Anda di halaman 1dari 231

SPEKTROSKOPI

Spectral lines
Masing-masing unsur (hidrogen, helium, neon,
merkuri, besi, ...) mempunyai tingkat energi dan
spektrum garis sendiri-sendiri.
Manfaat garis Spektrum

Karena setiap unsur memiliki pola garis spektrum


yang khas, garis spektrum dari bintang dapat
digunakan untuk menentukan komposisi, atau
jumlah relatif atom dari setiap unsur-bintang.

Kita dapat menggunakan spektrum benda untuk


menentukan temperatur.
Tiga macam Spektrum
 Pembentukan Spektrum

Apabila seberkas cahaya putih dilalukan ke dalam prisma, maka


cahaya tersebut akan terurai dalam beberapa warna (panjang
gelombang)
Selain dengan prisma, spektrum cahaya juga dapat diuraikan
oleh kisi-kisi -- digunakan dalam spektrograf
 Pembentukan garis absorpsi dan emisi
Hukum Kirchoff (1859) – Pembentukan Spektrum
 Spektrum Kontinu
Bila suatu benda langit (cair, gas) bertekanan tinggi dipijarkan,
benda tsb akan memancarkan energi dengan spektrum pada
semua panjang gelombang.
 Spektrum Emisi (Pancaran)
 Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan akan
memancarkan energi hanya pada warna atau panjang
gelombang tertentu saja.
 Spektrum yang dipancarkan berupa garis-garis terang yang
disebut garis pancaran atau garis emisi.
 Letak setiap garis (panjang gelombang) – ciri khas gas yang
memancarkan spektrum tsb.
 Unsur yang berbeda – kumpulan garis yang berbeda.
 Spektrum Absorbsi
 Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu
dilewatkan melalui gas yang dingin dan renggang (bertekanan
rendah), gas tsb akan menyerap cahaya tadi pada warna
(panjang gelombang) tertentu.
 Sehingga diperoleh spektrum kontinu (berasal cahaya putih
yang lewat) diselang-seling garis gelap yang disebut garis
serapan atau garis absorbsi.
 Letak garis serapan = letak garis pancaran (andaikan gas tsb
dipijarkan).
Stellar Spectra Absorption Lines
Stellar Spectra
Absorption Lines and
Classifications
The Spectral Sequence

Spectral Temperature Color Spectral Lines Example


Class
O 30,000 to Blue-Violet Ionized Helium Minataka
50,000 K

B 11,000 to Blue-White Neutral HELIUM, Rigel, Spica


30,000 K Hydrogen
A 7,500 to White Hydrogen (Strong) Sirius, Vega
11,000 K
F 5,900 to Yellow- Ionized Metals Procyon
7,500 K White
G 5,200 to Yellow Ionized CALCIUM, The Sun, Capella
5,900 K Ionized and Neutral
Metals
K 3,900 to Orange Neutral Metals Arcturus,
5,200 K Aldebaran
M 2,500 to Red- Neutral Metals, Betelgeuse,
3,900 K Orange Molecular Bands Antares
Spektrum Bintang
Pola spektrum bintang umumnya berbeda-beda, pada
tahun 1863 seorang astronom bernama Angelo Secchi
mengelompokan spektrum bintang dalam 4 golongan
berdasarkan kemiripan susunan garis spektrumnya.

Miss A. Maury dari Harvard Observatory menemukan


bahwa klasifikasi Secchi dapat diurutkan secara
kesinambungan hingga spektrum suatu bintang dengan
bintang urutan sebelumnya tidak berbeda banyak.

Klasifikasi yang dibuat oleh Miss Maury selanjutnya


diperbaiki kembali oleh Miss Annie J. Cannon. Hingga
sekarang klasifikasi Miss Cannon ini digunakan
Perjalanan klasifikasi spektrum bintang
Klasifikasi Spektrum Bintang
M-K Kelas

Bintang dalam kelas spektrum tertentu ternyata


dapat mempunyai luminositas yang berbeda. Pada
tahun 1913 Adam dan Kohlscutter di Observatorium
Mount Wilson menunjukkan ketebalan beberapa
garis spektrum dapat digunakan untuk menentukan
luminositas bintang

Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan


dan Keenan dari Observatorium Yerkes membagi
bintang dalam kelas luminositas yaitu
Kelas Luminositas Bintang (Kelas MK)

Kelas Luminositas Bintang dari Morgan-Keenan (MK)


digambarkan dalam diagram Hertzprung-Russell
(diagram H-R)
Kelas Luminositas Dalam Diagram HR
Diagram HR
Diagram H-R

Kelas Spektrum/Temperatur
Klasifikasi spektrum bintang sekarang ini merupakan
penggabungan dari kelas spektrum dan kelas
luminositas.

Contoh :
G2 Ia : Bintang maharaksasa yang sangat terang
kelas spektrum G2
B5 III : Bintang raksasa kelas spektrum B5
B5 IV : Bintang subraksasa kelas spektrum B5
Contoh soal :

Bintang A mempunyai kelas spektrum G2V, bintang B


mempunyai kelas spektrum G2I. Perbedaan antara
bintang A dan B adalah…
a. T bintang A ˂ bintang B
b. T dan L bintang A ˂ bintang B
c. T dan L bintang A ˃ bintang B
d. L dan R bintang A ˂ bintang B
e. L dan R bintang A ˃ bintang B

(L : Luminositas, T : Temperatur, R : jejari)


Contoh soal :

Diperlihatkan bintang X, Y, Z dalam diagram HR.


Bintang manakah yang paling besar dan paling kecil jejarinya?
Bintang manakah yang paling tinggi temperaturnya?
Bintang manakah yang temperaturnya sama?

10.00

Luminositas (dalam Lmatahari)


0 X Y

1.000

1
Z

0.01

O B A F G K M
Kelas Spektrum
BOLA LANGIT
DAN
TATA KOORDINAT
A. BOLA LANGIT

Bola langit.
Bola khayal yang merupakan tempat kedudukan proyeksi
benda-benda langit.
Zenith (Z).
Titik pada bola langit di atas pengamat.
Nadir (N).
Titik pada bola langit di bawah pengamat.
Horison.
Bidang datar (lingkaran) yang dibuat melalui pengamat
dengan sumbu garis vertikal (Z-N).
Perpanjangan sumbu putar bumi ( garis KU-KS) merupakan
sumbu putar bola langit memotong bola langit di Kutub
Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS).
Lingkaran Ekuator.
Lingkaran besar yang tegak lurus sumbu putar langit (KLU-
KLS)
Membagi bola langit menjadi 2 bagian yang sama besar.
Lingkaran jam (lingkaran deklinasi).
Lingkaran besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS)
dan berpotongan tegak lurus dengan ekuator langit.
Meredian langit.
Lingkaran besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS),
Zenith (Z) dan Nadir (N).
Memotong horison pada titik utara (U) dan Selatan (S),
pertengahan antara titik utara (U) dan Selatan (S) pada
horison merupakan titik Timur (T) dan titik Barat (B).
Gambar Bola Langit
Z
E

KLS
T

S
U P

B
KLU

K
N
B. TATA KOORDINAT HORISON
Posisi benda langit :
(azimuth bintang (A) , tinggi bintang (t))
(azimuth bintang (A) , jarak zenith (z))
Azimuth bintang (A) : busur sepanjang horison diukur dari titik acuan sampai
lingkaran vertikal bintang ybs.
Tinggi bintang (t) : busur pada lingkaran vertikal dari horison sampai bintang ybs.
Jarak zenith (z) : busur pada lingkaran vertikal dari titik Zenith (Z) sampai bintang
ybs, shg z = 900 - t
Lingkaran vertikal : lingkaran besar yang melalui Zenith (Z) dan tegak lurus
horizon.
Gambar Posisi bintang R
dalam tata koordinat horison
Z

T
t

S
U P

B
R’

N
Soal – soal :
1. Gbrkan posisi bintang P pada bola langit dlm tata
koordinat horison dengan azimuth bintang 450 dan tinggi
bintang 600

2. Gbrkan posisi bintang Q pada bola langit dlm tata


koordinat horison dengan azimuth bintang 2400 dan jarak
zenith 150
C. TATA KOORD EKUATOR
Posisi benda langit :
(Asensiorekta (), deklinasi ())
(sudut jam bintang (h), deklinasi ())
Asensiorekta () bintang : busur sepanjang ekuator langit
diukur dari titik acuan (titik Aries) ke arah yang berlawanan
dengan peredaran semu harian benda-benda langit sampai
lingkaran jam bintang ybs.
Titik Aries () : titik potong antara ekuator langit dan
ekliptika.
Deklinasi () bintang : busur sepanjang lingkaran jam yang
diukur dari ekuator langit sampai kedudukan bintang ybs.
Deklinasi () bintang bernilai (+) untuk bintang-bintang yang
berada di belahan utara bola langit (dari 00 s.d. +900)
Deklinasi () bintang bernilai (-) untuk bintang-bintang yang
berada di belahan selatan bola langit (dari 00 s.d. -900).
Sudut jam bintang (h): sudut antara meredian dan lingkaran
jam bintang.
Waktu sideris : Sudut jam titik Aries ()
sehingga h =  - 
Gambar posisi bintang R dalam tata koordinat ekuator.
Z
E

KLS
R’
T

R
U S
P

B
KLU



K
N
Soal-soal :
1. Gambarkan pada bola langit dalam tata koordinat ekuator,
posisi bintang P yang memiliki asensiorekta bintang 1800
dan deklinasi bintang – 250 pada pukul 15.00 wb diamati
dari suatu tempat pada 200 LU.

2. Gambarkan pada bola langit dalam tata koordinat ekuator,


posisi bintang Q yang memiliki sudut jam 300 dan
deklinasi bintang 450 diamati dari suatu tempat pada 200
LS.
D
GERAK LANGIT
DIPANDANG DARI
BERBAGAI TEMPAT DI BUMI
(i) Pengamat di Kutub Utara bumi ( = 900 LU)
(Sikap bola langit sejajar)
Z ; KLU

K;U S;E
P

N;KLS
Pada Sikap Bola Langit Sejajar :
Bumi berotasi dari Barat ke Timur sehingga seolah-olah langit
bergerak dari Timur ke Barat
Pengamat melihat benda-benda langit di belahan utara bola
langit tidak pernah tenggelam,
Sebaliknya, pengamat tidak pernah melihat benda-benda
langit di belahan selatan bola langit (benda langit tidak
pernah terbit)

Bgmana kalau diamati dari Kutub Selatan Bumi ???


(ii) Pengamat di Ekuator (sikap bola langit tegak)
Z;E

KLU;U S;KLS
P

N:K
Pada Sikap bola langit tegak :
Semua benda langit terbit dari sisi Timur horison dan
tenggelam di sisi Barat horison.
Selama 12 jam benda-benda langit berada di atas horison,
dan Selama 12 jam benda-benda langit berada di bawah
horison.
(iii) Sikap Bola Langit Miring (Mis : Pengamat di 300 LU)
Z
E

KLU
B

S U
P
T

KLS

K
N
Pada Sikap Bola Langit Miring (Misal di +300 LU) :
Semua benda langit beredar sejajar dengan lintasan sejajar
ekuator langit.
Benda langit di belahan utara bola langit tetapi di luar daerah
sirkumpolar mempunyai lintasan dengan busur yang berada
di atas horison lebih panjang dari pada busur lintasan yang
berada di bawah horison.
Pada daerah sirkumpolar utara, benda-benda langit selalu
berada di atas horison (tidak pernah tenggelam).
Bagaimana dengan benda yang terletak pada ekuator
langit ???
Bagaimana dengan benda langit di belahan selatan bola
langit ???
terima kasih
TRIGONOMETRI BOLA

Trigonometri bola membahas hubungan antara sudut-


sudut dan sisi-sisi sebuah segitiga bola. Segitiga bola
adalah segitiga pada permukaan bola yang sisi-sisinya
merupakan bagian dari lingkaran besar.

Sebagai contoh perhatikan perhatikan gambar segitiga


bola ABC sbb :
Z
A

C P

a B

Busur AB, BC, dan CA masing-masing merupakan


bagian dari lingkaran besar suatu bola yang berpusat di
P.
Beberapa sifat segitiga bola :
1. Jumlah ketiga sudutnya tidak harus 1800
2. Jarak sudut (panjang busur) antara sebuah
lingkaran besar dan kutubnya adalah 900.
3. Panjang busur salah satu segitiga bola yang
menghadap sudut yang berada di kutubnya adalah
sama dengan besar sudut tersebut.

Pada segitiga bola berlaku rumus –rumus cosinus sbb:

Cos a = cos b cos c + sin b sin c cos A


Cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
Cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
Dan rumus sinus sbb :

Sin a/(sin A) = sin b/(sin B) = sin c/(sin C)

Rumus-rumus trigonometri tsb tidak berlaku apabila


ada sisi yang bukan merupakan bagian dari lingkaran
besar. Banyak rumus-rumus yang menyatakan
hubungan antara sisi-sisi dan sudut-sudut segitiga
bola yang dapat diturunkan dari hubungan di atas.
HUBUNGAN ANTARA TATA KOORDINAT HORIZON
DENGAN TATA KOORDINAT EKUATOR

Dengan menggunakan rumus-rumus trigonometri bola


dapat diperoleh hubungan antara tata koordinat horizon
dengan tata koordinat ekuator.

Gambar posisi bintang R dalam tata koordinat ekuator,


diamati dari suatu tempat pada 0 LS. Bintang tersebut
mempunyai asensiorekta  dan deklinasi  pada waktu t
wb.
Z
E

KLS
R ’
T

R
U S
P

B
KLU



Nyatakan posisi bintang R tersebut dalam tata koordinat


horizon !!!!!
Posisi bintang dalam tata koordinat horizon dinyatakan
dalam (Azimuth bintang dan tinggi bintang)

Perhatikan kembali gambar posisi bintang R dalam tata


koordinat ekuator, diamati dari suatu tempat pada 0 LS.
Bintang tersebut mempunyai asensiorekta  dan
deklinasi  pada waktu t wb sbb :
Z
E

KLS
R ’
T

R
U S
P

R1 B
KLU



N
Keterangan :

Busur(Z-R) = jarak zenith (z)


Busur(KLU-R) = 900 – deklinasi ()
Busur(KLU-Z) = 900 + lintang geogrfis pengamat ()
Busur (E-R’) = h = sudut jam bintang () = waktu
sideris bintang (wb) – asensiorekta ()

Tinggi bintang dapat diperoleh dengan menggunakan


aturan cosinus. Berdasarkan gambar di atas, aturan
cosinus dapat dinyatakan sbb :

Cos z = cos(900-)cos(900+) + sin(900-) sin(900+)


cos Busur (h)
Dan tinggi bintang t = 900 – z

Sedangkan azimuth bintang diperoleh dengan


menggunakan aturan sinus. Berdasarkan gambar di
atas, aturan sinus dapat dinyatakan sbb :

sin sudut Z sin sudut KLU



sin (busur KLU  R ) sin (busur Z  R )
TERIMA KASIH
PERKEMBANGAN TEORI
TATA SURYA
Teori Nebule atau teori kabut,
yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1749-1827)
dan Piere Simon de Laplace (1796)
 Teori kabut pertama kali dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1749 - 1827) seorang ahli filsafat dari Jerman
yang menjelaskan hipotesis terbentuknya tata surya,
yaitu di jagad raya terdapat gumpalan kabut yang
berputar perlahan-lahan, kemudian bagian tengah kabut
lama kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang
kemudian menjadi matahari sedang bagian kabut
sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya.

Pada waktu yang bersamaan, Pieree Simon de Laplace


(1796) seorang ahli astronomi dari Perancis
mengemukaan teoori pembentukan tata surya yang
hampir sama dengan Immanuel Kant, yang diberi nama
nebula hypothesis. 
 Perputaran menimbulkan gaya sentripugal yang
menarik ke arah luar, sedang gaya berat cenderung
menarik gas-gas ke dalam ke arah matahari.

 Akibat kedua gaya yang berlawanan ini perlahan-


lahan menjadikan awan gas yang berkeliling dan
membentuk awan gas berbentuk datar, membentuk
piringan gas yang berputar di sekitar matahari yang
disebut Nebula Planetaria.
Teori Planetesimal,
Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi
dan Forest R. Moulton (1872-1952) seorang astronom. 
 Thomas C. Chamberlin(1843 – 1928) seorang ahli
geologi dan Forest R. Moulton (1872 – 1952) seorang ahli
astronomi yang keduanya dari Amerika menyampaikan
teori planetasemal (berarti planet kecil ), yang
menyatakan bahwa matahari sebetulnya telah ada
sebagai salah satu bintang yang ada di alam semesta.

 Pada suatu waktu, ada sebuah bintang yang


berpapasan dengan matahari pada jarak yang tidak
terlalu jauh, sehingga terpengaruh oleh tarikan gravitasi
bintang yang lewat dan sebagian massa matahari tertarik
kearah bintang serta terhambur ke ruang angkasa
sebagai massa yang dingin menjadi planet-planet kecil
yang beredar pada orbitnya.
Teori Pasang Surut,
Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys
(1891) , teori ini hampir sama dengan teori Planetesimal.
 Sir James Jeans (1877 – 1946) dan Harold Jeffrey
(1891) keduanya ilmuwan dari Inggris menyatakan teori
pasang surut gas, yaitu adanya sebuah bintang yang
besarnya hampir sama dengan matahari melintas
mendekati matahari, sehingga mengakibatkan terjadinya
pasang gas (terlepasnya sebagian massa matahari
berbentuk seperti cerutu) karena daya tarik bintang yang
melintas dan massa tersebut bergerak mengelilingi
matahari.
 Dalam proses mengelilingi matahari massa tersebut
mengalami perpecahan menjadi butiran besar dan kecil.

 Butiran besar dapat menarik butiran kecil dan


bergabung membentuk gumpalan gas di sekitar
matahari.

 Gumpalan inilah yang menjadi planet-planet sebagai


anggota tata surya.
Teori Awan Debu,
dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940)
kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950).
 Teori awan debu atau proto planet di kemukakan
oleh astronom Jerman Carl Von Weizsaecker (1940)
dan disempurnakan astronom lainnya yaitu Gerald P.
Kuiper (1950), yang dinyatakan bahwa tata surya
terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu.

 Dasar pemikirannya adalah banyak dijumpai


gumpalan awan seperti yang bertebaran di alam
semesta.

 Lebih 5 milyar tahun lalu, salah satu gumpalan awan


mengalami pemampatan, sehingga partikel-partikel
debu tertarik kebagian pusat awan membentuk
gumpalan bola dan berpilin.
 Gumpalan gas lama kelamaan memipih menyerupai
cakram yang tebal di bagian tengah dan menipis di
bagian tepinya.

 Bagian tengah cakram gas berpilin lebih lambat dari


bagian tepinya, dan partikel-partikel bagian tengah
cakram saling menekan sehingga menimbulkan panas
dan berpijar menjadi protosun (bahan matahari) yang
akhirnya menjadi matahari.

 Bagian tepi berotasi sangat cepat, sehingga


terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan
debu yang lebih kecil.

 Gumpalan kecil ini (proto planet) berotasi juga, yang


akhirnya membeku menjadi planet-planet dan satelit-
satelitnya.
Teori Bintang Kembar
 Teori bintang kembar mempunyai kesamaan
dengan teori pasang surut James – Jeffreys.

 Mula- mula matahari merupakan bintang kembar


yang letaknya berdekatan, kemudian salah satu
bintang meledak dan pecahannya berputar
mengelilingi bintang satunya yang tidak meledak.

 Bintang yang tidak meledak menjadi matahari,


sedangkan pecahan bintang menjadi planet-planet dan
satelit.
Teori Ledakan (Big Bang),
 Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya
bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu.

 Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa


yang berputar pada porosnya.

 Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan


bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan
bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa.

 Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak


dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula.
 Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun,
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu
galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya.

 Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar


tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat.

 Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk


planet-planet, termasuk planet kita. Planet BUMI.
 Tapi tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan
gagasan lain tentang Big Bang.

 Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam


semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam.

 Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di


segenap penjuru alam semesta.

 Bukti yang ‘seharusnya ada’ ini pada akhirnya


diketemukan.
 Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz
dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja.

 Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak


terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa.

 Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa


radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big
Bang.
 Dalam perkembangannya, planet bumi terus
mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk
seperti sekarang ini.
 Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi,
yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen
dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan
unsur.  
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali
dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang
berat jenisnya lebih besar akan tenggelam,
sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan
bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam,
inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
TERIMA KASIH
SISTEM TATA SURYA

HUBUNGAN
PERIODE SINODIS-PERIODE SIDERIS
SISTEM TATA SURYA
Berdasarkan orbitnya dilihat dari Bumi, planet dibagi
menjadi 2 kelompok :

 Planet inferior : planet-planet yang orbitnya


di sebelah dalam orbit Bumi, yaitu : Merkurius dan
Venus.

 Planet superior : planet-planet yang orbitnya


di luar orbit Bumi, yaitu : Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
KEDUDUKAN PLANET-PLANET
TERHADAP BUMI DAN MATAHARI
A. Planet Inferior.

Sudut elongasi : sudut yang dibentuk oleh garis planet – Bumi dan
Bumi – Matahari.
Sudut elongasi max : sudut elongasi pada saat garis planet-Bumi dan
garis planet – matahari saling tegak lurus.
C. Planet Superior.
C. Sistem Waktu
 Waktu Bintang : (Waktu Sideris)
 Waktu yang diperlukan bumi (planet) untuk berotasi
penuh terhadap bintang (Aries)
 Selang waktu yang diperlukanoleh titik Aries untuk
melewati mereridian ( mencapai kulminasi atas ) 2 x
secara berturutan
 Sudut jam titik Aries (pada 0 jam, 0 menit, 0 detik
di kulminasi atas)
 Waktu Matahari : (Waktu Sinodis)
 Periode rotasi Bumi (planet) terhadap Matahari.
 Lebih lama daripada waktu bintang
HUBUNGAN WAKTU MATAHARI DAN WAKTU BINTANG

Perhatikan Gambar sbb : (Rotasi dan Revolusi Bumi)


 Bintang-bintang pada bola langit merupakan titik-titik
yang relatif tetap selama 24 jam.
 Untuk Matahari tidaklah demikian
 Periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari 365,25 hari
 Selama 365,25 hari menempuh sudut sebesar 3600
 Setiap hari Bumi menempuh sudut sebesar ± 10
 Sudut AMB = MBS ≈ 10
 Sudut tambahan yang masih harus ditempuh oleh Bumi
untuk mencapai 1 x rotasi ( 1 hari matahari ≈ 10 (= 4 menit)

1 hari matahari = 1 hari bintang + 4 menit


1 jam matahari = 1 jam + 10 detik
1 menit matahari = 1 menit bintang + 0,16 detik
1 detik matahari = 1 detik bintang + 0,0027 detik
HUBUNGAN
PERIODE SIDERIS DAN PERIODE SINODIS
SUATU PLANET
Perhatikan B2

kedudukan planet B3
sbb: A2

B1
M A1

Planet B dalam kedudukan oposisi jika dilihat dari A, atau


Planet A dalam kedudukan konjungsi bawah jika dilihat dari B
B2

B3

A2

B1
M A1

Dalam selang waktu t, sudut yang ditempuh planet A lebih


besar dari sudut yang ditempuh planet B.
Misal : A = planet inferior (mis : planet Venus)
B = planet Bumi
B2

B3

A2

B1
M A1

Maka : sudut A1MA2 = θv ; sudut B1MB2 = θB sehingga


sudut A2MB2 = Δθ = θv - θB
 360 0 3600 
  V   B    t
 TV TB 

Untuk mencapai konfigurasi yang sama (t = T sinodis)

 3600 3600 
     Tsin  3600
 TV TB 

Atau :
1 1 1
 
Tsin TV TB
Misal : A = planet Bumi
B = planet superior (mis : planet Yupiter)
Dengan cara yang sama diperoleh :

1 1 1
 
Tsin TB TY
Periode Sideris dan Periode Sinodis Planet

No Planet Periode Sideris Periode Sinodis


1 Merkurius 87,969 h 115,9 h
2 Venus 224,701 h 1 th 218,7 h
3 Bumi 365,256 h -
4 Mars 1 th 321,73 h 2 th 49,5 h
5 Yupiter 11 th 314,84 h 1 th 33,6 h
6 Saturnus 29 th 167,0 h 1 th 12,8 h
7 Uranus 84 th 7,4 h 1 th 4,4 h
8 Neptunus 164 th 280,3 h 1 th 2,2 h

Silahkan dicek apakah memenuhi persamaan di atas !!!!!!!


EVOLUSI BINTANG
RIWAYAT HIDUP BINTANG

Bintang-bintang pun mirip makhluk hidup:

Lahir -- berkembang menjadi dewasa -- mati.


1. Kelahiran Bintang
 Proses pembentukan atau kelahiran sebuah bintang tidak
terlalu banyak berbeda dengan proses pembentukan matahari.

 Ruang antarbintang sebenarnya tidak kosong sama sekali,


melainkan terisi oleh awan gas dan debu meskipun
kerapatannya kecil sekali.

 Ruang antarbintang jauh lebih hampa bila dibandingkan


dengan ruang hampa terbaik yang bisa dibuat di laboratorium
(ruang antarbintang berukuran 1 juta meter kubik bisa hanya
berisi satu partikel).
 kerapatan awan antarbintang tidak merata, ada yang
renggang dan ada yang mampat. Bintang-bintang biasanya
terbentuk di daerah yang mampat.
 Awan yang berada di ruang antarbintang saling tarik-
menarik sesamanya dan terikat secara gravitasi sehingga
awan-awan gas (calon bintang atau protobintang) ini
mengerut oleh gaya gravitasi.

 Adanya pengerutan mengakibatkan tumbukan


antarpartikel semakin besar sehingga timbullah panas.

 Panas yang muncul semakin tinggi, sampai pada suatu


titik ketika di pusat bintang bisa terjadi reaksi fusi
termonuklir (penggabungan unsur-unsur ringan menjadi
unsur-unsur yang lebih berat dengan melepaskan energi).
 Reaksi fusi termonuklir ini yang mengakibatkan bintang
bisa bersinar dan memancarkan radiasi. Reaksi fusi juga
menyebabkan bintang menjadi stabil dan tidak mengerut
lebih jauh karena gaya gravitasi yang cenderung mengerutkan
bintang diimbangi oleh radiasi dari dalam bintang.

 Gravitasi merupakan faktor yang menentukan apakah


akan terbentuk suatu bintang atau tidak. Bila massanya kecil,
gravitasi yang ada tidak cukup besar untuk memanaskan inti
bintang sehingga reaksi termonuklir tidak bisa terjadi.
 Bintang dikatakan baru lahir pada saat dimulainya
reaksi termonuklir di pusatnya, dan bintang langsung
masuk ke deret utama diagram Hertzsprung-Russell.

 Tahap yang berlangsung di antara saat dimulainya


pemanasan di inti bintang yang membangkitkan reaksi
termonuktir dan saat bintang masuk deret utama
dinamakan tahap praderet-utama.
 Evolusi selanjutnya sangat bergantung pada massa awan
pembentuk bintang dan massa bintang itu sendiri.

 Semakin besar massa bintang, semakin cepat evolusi


bintang itu (semakin besar massa suatu bintang, semakin
besar pula gaya gravitasi yang dialami pusatnya sehingga
diperlukan radiasi yang lebih besar untuk mengimbangi
gaya gravitasinya).

 Radiasi yang besar ini dihasilkan oteh reaksi fusi


termonuklir yang berlangsung dahsyat, lebih dahsyat dari
yang berlangsung pada bintang-bintang yang massanya
lebih kecil.
 Berdasarkan pengamatan menggunakan teleskop
didapati bahwa komposisi awan debu antarbintang yang
akan menjadi bintang sebagian besar adalah hidrogen
molekul (H2) disertai dengan unsur-unsur lain dalam jumlah
yang lebih kecil seperti grafit dan silikat.

 Pada saat itu, awan gas memiliki kerapatan sekitar 10


miliar partikel tiap meter kubik dan memiliki diameter 5 juta
kali diameter matahari.
 Dipicu oLeh gelombang kejut dari ledakan bintang,
pengerutan mulai berjalan dan berlangsung terus,
kemudian berhenti kira-kira 400.000 tahun setetah dimulai.

 Proses pengerutan berjalan bersama dengan


bertambah panasnya pusat protobintang melalui proses
tumbukan antarpartikel.

 Pada temperatur 1.700oC molekul H2 terurai menjadi


atom-atom hidrogen dan proses ini menyebabkan
protobintang mengerut lagi dan memasuki tahap praderet-
utama.
 Dalam diagram Hertzsprung-Russell, pada keadaan ini
calon bintang berada di bagian kanan bawah diagram karena
temperaturnya yang masih rendah serta kecerlangannya
yang sangat suram.

 Seluruh proses sejak dimulai mengerut hingga memasuki


praderet-utama memakan waktu satu juta tahun.

 Sejak saat ini bagian inti semakin panas sampai pada


suatu titik di mana reaksi termonuklir bisa dimulai, dan
masuklah protobintang ini ke tahap deret utama (“deret
utama umur nol” atau zero age main sequence)
 Pada bintang-bintang yang massanya lebih besar
daripada massa matahari, proses yang berlangsung pada
dasarnya sama dengan yang berlangsung pada bintang-
bintang yang seukuran dengan matahari.

 Pembentukan bintang yang massanya sekitar 10-15 kali


massa matahari berasal dari awan antarbintang yang
memiliki kerapatan 10 atom/cm3 dan memiliki massa 20
kali massa matahari.
 Pengerutan berjalan dan setelah 470.000 tahun
terbentuklah suatu pusat dengan jari-jari 10 miliar
kilometer. segera setelah itu mulailah reaksi termonuklir
yang berlangsung di pusat bintang dan bintang mulai
masuk deret utama.

 Bintang besar berada di deret utama dalam waktu yang


lebih singkat daripada yang dialami oleh bintang seperti
matahari.
 Kalau bintang seperti matahari bisa berada di deret
utama sampai selama 10 miliar tahun, maka bintang-
bintang yang massanya 10 sampai 15 kali massa matahari
hanya selama 3 sampai 5 juta tahun saja.

sebaliknya, bintang-bintang yang massanya Lebih kecil


daripada matahari bisa berada di deret utama selama
beberapa puluh miliar tahun.
 Pembahasan di atas hanya menyangkut pembentukan
bintang tunggal dari suatu awan debu antarbintang.

 proses ini sebenarnya tidak terlalu umum terjadi


karena awan gas debu antarbintang yang berkondensasi
akibat gaya gravitasi tidak memadat menjadi satu
protobintang saja, melainkan terpecah-pecah menjadi
beberapa protobintang.

 Masing-masing protobintang ini akan memadat


menjadi bintang melalui proses yang sudah disebutkan di
atas.
 Hal ini menjelaskan mengapa banyak bintang yang
berkelompok membentuk gugusan bintang atau banyak
bintang yang membentuk sistem pasangan bintang ganda.

 Bila massa awan gas dan debu antarbintang lebih besar


lagi, maka selagi mengerut sambiI terpecah-pecah, massa
masing-masing protobintangnya masih cukup besar untuk
membentuk bintang bermassa besar.
Perjalanan Hidup Bintang
 Bintang yang sudah masuk deret utama akan mengalami
masa paling stabil datam kehidupannya.

 Pada tahap ini bintang seperti matahari bisa bertahan


sampai miliaran tahun sebelum ia meninggalkan deret
utama.

 Hal ini dimungkinkan karena terjadinya kesetimbangan


antara gaya gravitasi yang cenderung meruntuhkan bintang
dan radiasi dari pusat bintang yang melawan gaya gravitasi
tersebut.

 Dari manakah datangnya radiasi ini sehingga bintang


bisa bertahan begitu lama?
 Radiasi datang dari proses yang disebut reaksi fusi
termonuklir di pusat bintang.

 Reaksi ini sebenarnya identik dengan yang berlangsung


pada ledakan bom hidrogen.

 Reaksi termonuklir yang paling dasar adalah pengubahan


empat isotop atom hidrogen menjadi satu atom helium.

 Massa atom helium yang terbentuk sedikit lebih kecil


dibandingkan dengan empat massa atom hidrogen
pembentuknya.
 Massa yang hilang itu (massa defek) berubah menjadi
energi yang bisa dirumuskan dalam rumus Einstein yang
terkenal, yaitu :
2
E  mc
 Berapa banyak energi yang dilepaskan bila massa
yang berubah menjadi energi sebesar 1 kilogram ?

 Hasilnya setara dengan energi yang dikeluarkan oleh


sebuah pembangkit listrik berukuran 500 megawatt
selama 6,34 tahun.
 Pada bintang seukuran matahari massa atom hidrogen
yang diubah menjadi energi tiap detiknya adalah 5 juta ton
sehingga energi yang dipancarkan matahari tiap detiknya
sangat besar.

 Inilah yang membuat bintang bisa bersinar, dan karena


begitu banyaknya materi di dalam bintang yang bisa
diubah menjadi energi, maka bintang bisa bertahan lama
sekali.

 Bgmana reaksi-reaksi yang berlangsung pada bintang?


(PR)!!!!!
 Yang menjadi pertanyaan sekarang, kalau bintang bisa
bertahan lama dengan cara melakukan reaksi termonuklir
yang membentuk unsur-unsur berat dari unsur yang lebih
ringan (yakni reaksi termonuklir penghasiI radiasi yang
mengimbangi gravitasi), lalu bagaimana bila suatu ketika
unsur-unsur itu habis sehingga reaksi termonuklir tidak
bisa menghasilkan radiasi lagi?
 Bila sudah mencapai keadaan di atas, maka suatu
bintang dapat dikatakan hampir mencapai saat akhir
hidupnya.

 Untuk bintang dengan massa berbeda, berbeda pula


jejak evolusinya dalam diagram Hertzsprung-Russell.

 Bagaimana bentuk akhir evolusi bintang?

 Hal itu akan diuraikan pada bagian berikutnya.


AKHIR KEHIDUPAN BINTANG
(lanjutan)
Jejak evolusi bintang setelah meninggalkan deret utama
Supernova dan Bintang Netron
 Setelah pembentukan inti karbon, bila massa bintang
melebihi massa batas Chandrasekar, maka inti karbon
memadat dan panas yang dibangkitkannya menyebabkan
inti bertemperatur sekitar 300 juta derajat celsius.

 Pada saat ini dimulai lagi reaksi termonuklir, yaitu


pembentukan oksigen dari karbon dengan disertai
pengerutan inti.
 Panas akibat pengerutan akan memanaskan selubung
sehingga di selubung terjadi pembakaran helium menjadi
karbon.
 Pemanasan inti berlangsung terus sehingga di inti
berlangsung pembentukan unsur-unsur yang lebih berat,
yaitu oksigen menjadi neon dan silikon.

 Dari silikon kemudian terbentuklah inti besi.

 Keadaan di atas menyebabkan bintang menjadi mirip


bawang merah karena bintang menjadi berlapis-lapis,
yang tiap lapisannya memiliki kandungan unsur berbeda.
 Di inti bintang berlangsung pembentukan silikon
menjadi besi, yang diselubungi lapisan pembentukan
oksigen menjadi silikon.

 Lapisan yang lebih luar berturut-turut adatah lapisan


neon, karbon, helium, dan hidrogen.

 Bila bintang sudah memiliki struktur seperti ini, maka


nasib bintang sudah ditentukan untuk meledak dengan
dahsyat menjadi supernova.
 Apakah supernova itu?

 Supernova adalah ledakan dahsyat sebuah bintang


yang menghancurkan bintang itu karena sebagian besar
massanya terlempar keluar dan meninggalkan sisa yang
sangat mampat.

 Yang dimaksudkan di sini adalah supernova yang terjadi


pada sebuah bintang tunggal atau supernova tipe II.
 Ledakan supernova yang diperkirakan terjadi pada
bintang dengan massa lebih dari 8 kali massa matahari
berlangsung setelah di pusatnya terbentuk besi.

 Besi adalah unsur terberat yang bisa diciptakan di


pusat bintang melalui proses reaksi termonuklir yang
melepaskan energi.

 Setelah itu, reaksi yang melibatkan besi bukan lagi


reaksi termonuklir yang memancarkan energi, melainkan
reaksi pembelahan atau penggabungan inti besi menjadi
unsur-unsur lain dengan menyerap energi.
 Berkurangnya radiasi dari inti yang bisa mengimbangi
gravitasi mengakibatkan inti bintang mengerut.

 Pengerutan ini menyebabkan inti bertambah panas


dan tekanannya bertambah tinggi.

 Ketika temperatur inti mencapai 5 miliar kelvin, energi


foton menjadi amat tinggi sehingga bisa menembus inti
besi dan membelahnya menjadi helium.
 Pembelahan ini membutuhkan energi yang amat
besar sehingga tidak ada radiasi yang bisa menahan
gravitasi, dan akibatnya bintang mulai runtuh.

 Dalam pada itu, elektron dan proton di atom bertemu


meninggalkan netron melalui suatu proses yang disebut
sebagai proses peluruhan beta balikan (inverse beta
decay), yaitu:

e- + p+n + v
dimana v = neutrino
 Dari sini terbentuklah inti netron yang menahan
proses keruntuhan bintang.

 Setelah inti netron terbentuk dengan kerapatan


yang amat tinggi (270 triliun gram/cm3), runtuhnya
materi ke inti bintang ditahan oteh inti netron sehingga
timbullah suatu gelombang kejut yang memantul ke
arah permukaan bintang.

 Proses pemantulan ini, yang berlangsung sangat


cepat, menyebabkan bintang meledak hancur dan
meninggalkan inti tadi yang kemudian diberi nama
bintang netron.
 Bintang netron adalah sebuah bintang yang sangat
mampat.

 Apabita matahari menjadi sebuah bintang netron


maka ukurannya hanya sekitar 20 km saja, tetapi
dengan kerapatan yang amat tinggi (miliaran ton per
sentimeter kubik).
Lubang Hitam (Black Hole)
 Ledakan supernova akan meninggalkan bintang
netron yang sangat mampat akibat proses keruntuhan
gravitasi bintang.

 Bintang netron ini bisa menahan tekanan amat besar


yang diakibatkan oleh runtuhnya materi penyusun
bintang.

 Bahkan, terbentuknya materi amat padat di pusat


bintang akan memantulkan seluruh materi yang jatuh
sehingga terjadilah supernova.
 Sekarang, bagaimana kalau sebuah bintang
memiliki massa lebih besar dari massa bintang
pembentuk bintang netron?

 Apa yang terjadi kalau tekanan degenerasi netron


tetap tidak bisa menahan gravitasi bintang?

 Bila haI tersebut terjadi, maka bintang tidak akan


menjadi bintang netron, melainkan menjadi suatu objek
yang sangat mampat yang disebut lubang hitam.

 Namun, mengapa disebut lubang hitam?


 Setiap barang yang berada di permukaan sebuah
benda langit, apabila dilemparkan ke atas, pasti akan
tertarik tagi ke permukaan benda langit tersebut.

 Semakin tinggi kecepatan awal yang kita berikan,


semakin tinggi pula barang ini naik ke atas permukaan
benda langit itu.

 Suatu saat, bila kecepatan yang diberikan amat tinggi,


barang yang dilemparkan tidak akan lagi kembali,
melainkan melesat terus dan keluar dari permukaan
benda langit.
 Hal ini terjadi karena kecepatan awal yang diberikan
pada barang itu bisa mengatasi gravitasi benda langit
yang cenderung menariknya ke bawah.

 Kecepatan ini diberi nama kecepatan lepas, yang


harganya tergantung pada massa serta jari-jari benda
langit yang memberikan medan gravitasi.

 Sebagai contoh, kecepatan lepas bumi adalah


11 km/detik, dan kecepatan lepas matahari adatah
600 km/detik.
 Pada bintang yang runtuh, gravitasinya akan sangat
besar sehingga kecepatan lepas bintang itu bisa melebihi
kecepatan cahaya.

 Akibatnya, cahaya pun tidak bisa keluar dari


permukaan bintang itu. Karena cahaya tidak bisa keluar,
maka gelaplah objek ini dan tidak bisa lagi diamati.

 Inilah yang disebut sebagai lubang hitam.


 Konsep lubang hitam sudah agak lama muncul.

 Pada abad ke-18 fisikawan Inggris John Michell dan


matematikawan dari Prancis Pierre-Simon de Laplace
secara terpisah meramalkan adanya "objek-objek
gelap".

 Objek gelap adalah benda langit yang memiliki


gravitasi begitu kuat sehingga cahaya pun tidak bisa
lepas dari permukaannya.

 Konsep ini bersandar pada teori korpuskuler dari


Newton yang menyatakan bahwa cahaya dipancarkan
benda dalam bentuk aliran parlikel-partikel kecil.
 Munculnya teori gelombang tentang cahaya dari
James Clerk Maxwell serta berhasilnya beberapa
percobaan yang mendukung teori yang menganggap
cahaya sebagai gelombang ini membuat Laplace
menarik kembali teorinya.

 HaI ini disebabkan dalam teori cahaya sebagai


gelombang, cahaya tidak akan terpengaruh oleh medan
gravitasi.
 Pendapat di atas bertahan sampai pada awaI abad
ke-20.

 Pada tahun 1917 Einstein mengusulkan teori


retativitas umumnya, dan di situ ia meramalkan bahwa
cahaya bisa dipengaruhi oteh medan gravitasi.

 Ternyata kemudian teorinya terbukti pada saat


terjadi gerhana matahari total tahun 1919.

 Di situ diamati bahwa cahaya bintang yang kelihatan


pada saat gerhana total terbelokkan oleh medan
gravitasi matahari.
 Pembahasan lubang hitam akan lebih tepat kalau
didekati dari kerangka teori retativitas umum Einstein,
karena apabila sebuah lubang hitam terbentuk, maka
ruang dan waktu di dekatnya akan mengalami distorsi
yang tidak bisa dijelaskan melalui kerangka fisika Newton
konvensional.

 Datam teori fisika Newton, ruang, waktu, dan materi


saling terpisah dan tidak saling berinteraksi.

 Ruang di sini bisa diibaratkan sebagai lapangan


tempat segala materi yang ada di dalamnya saling
berinteraksi.

 Apa pun interaksi yang terjadi tidak akan berpengaruh


pada keadaan ruang itu
 Tidak demikian halnya dengan konsep ruang dalam
teori relativitas Einstein.

 Ruang dan materi saling berinteraksi sehingga adanya


materi di dalam ruang mempengaruhi
keadaan ruang itu.

 Misalkan Anda mempunyai sepiring agar-agar,


kemudian Anda letakkan sebutir kelereng di permukaan
agar-agar itu.

 Anda akan melihat bahwa permukaan agar-agar di


sekitar ketereng melengkung karena beban yang diterima
oleh agar-agar.
 Apabila ada sebutir benda kecil yang bergerak di
bagian permukaan yang melengkung, kita melihat
lintasan yang ditempuh benda itu akan berupa
garis lengkung seturut kelengkungan permukaan.

 Hal ini tidak akan dirasakan oleh benda kecil tadi, ia


tetap merasa bahwa lintasannya tetap berupa garis
lurus.
 Selanjutnya, jika kelereng yang Anda letakkan di
permukaan agar-agar tadi semakin berat, maka
permukaannya akan memiliki kelengkungan yang
semakin besar.

 Pendeknya, besarnya kelengkungan permukaan


tergantung pada berat beban yang diterima permukaan
tadi.
 Yang disebutkan di atas adalah analogi dalam dua
dimensi dari peristiwa pelengkungan ruang yang
diakibatkan oleh materi yang ada di dalam ruang itu.

 Proses pembelokan cahaya bintang yang


kedudukannya di langit berada di dekat matahari
sewaktu terjadi gerhana matahari total adalah akibat
pelengkungan ruang di sekitar matahari.
 Cahaya tetap merambat dalam garis lurus, tetapi
karena ruang tempat cahaya itu merambat melengkung,
maka dari tempat yang tidak menerima pengaruh
gravitasi matahari kelihatan bahwa lintasan
cahaya bintang itu melengkung.

 Lintasan yang melengkung ini ditunjukkan oleh


pergeseran relatif letak bintang sewaktu matahari
segaris dengan bintang terhadap letaknya sewaktu
matahari tidak segaris dengannya.
 Bila dilihat dari teori relativititas umum Einstein,
ruang dalam kerangka Newton adalah suatu bentuk
khusus di mana tidak ada materi yang cukup besar
massanya yang bisa mempengaruhi keadaan ruang itu.

 Sebaliknya, ruang di sekitar lubang hitam merupakan


ruang di mana gravitasi sangat kuat sehingga
keadaannya sangat berbeda dengan ruang yang tidak
mengalami medan gravitasi yang kuat.
 Misalkan kita berada di permukaan sebuah benda
langit yang memiliki kerapatan yang amat besar
sehingga gravitasinya amat besar.

 Kita coba menyalakan lampu sorot dan kita arahkan


ke atas.

 Akan kita lihat bahwa cahaya merambat lurus ke


atas seperti pada benda-benda lain dengan kerapatan
yang lebih rendah.
 Bila lampu sorot kita arahkan ke samping, arah
rambatannya masih lurus.

 Daerah di atas permukaan benda langit dimana


cahaya masih merambat dalam arah garis lurus
dinamakan daerah kerucut cahaya.

 Pada daerah ini cahaya masih bisa melawan


gravitasi benda langit.
 Namun, karena gravitasi suatu benda langit yang
amat besar, cahaya lampu sorotyang diarahkan ke
samping bisa melengkung, bahkan bisa kembali lagi ke
permukaan benda langit tadi.

 Bila haI ini yang terjadi, maka cahaya yang merambat


tadi dikatakan sudah berada di luar daerah kerucut
cahaya.
 Cahaya yang dipancarkan tepat di sisi kerucut
cahaya tidak akan terpancar ke luar, tetapi tidak juga
membalik kembali ke permukaan benda langit,
melainkan akan bergerak mengorbit benda langit.

 Bagian sekeliling benda langit tempat cahaya


mengorbit diberi nama bola foton.

 Jari-jari bola foton bergantung pada massa


benda langit yang bersangkutan.

 Sebagai contoh, pada bintang dengan massa 3


kali massa matahari jari-jari bola fotonnya adalah
sebesar 13,5 km.
 Pada bintang-bintang yang sedang runtuh dan
semakin mengerut, kerucut cahayanya semakin sempit,
hingga pada suatu ketika tidak ada lagi cahaya yang
bisa keluar dari permukaan bintang itu.

 Pada saat inilah bintang menjadi lubang hitam.

 Jari-jari bintang pada saat cahaya tidak bisa


memancar keluar dinamakan jari-jari Schwarschild
atau jari-jari gravitasi.

 Pada keadaan ini permukaan bintang dinamakan


horizon peristiwa (event horizon).
 Jari-jari bola foton harganya 1,5 kali jari-jari horizon
peristiwa.

 Besarnya jari-jari Schwarschild bergantung pada


jumlah massa yang runtuh.

 Bintang dengan massa 3 kali massa matahari akan


memiliki jari-jari Schwarschild sebesar 9 km.

 Semakin besar massa bintang, semakin besar jari-


jari Schwarschild-nya.
 Bintang-bintang yang massanya pada saat padam
kurang dari 1,4 kali massa matahari akan menjadi
bintang katai putih.

 Bila massanya di antara 1,4 sampai 5 kali massa


matahari, bintang akan menjadi bintang netron.

 Pada kedua keadaan ini, baik tekanan degenerasi


elektron maupun netron masih bisa menahan
pengerutan bintang lebih lanjut.
 Pada bintang-bintang yang massanya pada saat
padam lebih dari 5 kali massa matahari, tidak ada
sesuatu pun yang bisa menahan keruntuhan bintang
sehingga bintang menjadi lubang hitam.

 Menurut teori, pada keadaan ini bintang mengerut


menjadi satu titik dalam ruang dengan kerapatan yang
tak terhingga besarnya dan keadaan ini diberi nama
keadaan singularitas.

 Materi-materi yang berada di dalam sebuah lubang


hitam sudah kehilangan identitasnya.
 Kita tidak akan tahu berapa banyak etektron, proton,
atau partikel-partikel lain yang ada dalam lubang hitam
itu.

 Kita hanya bisa metihat sifat-sifat makro lubang


hitam itu seperti massa, laju rotasi, atau muatannya.

 Jadi, sebenarnya lubang hitam adatah benda yang


cukup sederhana secara fisis.
 Meskipun sifat-sifat lubang hitam secara fisis cukup
sederhana, pengaruhnya pada keadaan sekeliling tidak
terlalu sederhana.

 Lubang hitam, selain bisa membuat cahaya


terperangkap di dalamnya, bisa melambatkan
berjalannya waktu dan diduga menjadi sumber energi
quasar.

 Quasar adalah sumber pancaran energi yang sangat


dahsyat, namun ukurannya sangat kecil -- tidak
sebanding dengan pancarannya yang sangat besar itu.
 Misalkan kita memiliki sebuah robot yang bisa kita
kendalikan dari jauh.

 Robot yang kita miliki ini akan kita gunakan untuk


meneliti gejala-gejala fisis yang berlangsung di sekitar
sebuah lubang hitam.

 Kita bekali robot kita ini dengan sebuah jam yang


sudah disinkronkan dengan jam kita serta alat-alat lain
sehingga bisa mengukur segala peristiwa yang
berlangsung di sekitar lubang hitam.
 Robot kita arahkan mendekati lubang hitam.

 Ternyata semakin dekat ke arah lubang hitam, jam


yang dibawanya semakin lambat jalannya relatif
terhadap jam yang jauh letaknya dari lubang hitam.

 Gejala ini disebut pemuluran waktu gravitasional.


 Selain peristiwa di atas, robot yang kita kirim akan
mengalami pemuluran secara fisik: menjadi semakin
panjang dan pipih.

 Hal ini terjadi karena gravitasi yang dialaminya


sangat besar sehingga bagian robot yang lebih dekat ke
lubang hitam memperoleh gaya gravitasi yang lebih
besar daripada bagian yang lebih jauh.

 Tentu saja robot akan rusak dan tidak bisa lagi


mengirimkan sinyal-sinyal ke luar.

 Pada saat ini robot sudah masuk daerah horizon


peristiwa.
 Bila lubang hitam adalah benda yang tidak bisa
memancarkan cahaya, bagaimana caranya kita bisa
mendeteksi lubang hitam ini?

 Lubang hitam adalah benda yang memiliki gravitasi


yang amat besar.

 Jadi, bila kita ingin mendeteksi objek ini, kita bisa


mendeteksinya secara tidak langsung dengan
mengamati objek-objek lain (bintang-bintang) yang
kelihatan dipengaruhi oleh suatu medan gravitasi
yang amat kuat, yang tidak mungkin ditimbulkan oteh
bintang biasa.
 Oleh sebab itu, kita hanya bisa mengamati lubang
hitam yang menjadi anggota pasangan bintang ganda.

 Satu pasangan bintang ganda yang salah satu


anggotanya dicurigai sebagai lubang hitam adalah
sebuah bintang yang terletak di rasi Cygnus.

 Di situ terdapat sebuah bintang yang bernama HD


226868.
 Dari spektrumnya tampak bahwa bintang ini adalah
sebuah bintang maharaksasa biru yang memiliki massa
15 kali massa matahari.

 Selain itu, pada spektrumnya tampak pergeseran


yang mencirikan adanya objek lain yang mengorbit
bintang ini.

 Dari pergeseran garis spektrum ini bisa diperkirakan


massa minimum objek ini yang ternyata sebesar 4 kali
massa matahari.
Trim’s
HUBUNGAN
PERIODE SINODIS-PERIODE SIDERIS
SISTEM TATA SURYA
Berdasarkan orbitnya dilihat dari Bumi, planet dibagi
menjadi 2 kelompok :

 Planet inferior : planet-planet yang orbitnya


di sebelah dalam orbit Bumi, yaitu : Merkurius dan
Venus.

 Planet superior : planet-planet yang orbitnya


di luar orbit Bumi, yaitu : Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
KEDUDUKAN PLANET-PLANET
TERHADAP BUMI DAN MATAHARI
A. Planet Inferior.

Sudut elongasi : sudut yang dibentuk oleh garis planet – Bumi dan
Bumi – Matahari.
Sudut elongasi max : sudut elongasi pada saat garis planet-Bumi dan
garis planet – matahari saling tegak lurus.
C. Planet Superior.
C. Sistem Waktu
 Waktu Bintang : (Waktu Sideris)
 Waktu yang diperlukan bumi (planet) untuk berotasi
penuh terhadap bintang (Aries)
 Selang waktu yang diperlukanoleh titik Aries untuk
melewati mereridian ( mencapai kulminasi atas ) 2 x
secara berturutan
 Sudut jam titik Aries (pada 0 jam, 0 menit, 0 detik
di kulminasi atas)
 Waktu Matahari : (Waktu Sinodis)
 Periode rotasi Bumi (planet) terhadap Matahari.
 Lebih lama daripada waktu bintang
HUBUNGAN WAKTU MATAHARI DAN WAKTU BINTANG

Perhatikan Gambar sbb : (Rotasi dan Revolusi Bumi)


 Bintang-bintang pada bola langit merupakan titik-titik
yang relatif tetap selama 24 jam.
 Untuk Matahari tidaklah demikian
 Periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari 365,25 hari
 Selama 365,25 hari menempuh sudut sebesar 3600
 Setiap hari Bumi menempuh sudut sebesar ± 10
 Sudut AMB = MBS ≈ 10
 Sudut tambahan yang masih harus ditempuh oleh Bumi
untuk mencapai 1 x rotasi ( 1 hari matahari ≈ 10 (= 4 menit)

1 hari matahari = 1 hari bintang + 4 menit


1 jam matahari = 1 jam + 10 detik
1 menit matahari = 1 menit bintang + 0,16 detik
1 detik matahari = 1 detik bintang + 0,0027 detik
HUBUNGAN
PERIODE SIDERIS DAN PERIODE SINODIS
SUATU PLANET
Perhatikan B2

kedudukan planet B3
sbb: A2

B1
M A1

Planet B dalam kedudukan oposisi jika dilihat dari A, atau


Planet A dalam kedudukan konjungsi bawah jika dilihat dari B
B2

B3

A2

B1
M A1

Dalam selang waktu t, sudut yang ditempuh planet A lebih


besar dari sudut yang ditempuh planet B.
Misal : A = planet inferior (mis : planet Venus)
B = planet Bumi
B2

B3

A2

B1
M A1

Maka : sudut A1MA2 = θv ; sudut B1MB2 = θB sehingga


sudut A2MB2 = Δθ = θv - θB
 360 0 3600 
  V   B    t
 TV TB 

Untuk mencapai konfigurasi yang sama (t = T sinodis)

 3600 3600 
     Tsin  3600
 TV TB 

Atau :
1 1 1
 
Tsin TV TB
Misal : A = planet Bumi
B = planet superior (mis : planet Yupiter)
Dengan cara yang sama diperoleh :

1 1 1
 
Tsin TB TY
Periode Sideris dan Periode Sinodis Planet

No Planet Periode Sideris Periode Sinodis


1 Merkurius 87,969 h 115,9 h
2 Venus 224,701 h 1 th 218,7 h
3 Bumi 365,256 h -
4 Mars 1 th 321,73 h 2 th 49,5 h
5 Yupiter 11 th 314,84 h 1 th 33,6 h
6 Saturnus 29 th 167,0 h 1 th 12,8 h
7 Uranus 84 th 7,4 h 1 th 4,4 h
8 Neptunus 164 th 280,3 h 1 th 2,2 h

Silahkan dicek apakah memenuhi persamaan di atas !!!!!!!


SPEKTROSKOPI
Hukum Pancaran
 HUKUM PANCARAN

Untuk memahami sifat pancaran suatu benda kita


hipotesakan suatu pemancar sempurna yang disebut benda
hitam (black body)
 Pada keadaan kesetimbangan termal, temperatur benda
hanya ditentukan oleh jumlah energi yang diserapnya
perdetik
 Suatu benda hitam tidak memancarkan seluruh
gelombang elektromagnet secara merata. Benda hitam
bisa memancarkan cahaya biru lebih banyak
dibandingkan dengan cahaya merah, atau sebaliknya.
Menurut Max Planck (1858 – 1947), suatu benda hitam yang
temperaturnya T akan memancarkan energi berpanjang
gelombang antara l dan l + dl dengan intensitas spesifik
Bl(T) dl sebesar

2 h c2 1 . . . . . . . . . . . . . (1-1)
B (T) =
5 ehc/kT - 1

Fungsi Planck

B (T) = Intensitas spesifik (I) = Jumlah energi yang


mengalir pada arah tegak lurus permukaan per
cm2 per detik, per steradian
2 h c2 1
B (T) =
5 ehc/kT - 1

h = Tetapan Planck = 6,625 x 10-27 erg det


k = Tetapan Boltzmann = 1,380 x 10-16 erg/ K
c = Kecepatan cahaya = 2,998 x 1010 cm/det
T = Temperatur dalam derajat Kelvin (K)
Apabila dinyatakan dalam frekuensi fungsi Planck menjadi :

2h3 1 . . . . . . . . . . . . . . . . (1-2)
B (T) =
c 2 e h/kT - 1

Intensitas spesifik benda hitam sebagai fungsi panjang gelombang


Panjang gelombang maksimum (maks) pancaran benda
hitam dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Wien
yaitu
0,2898 . . . . . . . . . . . . . . . . . . (I-3)
maks 
T
maks dinyatakan dalam cm dan T dalam derajat Kelvin
 Hukum Wien ini menyatakan bahwa makin tinggi
temperatur suatu benda hitam, makin pendek panjang
gelombangnya

 Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala


bahwa bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak
berwarna biru, sedangkan yang temperatur-nya rendah
tampak berwarna merah.
Contoh :
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa puncak spektrum
bintang A dan bintang B masing-masing berada pada
panjang gelombang 0,35 m dan 0,56 m. Tentukanlah
bintang mana yang lebih panas, dan seberapa besar
perbedaan temperaturnya
lmaks A = 0,35 m , lmaks B = 0,56 m
Jawab :
Jadi bintang A mempunyai lmaks lebih pendek daripada
bintang B. Menurut hukum Wien, bintang A lebih panas
daripada bintang B
0,2898 0,2898
maks  T
T maks
0,2898 0,2898
Untuk bintang A : TA = =
lmaks A 0,35

0,2898 0,2898
Untuk bintang B : TB = =
lmaks B 0,56

TA 0,2898 0,56
= = 1,6
TB 0,35 0,2898

Jadi temperatur bintang A lebih panas 1,6 kali daripada


temperatur bintang B
0,2898 0,2898
Cara lain : maks = T=
T maks
Bintang A : lmaks = 0,35 m = 0,35 x 10-4 cm
0,2898
TB = = 8 280 K
0,35 x 10 -4

Bintang B : lmaks = 0,56 m = 0,56 x 10-4 cm


0,2898
TA = = 5 175 K
0,56 x 10 -4

TA 8280
= = 1,6
TB 5175
Jadi bintang A 1,6 kali lebih panas daripada bintang B
Energi total yang dipancarkan benda hitam dapat
ditentukan dengan mengintegrasikan persamaan (I-1)

 4 . . . . . . . . . . . (I-4)
B(T) = Bl (T) d B (T )  T

0

Hukum Stefan-Boltzmann
2 k 4 5
= = 5,67 x 10-5 erg cm-2 K-4 s-1
15 h3 c2

konstanta Stefan-Boltzmann
Dari intensitas spesifik Bl(T) dapat ditentukan jumlah energi
yang dipancarkan oleh setiap cm2 permukaan benda hitam per
detik ke semua arah, yaitu
F = p B(T) = s T 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (I-5)
F : Fluks energi benda hitam
Apabila suatu benda berbentuk bola beradius R dan
bertemperatur T memancarkan radiasi dengan sifat-sifat
benda hitam, maka energi yang dipancarkan seluruh benda itu
ke semua arah perdetik adalah,
L = 4 p R2 F = 4 p R2 sT 4 . . . . . . . . . . . . . . . . (I-6)

L : Luminositasbenda T : Temperatur efektif

L = 4 p R2 sTef 4
Luminositas :
L = 4 pR2 F = 4 p R2 sT4

Luas permukaan bola

d R L
Fluks F
4R 2

L
Fluks E
4d 2
Luminositas : L = 4 p R 2 s T4
Resume
Intensitas spesifik B(T) = I

1 cm
1 cm

Fluks F = s T4

d
Fluks pada jarak d :
Energi yang melewati
1 cm sebuah permukaan bola
1 cm yang beradius d per L
detik per cm2
E
4d 2
Bintang sebagai Benda Hitam
Bintang dapat dianggap sebagai benda hitam. Hal ini bis dilihat
dalam gambar di bawah bahwa distribusi energi bintang kelas
O5 dengan Tef = 54 000 K sama dengan distribusi energi
benda hitam yang temparaturnya T = 54 000 K.
1.80
1.60
1.40 Black Body
T = 54 000 K
1.20
Intensitas

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20 Bintang Kelas O5
Tef = 54 000 K
0.00
0.35 0.45 0.55 0.65 0.75 0.85
Panjang Gelombang ( m )
Oleh karena itu semua hukum-hukum yang berlaku pada benda
hitam, berlaku juga untuk bintang.
2hc 2 1
 Intensitas spesifik (I) : B (T )  5 hc / kT
 e 1
Jumlah energi yang dipancarkan bintang pada arah tegak
lurus permukaan per cm2 per detik per steradian

 Fluks (F) : F = p B(T) (F = p I)


F=sT4
L
F
4R 2
Jumlah energi yang dipancarkan oleh setiap cm2
permukaan bintang per detik ke semua arah
 Luminositas (L) : L = 4 p R2 sTef 4
Energi yang dipancarkan oleh seluruh permukaan bintang yang
beradius R dan bertemperatur Tef per detik ke semua arah
L
 Fluks pada jarak d (E) : E
4d 2
Energi bintang yang diterima/melewati permukaan pada jarak d
per cm2 per detik (E)
 Pers. ini disebut juga hukum kuadrat kebalikan (invers
square law) untuk kecerlangan (brightness). Karena pers.
ini menyatakan bahwa kecerlangan berbanding terbalik
dengan kuadrat jaraknya
 Makin jauh sebuah bintang, makin redup cahayanya
Contoh :
Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan dengan
kecerlangan semula apabila jaraknya dijauhkan 3 kali dari
jarak semula.
Jawab :
Misalkan dA jarak semula dan kecerlangannya adalah EA. Jarak
sekarang adalah dB = 3 dA dan kecerlangannya adalah EB.
Jadi,
L
EA  2 2 2
4d A  dA   dA  1
L EB  E A    E A    E A
EB = L2
EB 4  dB 2  dB   3d A  9
4d B
Jadi setelah jaraknya dijauhkan 3 kali dari jarak semula, maka
kecerlangan bintang menjadi lebih redup sebesar 1/9 kali
kecerlangan semula.
Contoh :
Bumi menerima energi dari matahari sebesar 1380 W/m2.
Berapakah energi dari matahari yang diterima oleh planet
Saturnus, jika jarak Matahari-Saturnus adalah 9,5 AU ?
Jawab :
Misalkan
Jawab : energi matahari yang diterima di Bumi adalah EB =
1380 W/m2 dan jarak Bumi-Matahari adalah dB = 1 AU.
Misalkan energi matahari yang diterima di Saturnus adalah ES
dan jarak Saturnus-Matahari adalah dS = 9,5 AU. Jadi
2 2
 dB   1 
 
ES  EB    1380   15,29 Watt/m 2
 dS   9,5 
TERIMA KASIH
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG (1)
 Bintang memancarkan energi dan radiasi yang
dihasilkan oleh proses reaksi termonuklir pembentukan
helium dari hidrogen yang berlangsung di pusatnya.

 Bila reaksi ini bertangsung terus, lama-lama hidrogen di


pusatnya akan habis.

 Meskipun demikian, reaksi termonuklir akan terus


berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur yang berbeda,
dan efeknya bisa tertihat pada diagram Hertzsprung-
Russell.
Kita akan mengikuti jejak evolusi bintang mulai dari saat
bintang itu membakar hidrogen di kulitnya ketika menjadi
bintang raksasa merah, kemudian saat meledak menjadi
nova atau supernova, sampai pada pembentukan bintang
katai putih, bintang netron, atau lubang hitam dan pulsar
serta suatu objek ss 433 (obyek-obyek istimewa sbg evolusi
lanjut bintang)
1. Pembentukan Bintang Raksasa Merah
 Ketika hidrogen di pusat bintang habis, maka
pembakaran hidrogen akan berlangsung di kulit bintang.

 Di pusatnya hanya terdapat helium.

 Helium yang terdapat di pusat bintang tidak mengalami


reaksi termonuklir dengan cara yang sama dengan reaksi
pembentukan helium karena reaksi termonuklir yang
melibatkan helium memerlukan lingkungan dengan
temperatur yang tebih tinggi daripada yang dimiliki helium
saat ini.
 Tidak adanya reaksi termonuklir ini mengakibatkan tidak
adanya radiasi yang bisa mengimbangi gaya gravitasi
bintang.

 Akibatnya, gaya gravitasi akan mengerutkan inti bintang.


Pengerutan menyebabkan inti bintang semakin panas dan
selanjutnya memanaskan hidrogen yang menyelubunginya.

 Panas yang diterima kulit hidrogen yang menyelubungi


inti helium membuat reaksi proton-proton berjalan
semakin cepat.
 Energi yang dibangkitkan oleh reaksi yang semakin
cepat ini sebagian dipancarkan keluar dan mengakibatkan
pengembangan selubung bintang.

 Pengembangan selubung bintang menyebabkan


permukaan bintang mendingin dan warnanya menjadi
semakin merah.

 Sebabnya, meskipun energi yang dibangkitkan semakin


banyak, energi tersebut disebarkan pada permukaan yang
lebih luas sehingga tiap satuan luas permukaan
memperoleh energi yang lebih sedikit dibandingkan
dengan kalau selubung tidak mengembang.
 Karena proses pengembangan ini, bintang kemudian
bergeser ke bagian kanan atas pada diagram Hertzsprung-
Russell (yakni bagian dengan temperatur yang lebih rendah
dan kecerlangan yang tebih tinggi) menjadi bintang raksasa
merah karena ukurannya yang besar dan warnanya merah.

 Temperaturnya hanya sekitar 2.0000 C, tetapi


diameternya sekitar 100 kali diameter matahari.
 Apabila matahari kita berevolusi menjadi bintang
raksasa merah, maka matahari akan mengembang dan bisa
menelan planet Merkurius serta venus.

 Pada saat itu bumi akan terpanggang dan tidak akan bisa
didiami.

 Akan tetapi, kita yang hidup pada zaman ini tidak perlu
khawatir karena proses tersebut masih lama sekali
berlangsungnya, kira-kira 5 miliar tahun lagi.
 Bersama dengan pengembangan selubung bintang,
pemanasan inti bintang berlangsung terus hingga mencapai
100 juta derajat celcius.

 Pada saat itu temperatur bintang sudah cukup panas


untuk meLakukan reaksi termonuklir tripeL alfa, yakni reaksi
penggabungan tiga inti helium (partikeL alfa) menjadi satu
atom karbon sambil melepaskan energi.

 Proses dimulainya reaksi pembakaran helium berlangsung


sangat cepat dan eksplosif sehingga disebut proses “kilatan
helium” (helium flash).
 Inti bintang mengembang karena reaksi tripel alfa
menimbulkan reaksi termonuklir pembangkit radiasi yang
mengimbangi gaya gravitasi, yang cenderung meruntuhkan
bintang.

 Akan tetapi, energi radiasi yang ditimbulkan tidak cukup


untuk mempertahankan jari-jari bintang raksasa merah
sehingga bintang raksasa pun akan mengerut.

 Akibatnya, pada diagram Hertzsprung-Russell bintang


bergerak ke arah kiri bawah dari posisinya saat menjadi
bintang raksasa merah.
 Pada saat ini terjadi dua reaksi termonuklir yang
berbeda dan berlangsung terpisah.

 Di pusat bintang berlangsung reaksi pembakaran helium


menjadi karbon, sedang di kulitnya berlangsung reaksi
pembentukan helium dari hidrogen.
 Setelah inti karbon di pusat bintang terbentuk, inti
bintang mengerut karena tidak melakukan reaksi termonuklir
lagi.

 Inti semakin panas sehingga selubung bintang yang


didominasi helium mengembang.

 Akibatnya, seperti pada saat inti helium terdapat di pusat,


bintang bergerak ke kanan atas lagi pada diagram
Hertzsprung-Russell, tetapi dengan kecerlangan yang lebih
tinggi sehingga pada kedudukan ini bintang diberi nama
bintang maharaksasa merah.
 Pada saat bintang menjadi bintang raksasa merah,
massanya berkurang karena ada sebagian materi yang
terlempar keluar dan terlepas dari medan gravitasi bintang.

 Materi ini ada yang menjadi selubung yang mengelilingi


bintang, yang kemudian diberi nama planetary nebula
(nebula planeter).

 Setelah inti bintang mengerut, proses evolusi berikutnya


sangat dipengaruhi oleh massa bintang.
 Apabila massa yang tinggal sampai pada tahap ini kurang
dari suatu harga tertentu, maka proses reaksi termonuklir
yang berlangsung di pusat bintang akan berhenti dan bintang
mulai padam.

 Batas massa yang menentukan nasib evolusi bintang


berikutnya ini dinamakan batas Chandrasekhar yang
harganya 1,44 kali massa matahari.

 Apabila suatu bintang ketika berada di deret utama


memiliki massa kurang dari 4 kali massa matahari, maka
ketika seluruh helium di pusatnya berubah menjadi karbon,
reaksi termonuklir akan berhenti.
 Ini disebabkan suhu inti tidak cukup tinggi untuk memulai
reaksi pembakaran karbon.

 Karena tidak ada radiasi vang bisa menahan gravitasi, maka


bintang akan mengerut dan menjadi mampat sekali.

 Kerapatan bintang ini sekitar 20 miliar gram per sentimeter


kubik.

 Pada saat ini bintang akan menjadi bintang katai putih dan
berada di bagian kiri bawah pada diagram Hertzsprung-
Russell.
Bintang Katai Putih
 Tahap katai putih adalah tahap akhir evolusi bintang
seperti matahari kita.

 Pada saat ini tidak ada radiasi yang bisa menahan


gravitasi yang meruntuhkan bintang.

 Bintang menjadi cukup stabil karena materi-materi di


dalamnya berada dalam keadaan yang bisa mengimbangi
gravitasi bintang.
 Pada saat bintang mengerut, materi semakin
termampatkan sampai atom-atom juga semakin mampat,
jauh lebih mampat daripada atom-atom materi biasa.

 Elektron-elektron dari atom-atom yang termampatkan


ini pun ikut termampatkan, tetapi hanya sampai pada batas
tertentu saja dan tidak bisa lebih mampat lagi.

 Hal ini terjadi karena datam teori kuantum dua buah


partikel tidak mungkin berada dalam dua keadaan yang
sifat-sifatnya tepat sama (prinsip eksklusi Pauli).
 Elektron yang berada datam keadaan termampatkan
maksimum ini dinamakan elektron terdegenerasi.

 Materi yang berada dalam keadaan terdegenerasi


bersifat seperti logam karena etektron-elektron bisa
bergerak bebas ke sana kemari.

 Materi yang berada dalam keadaan ini bisa menahan


tekanan yang besar tanpa mengalami perubahan volume.

 Inilah yang menyebabkan bintang menjadi stabiI


meskipun tidak ada radiasi yang bisa menahan gravitasi
yang cenderung meruntuhkan bintang.
 Bila matahari menjadi bintang katai putih, ia akan
berukuran sebesar bumi saja, tetapi dengan kerapatan yang
sangat besar.

 Selama miliaran tahun bintang ini akan memancarkan


radiasinya sebelum benar-benar padam dan kemudian
memasuki suatu tahap yang disebut tahap katai gelap.

 Bintang katai putih kadang-kadang memunculkan suatu


gejala peningkatan kecerlangan secara mendadak dan
kemudian padam kembali.

 Proses ini bisa juga disebut sebagai ledakan bintang yang


disebut nova atau supernova, tergantung besar kecilnya
ledakan.
 Bita ledakannya tidak begitu dahsyat sehingga bintang
masih utuh, maka ledakannya disebut nova.

 Bila ledakannya sangat dahsyat sampai menghancurkan


bintang, ledakan ini dinamakan supernova.

 Ada dua jenis supernova, yaitu tipe I dan tipe II.

 Supernova yang terjadi pada bintang katai putih


termasuk supernova tipe I, sedangkan yang bertangsung
pada bintang tunggal disebut supernova tipe II
 Ledakan supernova terjadi pada bintang katai putih
yang menjadi anggota pasangan bintang ganda.

 Bintang ini berpasangan dengan bintang normal atau


bintang raksasa merah.

 Pada bintang ganda yang berdekatan bisa terjadi aliran


materi ke bintang katai putih dari bintang pasangannya.
 Materi yang jatuh padanya mengakibatkan timbulnya
reaksi termonuktir di permukaan bintang.

 Reaksi inilah yang menyebabkan kecerlangan bintang


meningkat drastis sekali dan bintang seolah-olah meledak.
BERSAMBUNG
HUBUNGAN
PERIODE SINODIS-PERIODE SIDERIS
SISTEM TATA SURYA
Berdasarkan orbitnya dilihat dari Bumi, planet dibagi
menjadi 2 kelompok :

 Planet inferior : planet-planet yang orbitnya


di sebelah dalam orbit Bumi, yaitu : Merkurius dan
Venus.

 Planet superior : planet-planet yang orbitnya


di luar orbit Bumi, yaitu : Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
KEDUDUKAN PLANET-PLANET
TERHADAP BUMI DAN MATAHARI
A. Planet Inferior.

Sudut elongasi : sudut yang dibentuk oleh garis planet – Bumi dan
Bumi – Matahari.
Sudut elongasi max : sudut elongasi pada saat garis planet-Bumi dan
garis planet – matahari saling tegak lurus.
C. Planet Superior.
C. Sistem Waktu
 Waktu Bintang : (Waktu Sideris)
 Waktu yang diperlukan bumi (planet) untuk berotasi
penuh terhadap bintang (Aries)
 Selang waktu yang diperlukanoleh titik Aries untuk
melewati mereridian ( mencapai kulminasi atas ) 2 x
secara berturutan
 Sudut jam titik Aries (pada 0 jam, 0 menit, 0 detik
di kulminasi atas)
 Waktu Matahari : (Waktu Sinodis)
 Periode rotasi Bumi (planet) terhadap Matahari.
 Lebih lama daripada waktu bintang
HUBUNGAN WAKTU MATAHARI DAN WAKTU BINTANG

Perhatikan Gambar sbb : (Rotasi dan Revolusi Bumi)


 Bintang-bintang pada bola langit merupakan titik-titik
yang relatif tetap selama 24 jam.
 Untuk Matahari tidaklah demikian
 Periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari 365,25 hari
 Selama 365,25 hari menempuh sudut sebesar 3600
 Setiap hari Bumi menempuh sudut sebesar ± 10
 Sudut AMB = MBS ≈ 10
 Sudut tambahan yang masih harus ditempuh oleh Bumi
untuk mencapai 1 x rotasi ( 1 hari matahari ≈ 10 (= 4 menit)

1 hari matahari = 1 hari bintang + 4 menit


1 jam matahari = 1 jam + 10 detik
1 menit matahari = 1 menit bintang + 0,16 detik
1 detik matahari = 1 detik bintang + 0,0027 detik
HUBUNGAN
PERIODE SIDERIS DAN PERIODE SINODIS
SUATU PLANET
Perhatikan B2

kedudukan planet B3
sbb: A2

B1
M A1

Planet B dalam kedudukan oposisi jika dilihat dari A, atau


Planet A dalam kedudukan konjungsi bawah jika dilihat dari B
B2

B3

A2

B1
M A1

Dalam selang waktu t, sudut yang ditempuh planet A lebih


besar dari sudut yang ditempuh planet B.
Misal : A = planet inferior (mis : planet Venus)
B = planet Bumi
B2

B3

A2

B1
M A1

Maka : sudut A1MA2 = θv ; sudut B1MB2 = θB sehingga


sudut A2MB2 = Δθ = θv - θB
 360 0 3600 
  V   B    t
 TV TB 

Untuk mencapai konfigurasi yang sama (t = T sinodis)

 3600 3600 
     Tsin  3600
 TV TB 

Atau :
1 1 1
 
Tsin TV TB
Misal : A = planet Bumi
B = planet superior (mis : planet Yupiter)
Dengan cara yang sama diperoleh :

1 1 1
 
Tsin TB TY
Periode Sideris dan Periode Sinodis Planet

No Planet Periode Sideris Periode Sinodis


1 Merkurius 87,969 h 115,9 h
2 Venus 224,701 h 1 th 218,7 h
3 Bumi 365,256 h -
4 Mars 1 th 321,73 h 2 th 49,5 h
5 Yupiter 11 th 314,84 h 1 th 33,6 h
6 Saturnus 29 th 167,0 h 1 th 12,8 h
7 Uranus 84 th 7,4 h 1 th 4,4 h
8 Neptunus 164 th 280,3 h 1 th 2,2 h

Silahkan dicek apakah memenuhi persamaan di atas !!!!!!!


Cara Menentukan Waktu Sideris

 Tentukan waktu Sideris yang bersesuaian dengan


jam 10 tanggal 26 Maret 2007

 Dimanakah posisi bintang Sagitarius (AR 19 jam,


Dekl.-250 ) pada bola langit jam 12 WIB tanggal 14
Maret 2007
Cara Menentukan Waktu Sideris
1. Tentukan selisih hari terhadap salah satu dari 4 tanggal patokan terdekat
yaitu : 21 Maret, 22 Juni, 23 September, dan 22 Desember
2. Tentukan perbedaan waktu titik Aries dengan Matahari selama selisih
waktu no.1 di atas dengan mengalikan setiap beda 1 hari sebesar 4 menit
3. Tentukan jam 0 WMM waktu setempat yang bersesuaian dengan waktu
Sideris pada tanggal yang bersangkutan dengan menambahkan (jika
melewati salah satu tanggal patokan di atas) atau mengurangkan (jika
mendahului) dengan selisih waktu no.2 di atas yang paling dekat dengan
tanggal patokan terdekat yang dipakai
4. Tentukan waktu Sideris jam yang diinginkan dengan menambahkan
dengan WMM pada jam yang ditentukan
Patokan Tanggal Waktu Sideris dengan Waktu Matahari
Menengah
 21 Maret Jam 0 WMM = Jam 12 Waktu Sideris
 22 Juni Jam 0 WMM = Jam 18 Waktu Sideris
 23 September Jam 0 WMM = Jam 0 Waktu Sideris
 22 Desember Jam 0 WMM = Jam 6 Waktu Sideris
Contoh Soal Waktu Sideris
• Tentukan waktu Sideris yang bersesuaian dengan jam 10 tanggal 26 Maret 2007
Jawab:
1. Selisih tanggal 26 Maret dengan 21 Maret adalah = 26-21 = 5 hari
2. Perbedaan waktu Aries dengan matahari selama 5 hari = 5 x 4 = 20 menit
3. Jam 0 WMM tanggal 26 Maret = Jam 12+20 menit = Jam 12.20 Waktu Sideris
4. Jam 10 WMM tanggal 26 Maret = Jam 10 +12.20 Waktu Sieris = Jam 22.20
Waktu sideris
Contoh Soal Aplikasi Posisi Benda Langit
• Dimanakah posisi bintang Sagitarius (AR 19 jam, Dekl.-250 ) pada
bola langit jam 12 WIB tanggal 14 Maret 2007
• Jawab
1. Selisih tanggal 14 Maret dengan 21 Maret = 7 hari
2. Beda Aries dengan Matahari = 7x4 menit = 28 menit
3. Jam 0 WIB tanggal 14 Maret = Jam 12-28 menit = Jam 11.32
Waktu Sideris
4. Jam 12 WIB tanggal 14 Maret = 11.32 WIB = Jam 23.32 Waktu
Sideris
5. Sudut jam rasi Sagittarius saat itu = Waktu Sideris – AR
Sagittarius = 23.32 – 19 = 4 jam 32 menit
Jadi posisi Sagitarius saat itu :
= 4 jam 32 menit = 272 menit
= 272/60 x 150 = 680 di sebelah barat meridian dan 250 di selatan
ekuator

Anda mungkin juga menyukai