Anda di halaman 1dari 40

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PERTAMBANGAN

MUH. RUSLI A

Sorowako, Maret 2018


MUH. RUSLI A
TTL : Amparita-Sidrap, 21 JULI 1981
Status : K102
BTP Blok F No. 224 Makassar
 Pendidikan Formal
Teknik Geologi
PPW – MP
 Pendidikan Non Formal
Diklat POP
Diklat Risk Assesment
Diklat Job Safety Analysis
Diklat Pengawasan Eksplorasi
Diklat Fungsional Inspektur Tambang
 Instansi
Analis teknik pertambangan minerba
Dirjen Minerba - KESDM RI
CP
0852-9923-0909
rusli_geologist@windowslive.com
Dampak Pembukaan Tambang
• Penurunan evapotranspirasi

• Penurunan tingkat infiltrasi

• Penurunan kekuatan akar tanaman

• Hilangnya lapisan tanah subur (topsoil)

• Peningkatan dampak tetes hujan

• Longsoran tanah (land slide)

• Erosi dan sedimentasi aliran


Dampak Pembukaan Tambang (Cont..)
• Penambahan limpasan permukaan (surface run-off)
sehingga menyebabkan banjir

• Berpotensi terjadi longsor pada dinding tambang

• Tailing dari pengolahan emas yang menggunakan


teknik amalgamasi menyebabkan badan air
terkontaminasi merkuri

• Batuan penutup yang mengandung mineral sulfida


bisa menyebabkan timbulnya air asam tambang
BEBERAPA APLIKASI GOOD MINING PRACTICE
• Eksplorasi dengan presisi tinggi.
• Pemilihan teknologi yang tepat (recovery dampak).
• Efisiensi dalam penggunaan lahan.
• Pengelolaan tanah pucuk/penutup, erosi,
sedimentasi, AAT
• Penggunaan air kerja, perlindungan sumber-sumber
air
• Penambangan tuntas.
• Reklamasi segera
• Pemantauan lingkungan.
PEMBENTUKAN LIMBAH
Kegiatan pengolahan hasil tambang sangat
tergantung pada :
• Proses,
• Bahan baku,
• Energi yang digunakan, dan
• Produk yang dihasilkannya.
Bahan baku Bahan baku sekunder: energi,
primer air,dll

Proses
Limbah
Produksi

Produk

Pemakai Limbah

Pembentukan Limbah
PENGELOMPOKAN LIMBAH

• Limbah dari bahan baku yang tidak mengalami


perubahan komposisi baik secara kimia maupun
secara biologis
• Limbah sebagai hasil samping proses kimia, fisika,
dan biologis atau karena kesalahan atau tidak
optimalnya proses
• Limbah dari penggunaan bahan baku sekunder
• Limbah hasil samping proses pengolahan limbah
• Limbah dari bahan samping pemasaran produk
KLASIFIKASI LIMBAH
Berdasarkan sifatnya limbah dapat dikategorikan
menjadi
• Limbah cair
• Limbah padat
• Limbah gas
• Tailing : Limbah cair dan limbah padat yang
sukar dibedakan
Contoh : limbah kegiatan pengolahan bijih emas
dengan proses sianidasi
KLASIFIKASI LIMBAH
Berdasarkan nilai ekonomisnya :
a. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis :
Limbah yang dapat diproses lebih lanjut dan menghasilkan nilai
tambah
Contoh : slag dari limbah pengolahan bijih nikel, dan peleburan
besi baja dijadikan pupuk tanaman.

b.Limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis (non ekonomis):


Limbah yang bila diolah dengan proses bentuk apapun tidak akan
memberikan nilai tambah, kecuali memudahkan penanganannya.
Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan
merusak lingkungan.
PENGELOLAAN LIMBAH
Pendekatan Teknologi:
 Pengelolaan limbah yang sudah terbentuk :
Usaha dalam mengurangi semaksimal mungkin dampak
negatif dari limbah tersebut.

 Teknologi bersih
Teknologi yang dapat mengubah proses, sehingga limbah yang
terbentuk menjadi seminimal mungkin. Diterapkan melalui:
1. Optimisasi proses produksi
2. Modifikasi proses atau jenis bahan baku/energi yang
digunakan
3. Mengganti proses.
PENGELOLAAN LIMBAH

Teknologi
End of Bersih
Pipe
Cradle
to grave
KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR
Air
Proses pengolahan hasil tambang:
- Bahan baku utama
- Bahan bantu

Pemanfaatannya:
₋ Air proses
₋ Air pendingin
₋ Air umpan boiler
Persyaratannya ditentukan oleh jenis proses yang
dipergunakan.
Peranan air dalam proses pengolahan hasil tambang sangat
menonjol, Karena:
₋ Jumlah besar
₋ Limbah dalam bentuk cair dan lumpur.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Pretreatment
• Menyaring padatan yang terapung atau
melayang yang terbawa
• Padatan ini dapat berupa lumpur, sisa kain,
potongan kayu, pasir, dan lainnya.
• Lapisan minyak dan lemak di atas permukaan air.
• Saringan biasanya kasar, tapi tidak mudah
berkarat.
Primary treatment
Menghilangkan padatan halus, zat warna terlarut
dan suspensi yang tidak terjaring pada penyaringan
pendahuluan

• Metode utama:
a. pengolahan cara fisika : proses pengendapan
atau pengapungan tanpa penambahan bahan
kimia.
b. pengolahan cara kimia : proses pengendapan
dengan penambahan bahan kimia.
Faktor penentu keberhasilan proses pengendapan:
• Ukuran partikel,
• Konsentrasi padatan.
• Berat jenis partikel.
• Temperatur limbah cair,
• Retention time, waktu tinggal limbah dalam bak
pengendap.
• Jumlah udara yang kontak dengan air limbah
• Jenis koagulan yang dipergunakan.
Secondary treatment
• Proses biologis untuk menghilangkan bahan organik melalui
oksidasi biokimia.
• Faktor yang berpengaruh:
₋ jumlah limbah cair dan
₋ luas areal.
₋ contoh: reaktor lumpur aktif dan trickling filter

Tertiary treatment
• proses fisika (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan,
stripping );
• proses kimia (absorbsi karbon aktif, pengendapan kimia,
pertukaran ion, elektro kimia, oksidasi, dan reduksi) proses
biologis (bakteri, algae, nitrifikasi, dan lainnya).
AIR ASAM TAMBANG (AAT)
Pengertian :
Proses lindian, rembesan, atau aliran
akibat adanya oksidasi mineral
sulfida pada kegiatan pertambangan.
PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG
Air asam tambang (AAT, AMD, ARD) adalah air yang
bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi dan
sering ditandai dengan nilai pH yang rendah dibawah
5) sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida yang
terpajan atau terdedah (exposed) di udara dengan
kehadiran air.
Oxygen
Water
H20
Pyrite
Bacteria
Sulfuric
Acid
Images: USGS, DeAtley Design - modified
• Pembentukan AAT sekali telah terjadi akan sulit
untuk dihentikan, karena merupakan suatu
proses yang kontinyu sampai salah satu
reaktannya habis.
• Pengalaman dari berbagai kasus di dunia,
masalah AAT dapat berdampak jangka panjang
bisa lebih panjang daripada life of mine
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena
tersedianya:
- Mineral sulfida – sumber sulfur/asam
- Oksigen (dalam udara) – pengoksidasi
- Air – pencucian hasil oksidasi
MINERAL PEMBENTUK AAT

• Pirit (FeS2) • Kalkopirit (CuFeS²)


• Markasit (FeS²) • Molibdenit (MoS²)
• Kalkosit (CU²S) • Sinabar (HgS)
• Kovelit (CuS) • Galena (PbS)
• Spalerit (ZnS)
MINERAL PENETRAL AAT
• Kalsit (100%) CaCO³
• Siderit (116%) FeCO³
• Rodokrosit (115%) MnCO³
• Magnesit (48%) MgCO³
• Witerit ( 196% ) BaCO³

• Ankerit (108 %) CaF (CO³)²


• Dolomit (92 %) MgCa (CO³)
• Malakit (74 %) CuCO³ (OH²)
• Manganit (88 %) MnOOH
• Limonit/Goetit (89 % ) FeOOH
LIMBAH PADAT

Hasil buangan suatu kegiatan pengolahan hasil tambang yang


berupa padatan atau lumpur.
• Limbah padat dapat di daur ulang, misalnya plastik, potongan
logam, dan limbah padat yang tidak mempunyai nilai
ekonomis.
• Pembentukan limbah padat dalam kegiatan pengolahan hasil
tambang:
₋ Limbah padat yang langsung dihasilkan oleh proses
pengolahan,
₋ Limbah padat yang terbawa dalam bentuk lumpur (mud,
slurry).
₋ Limbah padat yang terbawa oleh gas buang dengan Jumlah
yang cukup besar.
PENANGGULANGAN LIMBAH PADAT
Usaha mengatasi masalah yang timbul karena
adanya limbah padat.
• Pemindahan atau pembuangan
a. Sifat fisik dari limbah yang harus dipindahkan
atau dibuang
b. Sistem transportasi
c. Tempat pembuangan
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT
Penggunaan limbah padat menjadi :
₋ bahan-bahan yang bermanfaat
₋ bahan pengisi/tanah-urug dalam pematangan
tanah, untuk pengerasan jalan dan pengisian
lubang-lubang tambang.
₋ pupuk tanaman (khususnya terak)
₋ pembuatan terak (slag wool)
PENANGANAN LIMBAH PADAT
A. Pengisian tanah (landfill) / Penimbunan Limbah
Termurah dari semua cara penanganan limbah padat dalam jumlah besar.

Pemilihan lokasi pengisian tanah


a.Kondisi lokasi penanganan limbah
•Cukup luas untuk menampung limbah selama kegiatan berlangsung (berjalan).
•Dekat dengan fasilitas produksi.
•Bukan daerah gempa, longsor, dan mempunyai pergerakan tanah yang sekecil mungkin.
b.Keadaan lingkungan
•Lokasi pengisian tanah berjarak paling sedikit 100 m dari DAS
•Tidak kontak langsung dengan genangan air.
•Harus diusahakan sekecil mungkin mengeluarkan bau yg tidak sedap.
•tidak berada di daerah-daerah archeologi, bersejarah, dan sebagainya.
c. Legal (diakui secara hukum
Lokasi tidak bertentangan dengan izin pemerintah.
d. Faktor Ekonomi
biaya operasi yang serendah mungkin.
PENANGANAN LIMBAH PADAT
B. Cara lapang / Sanitary Landfill
Sangat cocok untuk tanah yang datar atau sedikit miring,
dapat digunakan untuk lembah dan jurang.

Pengisian tanah dengan cara lapang :


- Penyebaran dan pengompakan limbah dengan
menggunakan alat-alat berat seperti bulldozer.
- Kemudian dilakukan penutupan limbah padat tersebut
dengan lapisan tanah (untuk melindungi limbah padat
supaya tidak berhamburan, menjaga dari aliran air
permukaan, menghilangkan masalah
insekta, dan juga menjaga kebersihan.
PENANGANAN LIMBAH PADAT
C. Cara parit
• Sangat cocok untuk tanah datar atau sedikit miring
• Permukaan air tanah tidak dekat dengan dasar dari ternpat pengisian
Pengisian tanah dengan cara parit.
• buat parit
• masukkan limbah padat dimasukkan ke dalam parit tersebut.
• dipadatkan dengan bulldozer memadatkan (pengompakan) dan
dilapisi dengan tanah penutup yang berasal dari penggalian parit.

D. Cara miring
Umumnya digunakan bersama-sama cara lapang dan parit.
• Limbah padat dimasukkan dari sisi miring, dan disebarkan
sepanjang sisi miring tersebut dikompakkan, dan ditutup tanah
penutup
LIMBAH B3
SUMBER LIMBAH B3
Terdapat dalam Lamp. I PP 85/99 :
a. Sumber tidak spesifik
b. Sumber spesifik
c. Bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi
A. SUMBER TIDAK SPESIFIK
Bukan dari proses utama, berasal dari :
- Pemeliharaan alat
- Pencucian
- Pencegahan korosi
- Pelarutan kerak
- Pengemasan, dll
LIMBAH B3

B. SUMBER SPESIFIK
• Sisa proses suatu industri /kegiatan yang secara
spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian
ilmiah
• Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, bekas buangan, produk yang tidak
memenuhi spesifikasi
• Karena tidak memenuhi spesifikasi yang
ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan
kembali, maka suatu produk menjadi limbah B3
Karakteristik Limbah B3 :
a. Mudah meledak
b. Mudah terbakar
c. Reaktif
d. Beracun
e. Infeksius
f. Korosif
A. LIMBAH MUDAH MELEDAK

• Pada T 25°C, P 760 mmHg dapat meledak


• Melalui reaksi kimia &/ fisika dapat
menghasilkan gas dengan T & P tinggi
• Dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya
B. LIMBAH MUDAH TERBAKAR
1) Berupa cairan :
- Mengandung alkohol <24%vol
- Pada titik nyala 60°C akan menyala jika Kontak dengan api,
percikan api, sumber nyala lain pada P udara 760 mmHg

2) Bukan berupa cairan : pada T 25C, P 760 mmHg mudah


menyebabkan kebakaran melalui :
- Gesekan,
- Penyerapan uap air
- Perubahan kimia secara spontan
Jika terbakar  menyebabkan kebakaran terus-menerus

3) Merupakan limbah bertekanan yang mudah terbakar

4) Merupakan limbah pengoksidasi


C. LIMBAH REAKTIF
1) Pada keadaan normal :
 Tidak stabil
 Dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
2) Dapat bereaksi hebat dengan air
3) Bila bercampur dengan air :
 Berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap,
atau asap beracun.
 Dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia &
lingkungan
4) Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak pada pH
2-12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia &
lingkungan
5) Pada T & P standar dapat mudah meledak atau bereaksi
6) Menyebabkan kebakaran karena melepas/ menerima
oksigen/limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam T
tinggi
D. LIMBAH BERACUN
1) Mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia/
lingkungan : jika masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit,
mulut → kematian/sakit serius

E. LIMBAH INFEKSIUS
2) Bagian tubuh manusia yang diamputasi
3) Cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi
4) Limbah dari lab./lainnya yang terinfeksi kuman
5) Penyakit menular
6) Berbahaya karena mengandung kuman penyakit

F. LIMBAH KOROSIF
7) Bagian tubuh manusia yang diamputasi
8) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
9) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020)  laju korosi >6,35 mm/tahun, T pengujian 55C
10) Limbah bersifat asam pH 2
11) Limbah bersifat basa pH12,5
IDENTIFIKASI LIMBAH B-3
• Identifikasi limbah yang dihasilkan,
• Cocokkan komponen limbah dengan daftar limbah B-3
• Jika termasuk ke dalam daftar B-3,
Periksa karakteristik limbah:
- mudah meledak,
- mudah terbakar,
- beracun,
- infeksi,
- korosif atau
- reaktif.
• Jika tidak memiliki salah satu karakteristik di atas lakukan
uji toksikologi (TCLP test, Uji LD5050 mg/kg BB dan Uji
kronis (lamp. III PPRI 85/99)
36
PENYIMPANAN LIMBAH B-3
•Pengaruh panas/api
Kenaikan suhu, menyebabkan reaksi atau perubahan kimia
sehingga mempercepat reaksi dan percikan api berbahaya
untuk bahan-bahan mudah terbakar
• Pengaruh kelembaban
Zat-zat higroskopis, mudah menyerap uap air dan reaksi
hidrasi yang eksotermis menimbulkan pemanasan ruangan.
• Interaksi dengan wadah.

• Interaksi antar limbah selama penyimpanan dapat


menimbulkan ledakan, kebakaran atau timbulnya gas.
37
PENGOLAHAN LIMBAH B-3
Tujuan : Mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh
pembuangan limbah hasil berbagai kegiatan manusia

Pendekatan pelaksanaan pengelolaan limbah :

1. Pendekatan tata ruang

2. Pendekatan administratif

3. Pendekatan teknologi

38
Pengolahan limbah B-3
 Mengubah jenis, jumlah, dan sifat limbah B-3,
 Dampak limbah dapat ditiadakan atau diperkecil

Proses pengolahan limbah B-3


 Cara fisik-kimia (Pengendapan, Absorpsi
Oksidasi-reduksi, elektrolisa, netralisasi, penukar ion,
pirolisa)
 Stabilisasi/solidifikasi (mengurangi konsentrasi
limbah B-3 dengan memperkecil/membatasi daya
larut, pergerakan/penyebaran daya racunnya)
 Insinerasi (pengolahan limbah B-3 dengan sistem
pembakaran).
39
TERIMA KASIH

Quotes:
“Only because we’re in MINING BUSINESS,
It doesn’t mean, we can’t live HARMONIOUSLY
WITH ENVIRONMENT”

Anda mungkin juga menyukai