utuh dalam individu menyangkut proses neurologis, sosiologis dan psikologis.
• Karena wirausahawan adalah individu yang menjalankan perannya sebagai fungsi
wirausaha, pertanyaan utama adalah bagaimana seorang wirausahawan
melakukan perjalanannya dengan sukses sebagai wirausaha dapat dijelaskan
secara utuh
• Sanford (2014) menyatakan bahwa keutuhan seseorang yang menjadi wirausaha
yang memimpin usahanya dapat dicerminkan dalam Archetype. Sanford
beranggapan bahwa Archetype adalah sebuah pola paradigma yang
memungkinkan seseorang mengakses sumberdaya yang ada dalam dirinya,
sesuatu yang universal atau sesuatu yang melampaui cara berpikir, bersikap dan
berperilaku
Latar Belakang
• Tokoh lain yang berusaha menjelaskan archetype dalam konteks wirausaha adalah
Kompf (2012)

• seorang wirusahawan ditampilkan sebagai individu yang telah melampaui sebuah


perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian.
• Wirausahawan hanya memiliki sebuah bayangan akan keberhasilan yang ingin dia
tuju tanpa mengetahui apakah perjalanannya berliku dan penuh halangan tanpa
kepastian serta kapan kesulitannya berakhir.
• Wirausahawan yang sukses adalah yang berhasil mengaktifkan archetype dalam
dirinya sehingga dia mampu secara konsisten berjalan melewati krisis dan kekacauan
akibat interaksi antara bayangan akan keberhasilannya dengan realitas dunia.
Latar Belakang
• Kembali dalam konteks kewirausahaan, Pilota (2016) menyatakan bahwa
seorang wirausaha adalah seorang pahlawan (hero) dalam masyarakat
• Wirausawahan melakukan tahapan perjalanan karena dirinya telah berani
memutuskan mengambil jalan yang berbeda dengan kebanyakan orang
• Dalam perjalanannya tersebut dia harus membangun sesuatu yang unik atau
spesial sehingga menciptakan kebutuhan baru yang diinginkan.
• Supaya bisa membangun kekhasan tersebut, seorang wirausahawan harus
tetap mengembangkan diri dan bertahan dari kondisi-kondisi yang
menekannya.
• Wirausahawan juga diharapkan kembali berkarya dalam masyarakat saat
dirinya telah menjadi sukses dan berhasil.
Variabel: Archetype
• Konsep archetype sebagai perjalanan ini telah dilakukan
operasionalisasi oleh para ahli.
• Misalnya oleh Campbell (1988, 2004) yang menyatakan bahwa dalam
perjalanan archetype, seseorang akan melampaui tiga tahapan, seperti
tahapan keberangkatan perjalanan, inisiasi dan kembali/pulang.
• Dalam respons tiap tahapan tersebut, maka terbentuklah 8 (delapan)
tipe archetype.
• Pearson dan Marr (2003) dengan melihat interaksi perjalanan tersebut
menemukan 12 tipe archetype dan membangun konsep alat ukur yang
dikenal dengan Pearson Marr Archetype Inventory (PMAI)
Variabel Kompetensi
• Kompetensi adalah atribut individu yang sifatnya intrinsik yang dapat
memprediksi perilaku dan keberhasilan seseorang dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. (Spencer & Spencer, 1993).
• Kompetensi juga dapat dilihat sebagai kapasitas yang diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. (Riyanti, Sartono, 2018)
Variabel Kompetensi
• Chou, Shen, Hsiao and Chen dalam Riyanti & Sartono (2018) menyatakan bahwa seorang yang
belajar bisnis dan usaha memiliki kompetensi teknis yang lebih tinggi dari kebanyakan orang, yakni
• (1) entrepreneurial spirit,
• (2) Marketing competence,
• (3) Economic competence,
• (4) Financial competence,
• (5) Accounting competence,
• (6) Management competence,
• (7) Globalization competence,
• (8) Law competence,
• (9) Resources planning competence,
• (10) Information technology competence
Variabel: Kriteria Keberhasilan Wirausaha
(Riyanti, 2002)
• Keberhasilan usaha dilihat dari Return On Investment (roi)
• Laba bersih
• Laba penjualan
• Laba setelah pajak
• Pencapaian keuntungan penjualan
• Pencapaian keuntungan bersih
• Keberhasilan usaha dilihat dari kepuasan Kerja karyawan
• Intrinsik terhadap pekerjaan
• Gaji
• Hubungan dengan atasan
Conceptual Frame Work
Hipotesa hipotesa
• Apa ada korelasi antara demografi dengan keberhasilan usaha
• Apa ada korelasi antara demografi dengan kompetensi wirausaha
• Apakah ada korelasi antar kompetensi usaha dengan keberhasilan
usaha
• Apakah ada hubungan antara Archetype dengan Keberhasilan
wirausaha
• Apakah ada hubungan antara archetype dengan kompetensi
wirausaha
• Apakah ada hubungan antara Archetype dengan demografi
Metodologi Penelitian
• Responden
Pengusaha Mikro kecil dan menengah yang ada di tempat-tempat untuk
mewakili wilayah Survey tenaga kerja nasional (sakernas) sesuai dengan
persebaran tenaga kerja

Kring S., B. M. (2014). Jobs and skills for youth: review of policies for youth employment of Indonesia (Vol. 2).
Geneva: International Labour Office.
Metodologi Penelitian
• Penelitian ini menggunakan metode gabungan antara wawancara
(kualitatif) dan penggunaan alat ukur (kuantitatif)
• Persiapan pembuatan alat ukur Archetype Pengusaha
• Penyusunan item
• Validitas
• faktor analisis
• Alat tes lain (archetype versi asli)
• Reabilitas

• Uji Model untuk menjawab Hipotesa

Anda mungkin juga menyukai