Anda di halaman 1dari 21

HUKUM PIDANA MENURUT ISLAM

Dr. Fal. Arovah Windiani, SH. MH

Materi kuliah Blok 4 Semester Genap TA.2021-2022


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Juli 2022
Hukum positif (ius constitutum)
kumpulan asas & kaidah hukum tertulis yang sedang berlaku &
mengikat
• Dalam khazanah hukum positif, hukum menurut isinya dapat dibagi
menjadi:
• Hukum Privat (Hukum Sipil) dan Hukum Publik.
• Hukum Sipil dalam arti luas meliputi Hukum Perdata (Burgelijkrecht)
dan Hukum Dagang (Handelsrecht), sedangkan dalam arti sempit
meliputi Hukum Perdata saja.
• Hukum Publik terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, Hukum Pidana, dan Hukum Internasional.
HUKUM ISLAM
• Sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan
Sunnah Rosul mengenai tingkah laku orang yang sudah dapat
dibebani kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat semua
pemeluknya. 
• hukum Islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata
dengan hukum publik. Ini disebabkan karena menurut sistem hukum
Islam, pada hukum perdata terdapat segi publik dan pada hukum
publik ada segi perdatanya.
HUKUM PIDANA ISLAM, HUKUM KEPIDANAAN ATAU
JARIMAH
(PERBUATAN TINDAK PIDANA )
• Jarimah Hudud; perbuatan yang mempunyai bentuk dan batas hukumannya di
dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Sanksinya berupa sanksi had
(ketetapan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah).
• Hukumannya berupa rajam,jilid atau, potong tangan , penjara/kurungan seumur
hidup, eksekusi bunuh, pengasingan/ deportasi, dan salib.

• Jarimah Ta’zir; perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya


ditentukan oleh pengusa (hakim) sebagai pelajaran kepada pelakunya atau
hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai had.
• Hukumannya berupa hukuman penjara,skorsing atau pemecatan,ganti rugi,
pukulan,teguran dengan kata-kata, dan jenis hukuman lain yang dipandang sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan.
PENGERTIAN HUDUD
• Hudûd adalah kosa kata dalam bahasa Arab yang merupakan bentuk
jamâ’ (plural) dari kata had yang asal artinya pembatas antara dua benda.
Dinamakan had karena mencegah bersatunya sesuatu dengan yang
lainnya. Ada juga yang menyatakan bahwa kata had berarti al-man’u
(pencegah), sehingga dikatakan Hudûd Allah Azza wa Jalla adalah
perkara-perkara yang Allah larang melakukan atau melanggarnya.

• Menurut syar’i, istilah hudûd adalah hukuman-hukuman kejahatan yang


telah ditetapkan oleh syara’ untuk mencegah terjerumusnya seseorang
kepada kejahatan yang sama dan menghapus dosa pelakunya
DELIK HUKUMAN KEJAHATAN
(Jarîmah al-Hudûd)
• Kitabullâh dan sunnah Rasul-Nya sudah menetapkan hukuman-
hukuman tertentu bagi sejumlah tindak kejahatan tertentu yang
disebut jarâimu al-hudûd (delik hukuman kejahatan), yang meliputi
kasus ; perzinahan, tuduhan berzina tanpa bukti yang akurat,
pencurian, mabuk-mabukan, muhârabah (pemberontakan dalam
negara Islam dan pengacau keamanan), murtad, dan perbuatan
melampui batas lainnya.
Hudûd Meliputi Tujuh Jenis

• Had zina (hukuman Zina) ditegakkan untuk menjaga keturunan dan nasab.
• Had al-Qadzf (hukuman orang yang menuduh berzina tanpa bukti) untuk menjaga
kehormatan dan harga diri.
• Had al-Khamr (hukuman orang minum khamer (minuman memabukkan) untuk
menjaga akal.
• Had as-Sariqah (hukuman pencuri) untuk menjaga harta.
• Had al-Hirâbah (hukuman para perampok) untuk menjaga jiwa, harta dan harga diri
kehormatan.
• Had al-Baghi (hukuman pembangkang) untuk menjaga agama dan jiwa
• Had ar-Riddah (hukuman orang murtad) untuk menjaga agama.
• Ta’zîr.
HIKMAH PENSYARIATAN HUDUD
• Siksaan bagi orang yang berbuat kejahatan dan membuatnya jera dan
dapat mendorongnya untuk istiqamah serta selalu taat kepada Allah
• ‫طعُوا َأ ْي ِديَهُ َما َج َزا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِم َن هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم‬
َ ‫َّارقَةُ فَا ْق‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
• 
• Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) balasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. [al-Mâidah/5:38]
• Mencegah orang lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan,
pensucian dan penghapusan dosa.
• Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla memerintahkan untuk
mengumumkan had dan melakukannya di hadapan manusia.

َ ِ‫طاِئفَةٌ ِم َن ْال ُمْؤ ِمن‬


• ‫ين‬ َ ‫َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما‬

• Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh


sekumpulan orang-orang yang beriman. (an-Nûr/24:2 
‫‪• Hudûd adalah penghapus dosa dan pensuci jiwa pelaku kejahatan‬‬
‫‪tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ubâdah bin Shâmit‬‬
‫‪Radhiyallahu anhu, ia berkata:‬‬
‫صابَةٌ ِم ْن َأصْ َحابِ ِه بَايِعُونِي َعلَى َأ ْن الَ تُ ْش ِر ُكوا •‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال َو َح ْولَهُ ِع َ‬ ‫َأ َّن َرس َ‬
‫ُول هَّللا ِ َ‬
‫ان تَ ْفتَرُونَهُ بَي َْن َأ ْي ِدي ُك ْم َوَأرْ ُجلِ ُك ْم‬ ‫ْأ‬‫ْرقُوا َوالَ تَ ْزنُوا َوالَ تَ ْقتُلُوا َأ ْوالَ َد ُك ْم َوالَ تَ‬
‫ٍ‬ ‫َ‬ ‫ت‬‫ه‬‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ب‬‫ِ‬ ‫ب‬ ‫وا‬‫ُ‬ ‫ت‬ ‫بِاهَّلل ِ َش ْيًئا َوالَ تَس ِ‬
‫ب ِفي‬‫ك َش ْيًئا فَعُو ِق َ‬‫اب ِم ْن َذلِ َ‬‫ص َ‬ ‫ُوف فَ َم ْن َوفَى ِم ْن ُك ْم فََأجْ ُرهُ َعلَى هَّللا ِ َو َم ْن َأ َ‬
‫َوالَ تَ ْعصُوا ِفي َم ْعر ٍ‬
‫ك َش ْيًئا ثُ َّم َستَ َرهُ هَّللا ُ فَهُ َو ِإلَى هَّللا ِ ِإ ْن َشا َء َعفَا َع ْنهُ َوِإ ْن َشا َء‬
‫اب ِم ْن َذلِ َ‬
‫ص َ‬‫ال ُّد ْنيَا فَهُ َو َكفَّا َرةٌ لَهُ َو َم ْن َأ َ‬
‫َعاقَبَهُ فَبَايَ ْعنَاهُ َعلَى َذلِك‬
‫‪• ‬‬
• Ketika di sekeliling beliau ada sekelompok sahabatnya, Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berjanji setialah kamu kepadaku,
untuk tidak akan mempersekutukan Allah Azza wa Jalla dengan sesuatu apa
pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak membunuh anak-anak
kamu dan tidak berbuat dusta sama sekali serta tidak bermaksiat dalam hal
yang ma’rûf. Siapa di antara kamu yang menepati janjinya, niscaya Allah
Azza wa Jalla akan memberikannya pahala. Tetapi siapa saja yang
melanggar sesuatu darinya, lalu diberi hukuman di dunia, maka hukuman
itu adalah kafarah (penghapus dosanya). Dan barangsiapa yang melanggar
sesuatu darinya lalu ditutupi oleh Allah Azza wa Jalla kesalahannya (tidak
dihukum), maka terserah kepada Allah Azza wa Jalla; kalau Dia
menghendaki diampuni-Nya kesalahan orang itu dan kalau Dia
menghendaki, disiksa-Nya.” [Muttafaqun ’alaih: Fat-hul Bâri I/ 64 no: 18,
Muslim 3/1333 no: 1709 dan an-Nasâ’i 7/148]
• Menciptakan suasana aman dalam masyarakat dan menjaganya.
• Menolak keburukan, dosa dan penyakit pada masyarakat, karena apabila
kemaksiatan telah merata dan menyebar pada masyarakat maka Allah
Azza wa Jalla akan menggantinya dengan kerusakan dan musibah serta
dihapusnya kenikmatan dan ketenangan. Untuk menjaga hal ini maka
solusi terbaiknya adalah menegakkan dan menerapkan hudûd. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
َ ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجع‬
• ‫ُون‬ ِ َّ‫ت َأ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
• 
• Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan
tangan manusia, supaya Allah Azza wa Jalla merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).[ar-Rûm/30:41]
• 
َ ‫ض َأ َحبُّ ِإلَى َأ ْه ِلهَا ِم ْن َأ ْن يُ ْم‬
َ ‫طر ُْوا ثَالَثِي َْن‬
• ‫صبَا ًحا‬ ِ ْ‫ا َح ٌّد يُقَا ُم ِف ْي اَألر‬
• 
• Dari Abû Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu hukuman kejahatan yang ditegakkan
di muka bumi lebih dicintai bagi penduduknya daripada mereka
diguyur hujan selama tiga puluh hari. [Hasan ; Shahîh Ibnu Mâjah no;
2057, Ibnu Mâjah 2/848 no : 2538, an-Nasâ’I 8/76)[8]
SYARAT PENERAPAN AL-HUDUD
• Pelaku kejahatan adalah seorang mukallaf yaitu baligh dan berakal.
• Pelaku kejahatan tidak terpaksa dan dipaksa.
• Pelaku kejahatan mengetahui larangannya.
• Kejahatannya terbukti dan bahwa ia melakukannya tanpa ada syubhat
(keraguan). Hal ini bisa dibuktikan dengan pengakuannya sendiri atau
dengan bukti persaksian orang lain.
HUKUM MENEGAKKAN HAD

• Diwajibkan kepada wali umur (penguasa) untuk menegakkan dan menerapkan


Had kepada seluruh rakyatnya berdasarkan dalil dari al-Qur`ân, Sunnah dan
Ijma’ serta dituntut qiyas yang shahîh
 
• ‫طعُوا َأ ْي ِديَهُ َما َج َزا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِم َن هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم‬
َ ‫َّارقَةُ فَا ْق‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬

• Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [al-Mâidah/5:38]
• 
• Dalil Sunnah di antaranya adalah hadits Ubâdah bin Shâmit yang
mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
• ‫ب َو ْالبَ ِعي ِد َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم فِي هَّللا ِ لَ ْو َمةُ اَل ِئ ٍم‬
ِ ‫َأقِي ُموا ُح ُدو َد هَّللا ِ فِي ْالقَ ِري‬

• “Tegakkanlah hukuman-hukuman (dari) Allah Azza wa Jallakepada


kerabat dan lainnya, dan janganlah kecaman orang yang suka mencela
mempengaruhi kamu (dalam menegakkan hukum-hukum) karena Allah
Azza wa Jalla.” [Hasan: Shahîh Ibnu Mâjah No. 2058 dan Ibnu Mâjah
No. 2540]
‫‪Apabila perkaranya telah masuk ke pemerintah atau telah‬‬
‫‪dimejahijaukan (pengadilan), maka dilarang adanya syafaat‬‬
‫‪(rekomendasi) pembebasan atau pengurangan hukuman‬‬
‫‪• Dalam hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:‬‬
‫‪• ‬‬
‫ت فَقَالُوا َو َم ْن •‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا َأ َّن قُ َر ْي ًشا َأهَ َّمهُ ْم َشْأ ُن ْال َمرْ َأ ِة ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة الَّتِي َس َرقَ ْ‬ ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َر ِ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَالُوا َو َم ْن يَجْ تَ ِرُئ َعلَ ْي ِه ِإالَّ ُأ َسا َمةُ ب ُْن َز ْي ٍد ِحبُّ َرس ِ‬
‫ُول‬ ‫يُ َكلِّ ُم ِفيهَا َرسُو َل هَّللا ِ َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َكلَّ َمهُ ُأ َسا َمةُ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأتَ ْشفَ ُع فِي َح ٍّد ِم ْن‬ ‫هَّللا ِ َ‬
‫يف تَ َر ُكوهُ‬ ‫ق فِي ِه ْم ال َّش ِر ُ‬ ‫ين قَ ْبلَ ُك ْم َأنَّهُ ْم َكانُوا ِإ َذا َس َر َ‬ ‫ك الَّ ِذ َ‬ ‫ال ِإنَّ َما َأ ْهلَ َ‬‫ب ثُ َّم قَ َ‬ ‫ُح ُدو ِد هَّللا ِ ثُ َّم قَا َم فَ ْ‬
‫اختَ َ‬
‫ط َ‬
‫ْت يَ َدهَا‬ ‫ت لَقَ َ‬
‫طع ُ‬ ‫ت ُم َح َّم ٍد َس َرقَ ْ‬ ‫يف َأقَا ُموا َعلَ ْي ِه ْال َح َّد َوا ْي ُم هَّللا ِ لَ ْو َأ َّن فَ ِ‬
‫اط َمةَ بِ ْن َ‬ ‫ض ِع ُ‬‫ق فِي ِه ْم ال َّ‬ ‫َوِإ َذا َس َر َ‬
‫‪• ‬‬
• Dari Aisyah Radhiyallahu anhuma yang mengatakan bahwa kaum Quraisy
sangat dipusingkan ihwal seorang perempuan suku Makhzum yang
melakukan pencurian. Mereka mengatakan, “Siapa yang bisa berbicara
dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Shallallahu ‘alaihi wa sallam
(yaitu mengemukakan permintaan supaya perempuan itu dibebaskan)?”
Tidak ada yang mau berbicara tentang hal itu, kecuali Usamah kesayangan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Apakah engkau hendak menolong supaya orang bebas dari
hukuman Allah Azza wa Jalla?” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdiri lalu berkhutbah, “Hai sekalian manusia, orang-orang sebelum kamu
menjadi sesat hanyalah disebabkan apabila seorang bangsawan mencuri,
mereka biarkan (tidak melaksanakan hukuman kepadanya) dan bila orang
miskin mencuri, mereka tegakkan had padanya. Demi Allah Azza wa Jalla,
kalaulah seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya
Muhammad memotong tangannya.” [Muttafaqun ’alaih]
PIHAK YANG BERWENANG MELAKSANAKAN HUDUD

• Imam, kepala negara, atau wakilnya (aparat pemerintah yang mendapat tugas
darinya). Sebab di masa kerasulan, beliaulah yang melaksanakannya.
Demikian pula para Khalifahnya sepeninggal beliau Shallalahu alalaihi wa
sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah juga mengutus Unais
Radhiyallahu anhu untuk melaksanakan hukum rajam, sebagaimana dalam
sabdanya :
• 
• ْ َ‫َوا ْغ ُد يَا ُأنَ ْيسُ ِإلَى ا ْم َرَأ ِة هَ َذا فَِإ ْن ا ْعتَ َرف‬
‫ت فَارْ ُج ْمهَا‬
• 
• Wahai Unais, berangkatlah menemui isteri orang ini, jika ia mengaku
(berzina), maka rajamlah! [HR al-Bukhâri no. 2147]
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SAMA DALAM HUDUD
Syaikh Ibnu Utsaimin

• Para ulama memberikan 3 pengecualian, yaitu:

1. Wanita dihukum dengan duduk sedangkan lelaki dengan berdiri.


2. Pakaian wanita diikat sedangkan lelaki tidak.
3. Tangannya ditahan (diikat) hingga tidak terbuka auratnya,
sedangkan lelaki tidak.

Anda mungkin juga menyukai