Anda di halaman 1dari 14

Mediasi Dalam

Peraturan
Perundang-
undangan
Yulia Kusuma Wardani, S.H., LL.M.
A. LATAR BELAKANG PENGATURAN
Peraturan yang terkait dengan penyelesaian sengketa perdata di pengadilan :
- Proses Perdamaian dalam HIR dan RBg;
- PERMA No 2 tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan diperbarui dengan PERMA No 1 tahun
2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dan terakhir diganti dengan Peraturan Mahkamah
Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Hukum acara yang berlaku baik Pasal 130 HIR maupun 154 RBg telah membuka peluang dengan
mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang selanjutnya dapat diintensifikasikan
dengan cara mengintegrasikan proses mediasi kepada prosedur berperkara di PN.
Bunyi
Pasal 130 HIR
(1) Jika pada hari yang ditentukan itu. kedua belah pihak datang, maka PN dengan bantuan
Ketua (Majelis Hakim) mencoba untuk mendamaikan mereka.
(2) Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang dibuat
sebuah surat (akte) tentang itu. kedua pihak dihukum (divonis) untuk menepati perjanjian
tersebut, surat mana akan berkekuatan hukum sebagai putusan biasa.
(3) Putusan yang demikian tidak diijinkan untuk banding.
(4) Jika pada waktu mencoba mendamaikan kedua belah pihak, diperlukan seorang juru
bahasa, maka peraturan pasal yang berikut dituruti untuk itu.
Bunyi
Pasal 154 RBg
(1) Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka PN dengan perantaraan
ketua (majelis hakim) berusaha mendamaikannya.
(2) Bila dapat dicapai perdamaian maka didalam sidang itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak
dihukum (divonis) untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dam akta itu mempunyai kekuatan
serta dilaksanakan seperti putusan biasa.
(3) Terhadap suatu putusan tetap semacam itu tidak dapat diajukan banding.
(4) Bila dalam usaha untuk mendamaikan para pihak diperlukan campur tangan seorang juru bahasa
maka digunakan ketentuan-ketentuan yang diatur pasal berikutnya.
A. LATAR BELAKANG PENGATURAN (lanjutan)

Perintah UU kepada hakim untuk mendahulukan proses perdamaian


dalam penyelesaian sengketa adalah bersifat memaksa
(imperatif).

Pasal 3 ayat (3) PERMA 1 tahun 2016 menegaskan Hakim


Pemeriksa Perkara yang tidak memerintahkan Para Pihak untuk
menempuh Mediasi sehingga Para Pihak tidak melakukan Mediasi
telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan.
B. TAHAP PRAMEDIASI
Adalah tahap sebelum dimulainya mediasi yaitu suatu tahap dimana hakim menunda proses
persidangan perkara untuk memberi kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi
(diatur dalam Pasal 20 ayat 7 PERMA No 1 tahun 2016).

Mediator yang dapat ditunjuk para pihak :


(1) Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan;
(2) Advokat atau akademisi hukum;
(3) Profesi bukan hukum yang dianggap menguasai atau berpengalaman dalam pokok sengketa;
(4) Hakim majelis pemeriksa perkara;
(5) Gabungan 1&4, 2&4, 3&4.
C. TAHAP MEDIASI
Tahap-tahap proses mediasi dimulai dengan penyerahan resume perkara, yang diikuti
dengan penentuan lama waktu pelaksanaan kegiatan mediasi (disebutkan pada BAB V
Tahap-tahap Proses Mediasi Pasal 24 s/d 34 PERMA no 1 tahun 2016).

Waktu menyerahkan resume adalah 5 hari kerja, waktu mediasi sendiri berlangsung
adalah 30 hari.
D. PASCA MEDIASI (AKTA PERDAMAIAN)

Pasal 36 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016


Pihak yang bersengketa dengan bantuan mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan
dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwenang
untuk memperoleh akta perdamaian, yaitu dengan cara mengajukan gugatan yang wajib dilampiri dengan kesepakatan
perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum para pihak dengan objek sengketa.
E. Pengaturan Mediasi di Luar Pengadilan
Mediasi adalah sebagai salah satu Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Ditegaskan pada Pasal 1 angka 10 UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS yang berbunyi,
“APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak,
yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.”
Mengenai pengecualian penyelesaian sengketa perdata yang dapat diselesaikan diluar PN telah disebutkan secara
jelas pada Pasal 4 PERMA No 1 Tahun 2016.
Sengketa perdata yang dikecualikan adalah Perkara-perkara yang diselesaikan melalui :
- Prosedur pengadilan niaga,
- pengadilan hubungan industrial,
- keberatan atas putusan BPSK,
- keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Hanya sengketa terkait dengan KPPU yang tidak bisa mediasi didalam dan diluar pengadilan,
F. MEDIASI SENGKETA PERBURUHAN

Penyelesaian perselisihan sengketa perburuhan diatur dalam UU


No 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.
Perselisihan hubungan Industrial yang dapat dilakukan mediasi :
(1) Perselisihan Hak, yaitu perselisihan yang timbul karena
tidak dipenuhinya hak;
(2) Perselisihan Kepentingan, yaitu Perselisihan yang timbul
dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat;
(3) Perselisihan PHK;
(4) Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh.
G. MEDIASI SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1. Hak Cipta 2. Paten


Pasal 1 butir 1 UU 28 tahun 2014 : Hak Cipta Pasal 1 butir 1 UU No 13 tahun 2016 :
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara Paten adalah hak eksklusif yang diberikan
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah oleh negara kepada inventor atas hasil
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa invensinya di bidang teknologi untuk
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan jangka waktu tertentu melaksanakan
peraturan perundang-undangan. sendiri invensi tersebut atau memberikan
Dalam hal pemegang Hak cipta mempunyai persetujuan kepada pihak lain untuk
sengketa, mereka diberi kesempatan untuk memilih melaksanakannya.
atau menempuh dua jalur: Pengadilan Niaga Penyelesaian sengketa Paten diluar
(Pengadilan penyelesaian sengketa HKI) dan pengadilan seperti arbitrase atau APS
melalui APS diluar pengadilan. selain relatif lebih cepat, biayanya-pun
lebih ringan.
G. MEDIASI SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
(Lanjutan…)

3. Merek dan Indikasi Geografis 4. Rahasia Dagang


Pasal 1 butir 1 UU No 20 Tahun 2016 : Merek
Pasal 1 butir 1 UU No 30 Tahun 2000 :
adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis Rahasia Dagang adalah informasi yang
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
tidak diketahui oleh umum dibidang
susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi teknologi dan atau bisnis, mempunyai
dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
nilai ekonomi karena berguna dalam
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut kegiatan usaha, dan dijaga
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia
diproduksi oleh orang atau badan hu[um dalam dagang
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Pasal 3 UU No 30 Tahun 2000: Syarat-
Dalam sengketa; selain pengadilan niaga pilihan syarat informasi yang merupakan
lainnya adalah APS.
Rahasia Dagang : (1) Bersifat Rahasia
Gugatan Pemilik merek dapat berupa : (2) Memiliki nilai ekobnomi (3) Dijaga
permohonan ganti rugi dan penghentian kerahasiaannya
penggunaan serta pemusnahan label Indikasi
Geografis yang digunakan secara tanpa hak.
H. MEDIASI SENGKETA KONSUMEN
Sengketa Konsumen merupakan sengketa yang dikecualikan oleh PERMA No 1 Tahun 2016, Artinya semua
sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib dahulu diupayakan penyelesaian melalui
perdamaian dengan bantuan mediator, kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur keberatan atau
putusan BPSK.
UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen : Penyelesaian
sengketa konsumen dapat ditem.puh melalui pengadilan atau diluar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Tugas dan Wewenang BPSK : (a) Melaksanakan penanganan dan


penyelesaian sengketa konsumen melalui mediasi atau arbitrase atau
konsiliasi (b) memberikan konsultasi perlindungan konsumen.

Syarat menjadi anggota BPSK (Pasal 37 UU no 8 tahun 1999): (a) WNRI, (b) berbadan sehat, (c)
berkelakuan baik, (d) tidak pernah dihukum karena kejahatan, (e) memiliki pengetahuan dan pengalaman
dibidang perlindungan konsumen, serta (f) berusia sekurangnya 30 tahun.
THANKS
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai