Jika perusahaan menjual barang secara kredit maka akan timbul piutang. Alasan
perusahaan melakukan penjualan secara kredit:
Meningkatkan penjualan
Persaingan
Investasi dalam piutang bagi suatu perusahaan tergantung pada jumlah penjualan
kredit dan rata-rata periode pengumpulan piutang (average collection period
atau ACP).
Sebagai contoh, jika ACP perusahaan adalah 30 hari, dan penjualan secara kredit
Rp1.000 per hari, maka piutang perusahaan adalah: 30 x Rp 1.000.000 = Rp
30.000.000 secara rata-rata.
Syarat penjualan mencakup tiga unsur yang berbeda, yaitu: jangka waktu kredit, potongan
tunai dan periode potongan.
Sebagai contoh, syarat penjualan adalah: 2/10, net 60, misalkan pelanggan membeli barang
senilai Rp 1.000.000 , maka :
Pelanggan mempunyai pilihan untuk membayar dalam 10 hari sebesar: Rp 1.000.000
x (1 – 0,02) = Rp 980.000 atau membayar Rp 1.000.000 dalam waktu 60 hari.
Jangka Waktu Kredit
Terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi jangka waktu kredit, yaitu:
a.Jenis barang yang dihasilkan atau dijual
b.Permintaan konsumen
c.Biaya, profitabilitas dan standarisasi
d.Risiko kredit
e.Besarnya transaksi
f.Persaingan
g.Jenis pelanggan
Potongan Tunai
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pelanggan membayar lebih cepat dari jangka waktu kredit.
Contoh dengan syarat penjualan 2/10, net 20. Apakah potongan 2% tersebut menarik bagi pembeli untuk
membayar lebih cepat ?
Anggap pembeli membeli barang senilai Rp 1.000.000, Pembeli dapat membayar Rp 980.000 dalam jangka
waktu 10 hari atau menunggu 20 hari dan membayar Rp 1.000.000.
Hal ini berarti pembeli meminjam Rp 980.000 ,- selama 20 hari dan membayar bunga Rp20.000,- Dengan bunga
Rp 20.000 atas pinjaman Rp 980.000 berarti suku bunga pinjaman tersebut adalah : Rp 20.000 / Rp 980.000 =
2,0408%, Harus diingat suku bunga tersebut untuk jangka waktu 20 hari.
Ada 365/20 = 18,25 periode dalam satu tahun, jika pembeli tidak mengambil kesempatan untuk memperoleh
potongan tunai, berarti pembeli membayar suku bunga efektif tahunan (effective annual rate atau EAR) sebesar:
EAR = ((1 + 0,020408) pangkat 18,25) – 1 = 44,6%
Potongan Tunai dan ACP
Sebagai contoh, anggap sekarang perusahaan mempunyai syarat penjualan net 30 dan ACP selama 30 hari.
Jika perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/10, net 30, dan sebanyak 50% pelanggan (atas volume pembelian)
memanfaatkan kesempatan memperoleh potongan dan membayar dalam waktu 10 hari, sedangkan sisanya
membayar dalam waktu 30 hari. Berapa ACP setelah perubahan kebijakan kredit tersebut ? Jika penjualan
perusahaan sebanyak Rp15 juta setiap tahun (sebelum potongan), berapa investasi dalam piutang ?
Jika dianggap 50% pelanggan membayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya membayar dalam waktu 30 hari, maka
ACP yang baru adalah :
ACP baru = 0,50 x 10 hari + 0,50 x 30 hari = 20 hari
Dengan demikian ACP mengalami penurunan dari 30 hari menjadi 20 hari.
Rata-rata penjualan per hari adalah Rp15 juta / 365 = Rp 41.096
Piutang akan berkurang sebesar Rp 41.096 x 10 = Rp410.960
Analisis Kebijakan Kredit
Dalam mengevaluasi kebijakan kredit, ada lima faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1.Dampak terhadap penjualan (revenue effects).
2.Dampak terhadap biaya (cost effect).
3.Biaya atas utang.
4.Kemungkinan tidak membayar.
5.Potongan tunai
Mengevaluasi Usulan Kebijakan Kredit
Contoh perusahaan CITRA, yang mengevaluasi permintaan dari sejumlah pelanggan untuk
merubah kebijakan kredit sekarang, menjadi net 30 hari.
Untuk menganalisis perlu dijelaskan notasi yang digunakan sebagai berikut:
P = Harga per unit
v = Biaya variabel per unit
Q = Jumlah unit produk yang dijual per bulan sekarang
Q’= Jumlah unit produk yang dijual pada kebijakan baru
R = Tingkat keuntungan yang disyaratkan per bulan
Mengevaluasi Usulan Kebijakan Kredit
Untuk menjelaskan perhitungan NPV akibat dari perubahan kebijakan kredit perusahaan CITRA
berikut ini adalah informasi perusahaan CITRA:
P = Rp 50
v = Rp 20
Q = 100
Q’ = 11
Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan 2% per bulan, apakah perubahan kebijakan kredit
perusahaan CITRA menguntungkan ? Perusahaan saat ini bekerja masih dibawah kapasitas
normal, sehingga peningkatan produksi dan penjualan tidak berdampak pada biaya tetap.
Mengevaluasi Usulan Kebijakan Kredit
Jika perusahaan CITRA merubah kebijakan kreditnya, menjadi net 30 hari, maka kuantitas barang yang
dijual meningkat menjadi Q’ = Penjualan tiap bulan menjadi P x Q’ dan biaya variabel menjadi v x Q’.
Arus kas kebijakan baru = ( P – v ) Q’ = ( Rp 50 – Rp 20 ) x 110 = Rp 3.300 Incremental arus kas = (P –
v)(Q’ – Q) = (Rp 50 – Rp 20)(110 – 100) = Rp 300.
Nilai sekarang dari arus kas incremental adalah :
PV = {(P – v )(Q’ – Q)}/ R = {( Rp 50 – Rp 20)(110 – 100) }/0,02 = Rp 300 / 0,02 = Rp 15.000
Biaya Perubahan Kebijakan Kredit
Pertama, karena penjualan meningkat dari Q menjadi Q’, perusahaan harus memproduksi lebih
banyak, yaitu Q’ – Q , dan biaya v ( Q’ – Q ) = Rp 20 ( 110 – 100 ) = Rp200
Kedua, penjualan yang dapat dikumpulkan menjadi kas pada bulan ini berdasarkan kebijakan
sekarang = P x Q = Rp50 x100 = Rp5.000 tidak akan bisa dikumpulkan sampai dengan 30 hari
kemudian berdasarkan kebijakan baru. Besarnya biaya perubahan kebijakan adalah:
Biaya perubahan kebijakan = PxQ + v ( Q’ – Q ) = Rp Rp 200 = Rp 5.200
NPV arus kas dari perubahan kebijakan
Karena NPV perubahan kebijakan kredit positif, maka perubahan kebijakan kredit adalah
menguntungkan perusahaan CITRA
Kebijakan Pengumpulan Piutang
Pemantauan piutang
Perusahaan dapat menyusun aging schedule, sebagai salah satu alat untuk memantau piutang.
Dalam hal ini piutang diklasifikasikan berdasarkan umur, sebagaimana tampak pada tabel
berikut. Misalkan perusahaan memiliki piutang sebesar Rp 100.000.000
Upaya Pengumpulan Piutang