Anda di halaman 1dari 25

KD 3.

4 MENGANALISIS UNSUR-UNSUR
PEMBANGUN CERITA PENDEK DALAM BUKU
KUMPULAN CERITA

Dra. Yattini, M.Pd.


Tahapan Berpikir
Taksonomi Bloom

◦ 1. Mengingat
◦ 2. Memahami
◦ 3. Menerapkan
◦ 4. Menganalisis
◦ 5. Mengevaluasi
◦ 6. Mencipta
Tujuan Pembelajaran
◦ Setelah pembelajaran siswa mampu:
◦ 1. menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek
◦ 2. menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah
HAKIKAT ANALISIS
1. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau perbuatan ataupun karangan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya
2. Penguraian suatu pokok atas bagian-bagiannya dan hubungannya dengan bagian-
bagian lainnya untuk memperoleh pengertian yang tepat secara keseluruhan
3. Penjabaran tentang sesuatu setelah dikaji dengan sebaik-baiknya
4. Proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan atau kebenaran suatu
persoalan
5. Proses akal yang memecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya menurut
metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar
(Muhardi dan Hasanuddin, 1992:40)
Pendekatan Analisis Fiksi
◦ Usaha ilmiah yang dilakukan seseorang dengan menggunakan logika rasional
dan metode tertentu secara konsisten terhadap unsur-unsur fiksi sehingga
menemukan perumusan umum tentang keadaan fiksi yang diselidiki.
◦ Analisis fiksi dinyatakan sebagai kegiatan ilmiah karena di dalamnya berlaku
prinsip-prinsip kerja ilmiah yang dilakukan dengan kemauan seobjektif
mungkin. Dengan kata lain , tidak dilandasi pandangan subjektif penganalisis.
◦ Analisis fiksi bukanlah sekadar pembicaraan apresiatif yang menuntut
penjelasan sekilas secara umum dengan data-data yang acak. Analisis fiksi
menuntut penjelasan yang cermat didukung data-data dari tahapan-tahapan
atau prosedur kerja yang berurutan secara sistematis.
Tujuan Analisis Fiksi
Tujuan Umum
Menemukan keadaan unsur-unsur dan karakteristik hubungan antarunsur tersebut sehingga
ditemukan suatu kesimpulan sebagai hasil penilaian terhadap fiksi tersebut.
Tujuan Khusus
1. Memahami keunggulan sebuah karya fiksi
2. Memahami ciri-ciri khusus sebuah fiksi yang membedakannya dengan karya fiksi lainnya
3. Memahami obsesi pengarang
4. Menerapkan dan menguji keampuhan teori sastra, dan memungkinkan munculnya teori sastra
yang lebih relevan untuk fiksi Indonesia
Tahapan Analisis Fiksi
1. Kegiatan pembacaan
2. Penginventarisan
3. Pengidentifikasian
4. Penginterpretasian
5. Pembuktian
6. Penyimpulan
7. Pelaporan
1. Kegiatan pembacaan untuk kepentingan analisis
fiksi

◦ Pembacaan fiksi untuk kepentingan analisis berbeda dengn pembacaan untuk


penikmatan.
◦ Pembaca untuk kepentingan analisis harus dapat mengendalikan emosinya
untuk tidak terhanyut dengan imajinasinya.
◦ Pembaca harus menjaga jarak dengan tokoh-tokoh fiksi dan permasalahan
yang dihadapi tokoh fiksi tersebut
◦ Pembaca harus bersikap objektif sebab pembacaan analisis fiksi berarti
menyiapkan diri sebagai peneliti
◦ Melihat permasalahan dengan rasional dan tidak emosional
2. Penginventarisan

◦ Langkah pencatatan data-data tentang unsur-unsur fiksi


◦ Pencatatan harus cermat tanpa membiarkan data yang sekecil apapun
◦ Prinsip semua data yang terdapat dalam fiksi ada fungsi dan maksud
◦ Mengabaikan data tertentu dengan alasan tidak menyukai atau mengganggap
tidak penting berarti melakukan keteledoran secara ilmiah
3. Pengidentifikasian

◦ Usaha mengelompokkan data-data yang telah selesai diinventaris


◦ Pengelompokan data itu pada dasarnya menyangkut kesamaan data, perbedaan
data, hubungan data, menentukan kedudukan serta fungsi data tersebut.
4. Penginterpretasian
◦ Tahapan memberi makna dari data-data yang telah ada
◦ Penelusuran terhadap hubungan antarunsur: latar belakang dan tujuan data
◦ Merupakan upaya penganalisis mengembalikan data-data imajinatif ke data
objektif dengan menapis Kembali unsur-unsur imajinatif
5. Pembuktian

◦ Usaha yang sangat diperlukan agar penganalisis tidak terjebak


dengan subjektivitas pada saat menginterpretasikan data.
◦ Pencarian bukti contoh menalar hubungan hasil interpretasi
dengan bukti pada teks fiksi
6. Penyimpulan

◦ Tahap Menyusun kesimpulan-kesimpulan dari permasalahan-permasalahan kecil


◦ Setiap unit hasil interpretasi yang telah dibuktikan dengan contoh haruslah
disimpulkan.
◦ Dari beberapa kesimpulan tersebut maka dibentuklah kesimpulan besar
7. Pelaporan

◦ Penulisan karangan atau naskah tertulis berdasarkan tahapan


penganalisisan sampai dengan penyimpulan
CERPEN
Menurut Pranoto (2007:13) cerpen adalah cerita pendek yang terdiri dari 2000 sampai dengan 10.000 kata dengan

penggolongan sebagai berikut.

1. cerita pendek (short story) :

2. cerita pendek yang pendek ( short-short story)

3. cerita pendek yang sangat pendek ( very short-short story).

Cerpen yang sangat pendek hanya terdiri dari 750 sampai dengan 1000 kata. Cerpen jenis ini biasa disebut cerita mini yang

lazim disingkat cermin atau flash yang artinya sekilas atau sekelebatan membacanya. Jenis ini tergolong dalam very short-

short story. Sedangkan cerpen yang ditulis sampai dengan 10.000 kata bisa disebut cerpen (cerita pendek yang panjang).

Jenis cerpen ini bila dikembangkan bisa menjadi novelet atau novel pendek.
CERPEN
◦ Menurut Sumardjo (2004:7), cerpen tidak perlu didefinisikan cukup didekati
hakikatnya melalui perbandingan-perbandingan. Berdasarkan wujud fisiknya
cerpen adalah cerita pendek yang habis dibaca sekali duduk, sekitar 10
sampai dengan 30 menit, atau cerita yang terdiri dari sekitar 500 sampai
dengan 5000 kata.
◦ Senada dengan itu, cerpen menurut Nurgiyantoro (2010:9) merupakan cerita
pendek dalam bentuk prosa fiksi yang panjang ceritanya tak ada kesepakatan
di antara pengarang dan para ahli, tetapi ceritanya selesai dibaca sekali
duduk dalam waktu kurang lebih setengah jam.
Ciri-ciri Cerpen
Cerpen ideal menurut Pranoto (2007:14-15) mempunyai ciri-ciri:

1. ditulis terdiri dari 3000 atau 4000 kata,

2. bahasa dan isinya mudah dipahami sehingga cerpen tersebut dapat dibaca kurang dari satu jam dan isinya tidak terlupakan oleh pembacanya

sepanjang waktu.

3. bercerita tentang manusia atau sesuatu yang dimanusiakan,

4. menyajikan satu (tunggal) peristiwa (lampau, sekarang, atau yang akan datang),

5. jumlah tokoh yang ditampilkan satu atau paling banyak tiga orang,

6. kurun waku peristiwa sangat terbatas,

7. pada umumnya, karya dipublikasikan di media-media sebelum diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan cerpen,

8. mengandung elemen:plot, sudut pandang, tokoh/pelaku, dialog, konflik, setting, dan suasana hati (mood atau atmosfir).
Unsur Cerpen
Menurut Sumardjo (2004:15-40) terdiri atas: unsur intrinsik
1.plot/alur
2.karakter/penokohan
3.Tema dan amanat
4.Setting /latar
5.sudut pandang,
6.Gaya bahasa
7. suasana.
8. pesan-pesan
Unsur Ekstrinsik
◦ Unsur Utama
◦ Pengarang : sensitivits/kepekaan, imajinasi, intelektualitas, pandangan hidup

◦ Unsur penunjang
◦ Realitas objektif
◦ Norna,norma, ideologi, tatanilai
◦ Konvensi budaya, sastra, konvensi Bahasa,
Mari Menganalisis

◦ Format Kerja 1
◦ Inventarisasi Satuan Peristiwa

No. Rumusan Satuan Peristiwa Narator Halaman


1. Aku (Hasan) bertanya kepada Aku 54 (P1:3)
pengantarnya (Porkas) tempat lewat (Hasan)
masuk rumah (pasungan Roi)
2. Pengantar (Porkas) menjelaskan lewat Aku 54 (P3:1)
pintu belakang (Hasan)
Dst.
3. Ketakutan Hasan Aku 54 (P4:2)
Format Kerja 2
Identifikasi Kesamaan Satuan Peristiwa
No Kesamaan Satuan Keterangan
Peristiwa
1 3=35 Sama sama menunjukkan ketakutan Hasan terhadap Roi
2 3= 20 Sama-sama menunjukkan keakraban Hasan dan Roi pada masa lalu3
3 5=8 Sama-sama menunjukkan kebinggungan Roi
dst.
Format Kerja 3
Identifikasi Pertentangan Satuan Peristiwa
No. Pertentangan Satuan Keterangan
Peristiwa
1 3x4 Menunjukkan pertentangan makna bahwa Hasan ketakutan
terhadap Roi, tetapi ia datang juga menjumpai Roi
2 9 x 15 Menunjukkan pertentangan makna bahwa Hasan merasa sia-sia
menemui Roi, tetapi ia tetap berusaha beramah-tamah dengan Roi
3 11 x 13 Menunjukkan pertentangan atau permusuhan antara Porkas dengan
Roi
dst.
Hubungan Kausalitas Satuan Peristiwa
Format Kerja 4
Interpretasi dan Pembuktian Satuan Peristiwa
No. Kode Satuan Interpretasi Satuan Peristiwa Pembuktian Teks Satuan Halaman
Peristiwa
A. Latar Belakang Permasalahan

No. SP 1-2 Tempat kediaman atau lingkungan “Dari mana lewat?” tanyaku. 54 (P1:1, P2:1,
orang gila terasing dari lingkungan Pintu depan tak ada. Atau P3:1,P4:1)
masyarakat yang normal. Oleh sebab
mungkin ada tapi kini telah
itu, berhubungan dengan orang gila
dipaku mati, seperti
tidak dapat dilakukan sebagaimana
lazimnya dengan manusia normal. mengepak peti. Di sebelah
Berhubungan dengan orang gila samping ada jendela terbuka.
diperlukan cara yang spesifik dan “Apakah lewat situ saja?”
bisa jadi cara itu bertentangan “Bukan ada pintu di belakang.
dengan norma yang berlaku Mari Lewat sana.”
B. Permasalahan Utama

C. Permasalahan Sampingan
Format Kerja 4
Interpretasi dan Pembuktian Satuan Peristiwa
B. Permasalahan Utama
No. Kode Satuan Interpretasi Satuan Peristiwa Pembuktian Teks Satuan Halaman
Peristiwa Peristiwa

1 SP 3-4 Terbinanya ikatan batin antara Jantungku berdebar kencang, 55 (P1: 1-2)
dua orang yang bersahabat. takut kalau-kalau nanti ia
Persahabatan yang tulus dan mencelakakan aku. Aku mau
hakiki tidak terbatas oleh ruang, datang ke situ karena kata
waktu, situasi kondisi orang tiap sebentar ia
menyebut-nyebut namaku.

Anda mungkin juga menyukai