Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GLUKOMA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2
Dosen Pengampu : Ns.Heru Supriyatno, , S.Kep,. M.Kes

Oleh:
KELOMPOK 2 KELAS B

ADE CHANDRA WIJAYA (2020205201002)


ANISA FADILA (2020205201006)
BUNGA INDRIA NADA (2020205201009)
ELA DESI ASTUTI (2020205201014)
KAMILA ULYA S.N (2020205201029)
PANDU ARDHANA (2020205201059)
ISNAINI (2020205201028)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022
KONSEP PENYAKIT
GLAUCOMA
DEFINISI

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata


tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
(Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan
kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan
(Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan
mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.
( Long Barbara, 1996)
KLASIFIKASI GLAUCOMA

a.Glaukoma Primer
- Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
-Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
b.Glaukoma Sekunder
c.Glaukoma Kongenital
d.Glaukoma absolut

Berdasarkan lamanya
glaukoma dibedakan
menjadi:
- Glaukoma akut
- Glaukoma kronik
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:
- Aqueus humor
- Cairan ini berada di depan lensa.
- Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar
yang berada dibelakang mata, mulai dari lensa hingga
retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang
mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit
glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal
dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati
iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah
pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang
dikenal sebagai saluran schlemm. ( Evelin C. Pearce : 317).
Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan
abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan
produksi berlebih badan silier sehingga terdapat cairan
tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan
50-70 mmHg.
ETIOLO
GI
a. Glaukoma primer terdiri dari :
- Akut: dapat disebabkan karena trauma.
- Kronik : dapat disebabkan karena keturunan
dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,
arterisklerosis,
pemakaian jangka panjang, myopia
kortikosteroid tiggi dan
progresif.
b. Disebabkan
Sekunder penyakit mata lain, seperti:
katarak, perubahan lensa kelainan uvea pembedahan.
MANIFESTASI
KLINIK
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka
 Kerusakan visus yang serius
 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat
2) Glaukoma sudut tertutup
 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
 Pandangan kabur
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Kedinginan
 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian kuatnya
keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
b. Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata
c. Glaukoma kongential
 Gangguan penglihatan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan,
parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
b. Glaukoma Kronik
1) Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri
menunjukkan peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila
berkisar antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada
diatas 25 mmHg.
2) Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar
dan
dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat
perdarahan pada pupil.
3) Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang
menyempit, depresi bagian nasal, tangga rone, atau stroma busur.
4) Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi
steroid dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan.
5) Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan
keadaan sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan
pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
6) Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg
Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography
(OCT).
7) Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau
meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan
dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan
yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus
menerus dan teratur.
8) Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter
akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve.
Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed,
Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali
warga
menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat
dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar
lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara
operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep
tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar,
sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep
akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18
mmHg.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
a. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1) Obat-obat miotik
a) Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol
(0,75–3 %)
b) Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
2) Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
a) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
b) Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3) Carbonucan hidrase intibitor
a) Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
b) Diklorfenamid (metazolamid)
4) Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung
kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka
aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
5) Tindakan bedah trabeculectomy.
PATHWA
Y
KOMPLIKASI

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total


akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
 Pengkajian
 Analisa Data
 Diagnosa Keperawatan
 Intervensi
TINJAUAN KASUS
1.Pengkajian
a. Identifikasi Klien
Seorang perempuan 50 tahun .
b.Keluhan Utama
Pasien merasa
penglihatannya menyempit.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien Mengatakan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal
dimata, dan kepala sering terasa sakit, selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat
memandang lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk
berjalan menjadi kesusahan dan harus berhati- hati.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6
tahun yang lalu. Riwayat operasi mata disangkal, DM disangkal, hipertensi disangkal, riwayat
memakai kacamata (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada data pada kasus.
3. Pola – Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tidak ada data dikasus tapi pasien kelitannya tidak tahu tentang penyakitnya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Tidak ada data pada kasus.
1) Pola eliminasi
Tidak ada data pada kasus.
c. Pola tidur dan istirahat
Tidak ada data pada kasus.
d. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien
terganggu karena fungsi
penglihatan klien
mengalami penurunan.
e. Pola persepsi konsep diri
Tidak ada data dalam kasus.
f. Pola sensori dan kognitif.
Penglihatan kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang
pandangan penglihatan yang terasa semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai
sekarang.
g. Pola hubungan dan peran
Tidak ada data pada kasus.
h. Pola reproduksi
Tidak ada data pada kasus.
i. Pola penanggulangan stress
Tidak ada data pada kasus.
j. Pola tata nilai dan
kepercayaan
Tidak ada data pada kasus.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien baik hanya tidak bias melihat pada kedua matanya.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit.
c. Pemeriksaan Integumen
Gatal dimata
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Respirasi 20 x/m.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Pada pemeriksaan didapatkan
TD 110/80 mmHg, nadi 80
x/m.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Tidak ada data pada kasus.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Tidak ada data pada kasus.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada data pada kasus.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada data pada kasus.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a.Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tesketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) :
visus OS 6/24, midriasis pupil yang tidak reaktif, reflek
cahaya (-), palpasi OS: teraba bola mata lebih keras dibandingkan
OD.
b.Pengukuran tonografi :
TIO OS 20 mmHg
6. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah keperawatan
1 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi sensori visual/penglihatan
Menyatakan penglihatan Menyempit , dan ↓ berhubungan dengan serabut saraf oleh karena
kabur , mata kanan sudah tidak bias melihat Gangguan saraf optik peningkatan TIO

Do: Perubahan penglihatan
 visus OS 6/24 peri
 Midriasis pupil yang tidak reaktif, fer
 Reflek cahaya (-) ↓
Gangguan persepsi
sensori
penglihatan
2 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
Mengatakan kepala sering terasa sakit. vitreus dengan post tuberkulectomi iriodektomi.

Do: Pergerakan iris kedepan

TIO
meningkat

Tindakan operasi

trabekulectomy

Ny
eri
7. Diagnosa
Keperawatan
 Penurunan persepsi sensori visual/
berhubungan penglihatan serabutsaraf
peningkatan TIO.
dengan oleh karena
 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
8. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Penurunan persepsi sensori Tujuan: 1. Kaji dan catat ketajaman 1. Menentukan kemampuan visual.
visual / penglihatan  Peningkatan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan serabut dapat berkurang dalam waktu 1 x
saraf oleh karena peningkatan 24 jam 2. Kaji tingkat deskripsi 2. Memberikan keakuratan terhadap
tekanan intra okuler. kriteria hasil : fugnsional terhadap penglihatan penglihatan dan perawatan.
 klien dapat meneteskan obat dan perwatan
mata dengan benar 3. Sesuaikan lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care
 Kooperatif dalam tindakan kemampuan penglihatan. dan mengurangi
 Menyadari hilangnya 4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan ketergantungan.
pengelihatan secara permanen yang dapat diterima Klien. 4. Meningkatkan rangsangan pada
 Tidak terjadi penurunan visus waktu kemampuan penglihatabn
lebih lanjut 5. Observasi TTV. menurun.
5. Mengetahui kondisi dan
6. Kolaborasi dengan tim medis perkembangan klien secara dini.
dalam pemberian terapi. 6. Untuk mempercepat proses
penyembuhan
2 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Memudahkan tingkat nyeri untuk
peningkatan TIO  Nyeri hilang atau berkurang intervensi selanjutnya.
dalam waktu 1x24 jam. 2. Pantau derajat nyeri mata 2. Untuk mengidentifikasi kemajuan
Kriteria hasi l: setiap 30 mentit selama masa atau penyimpanan dari hasil yang
 Klien dapat mengidentifikasi akut. diharapkan.
penyebab nyeri.
 Klien menyebutkan faktor-faktor 3. Setelah TIO pada glaukoma sudut
yang dapat meningkatkan nyeri. 3. Siapkan pasien untuk terbuka, pembedahan harus segera
 Klien mampu melakukan pembedahan sesuai peranan. dilakukan secara permanent
tindakan untuk mengurangi menghilangkan blok pupil.
nyeri. 4. Pada tekanan mata sudut
4. Pertahankan tirai baring ketat ditingkatkan bila sudut datar.
pada posisi semi fowler.
5. Berikan lingkungan gelap 5. Stress dan sinar menimbulkan TIO
dan terang. yang mencetuskan nyeri.

6. Berikan analgesic yang 6. Untuk mengontrol nyeri, nyeri


diresepkan peran dan berat menentukan
evaluasi efektifitasnya menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
4 Gangguan rasa nyaman (nyeri)  Nyeri berkurang, hilang, dan 1. Kaji derajat nyeri setiap hari. 1. Normalnya, nyeri terjadi dalam
berhubungan dengan post terkontrol. waktu kurang dari 5 hari setelah
tuberkulectomi iriodektomi. Kriteria hasil : operasi dan berangsur menghilang.
 Klien mendemonstrasi-kan Nyeri dapat meningkat sebab
teknik penurunan nyeri peningkatan TIO 2-3 hari pasca
 Klien melaporkan nyeri operasi. Nyeri mendadak
berkurang atau hilang. menunjukan peningkatan TIO
masif.
2. Anjurkan untuk melaporkan 2. Meningkatkan kolaborasi ,
perkembangan nyeri setiap hari
atau segera saat terjadi memberikan rasa aman untuk
peningkatan nyeri mendadak. peningkatan dukungan
3. Anjurkan pada klien untuk psikologis.
tidak melakukan gerakan tiba-
tiba yang dapat memicu 3. Beberapa kegiatan klien dapat
nyeri. meningkatkan nyeri seperti gerakan
tiba-tiba, membungkuk, mengucek
4. Ajarkan teknik distraksi dan mata, batuk, dan mengejan.
relaksasi. 4. Mengurangi ketegangan,
5. Lakukan tindakan kolaboratif mengurangi nyeri.
dalam pemberian analgesik 5. Mengurangi nyeri dengan
topikal/ sistemik. meningkatan ambang nyeri.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai