Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN DATA

AJI PRIYAMBODO
Program Studi S-1 Manajemen
Institut Teknologi dan Bisnis Semarang
2022
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
1. Definisi Socio-Technical System
Socio-Technical System (STS):
a. Socio-Technical System (STS) merupakan sebuah sistem yang terdiri dari komponen organisasi/sosial dan
teknologi (Baxter dan Sommerville, 2011).
b. Socio-Technical System (STS) dalam pengembangan organisasi adalah suatu pendekatan untuk desain
kerja organisasi yang kompleks, yang mengakui interaksi antara manusia dan teknologi di tempat kerja
(Jenkins, 2012)

 Penggunaan teknologi dalam masyarakat harus mengutamakan satu hal, yaitu “harus bisa dipakai dan
dipahami user”.
 STS berfokus pada adanya interaksi antara teknologi dengan manusia. Bagaimana manusia dapat bekerja
sama dengan dukungan teknologi.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
 Konsep interaksi teknologi dan manusia ini kemudian masuk ke dalam tahapan pengembangan software,
dimana langkah pertama yang dilakukan adalah planning. Di tahapan ini, kebutuhan user benar-benar
digali, “Kalian butuh apa sie? Ada permasalahan apa sehingga butuh bantuan aplikasi?”.

Socio-Technical System adalah sebuah sistem yang mencari solusi untuk mengoptimalkan 2 sistem secara
bersama-sama, yaitu:
1. Sistem teknik (the technical system), sasarannya adalah untuk memaksimalkan pemenuhan tugas
(organisasi/institusi).
2. Sistem sosial (the social system), sasarannya adalah untuk memaksimalkan kualitas kerja si pemakai
sistem (user).
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System

Gambar 1. Sasaran Desain Socio-Technical System


Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
2. Metode dalam Socio-Technical System
 Salah satu metode socio-technical system yang paling terkenal adalah Effective Technical and Human
Implementation of Computer-based Systems atau disingkat ETHICS (Baxter dan Sommerville, 2011).
 ETHICS dikembangkan di Inggris oleh Enid Mumford pada awal tahun 1980-an.
 ETHICS mempertimbangkan pendahuluan dari sistem baru sebagai bagian dari proses perubahan yang
lebih luas.
 Aspek proses perubahan yang perlu dipertimbangkan:
1. Menetapkan dan mencapai tujuan sistem yang mempertimbangkan pandangan yang berbeda dari
semua pemangku kepentingan sistem.
2. Adaptasi terhadap sistem baru dan cara kerja baru.
3. Integrasi berbagai elemen sistem baru menjadi satu kesatuan, berfungsi secara utuh.
4. Stabilisasi cara kerja yang baru.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
 ETHICS mengimplementasikan proses perubahan menggunakan serangkaian langkah. Hal ini berurusan
dengan masalah organisasi, serta memberikan beberapa panduan untuk desain sistem akhir, termasuk
desain, implementasi, dan evaluasi aspek teknis dari sistem.
 Yang terbukti dari metode seperti ETHICS adalah pengembangan sistem apapun tentu melibatkan
pekerjaan yang interdisipliner. Orang-orang dan organisasi tidak dapat dianggap dengan cara pandang
yang sama seperti teknologi.
 Pengembangan sistem membutuhkan ketrampilan dan disiplin ilmu yang berbeda untuk menganalisis dan
merancang aspek sosial dari sistem.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
3. Objek Socio-Technical System
Mengapa dibuat sistem presensi?
 Alasan paling mudah adalah sistem ini dapat
memantau kultur disiplin suatu organisasi/institusi.
 Dapat menilai seberapa optimal kinerja organisasi
dalam mencapai tujuannya.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
4. Prinsip Socio-Technical System (Cherns, 1976)
a. Kompatibilitas (compatibility)
Proses perancangan organisasi harus sejalan dengan tujuannya. Jika memang tujuan dari sebuah
organisasi dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan
memanfaatkan sumber daya kreatif anggotanya, maka diperlukan organisasi yang partisipatif-konstruktif.
b. Spesifikasi kritis minimal (minimal critical specification)
Spesifikasi atau persyaratan yang ketat harus terbatas pada hal-hal yang benar-benar diperlukan saja.
Walaupun dalam desain memang harus ada kepastian tentang apa yang harus dilakukan, tidak terlalu
perlu selalu memastikan bagaimana sebuah kegiatan akan dilaksanakan.
c. Kriteria sosio-teknis (the socio-technical criterion)
Jika ada variasi atau perbedaan yang tidak dapat dihilangkan dalam suatu elemen organisasi, elemen
tersebut harus dikendalikan sedekat mungkin agar menyerupai sifat aslinya.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
4. Prinsip Socio-Technical System (Cherns, 1976)
d. Mendukung kesepakatan (support congruence)
Harus ada desain sistem dukungan sosial, misalnya dalam bentuk insentif, untuk mempertahankan
perilaku yang sesuai dengan apa yang disyaratkan atau diperlukan oleh sebuah organisasi.
e. Desain dan nilai kemanusiaan (design and human values)
Tujuan semua desain organisasi seharusnya adalah untuk menciptakan kerja yang berkualitas tinggi.
Kualitas itu sendiri adalah persoalan subjektif dan setiap orang selalu ingin bertanggung jawab, menyukai
variasi, dan mengejar pertumbuhan.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
5. Permasalahan pada Socio-Technical System
Beberapa masalah yang mudah diidentifikasi dengan pendekatan yang ada, antara lain:
 Kurangnya terminologi yang konsisten, bahkan sejauh variasi dalam definisi tentang apa yang dimaksud
STS.
 Menentukan level abstraksi yang tepat untuk digunakan, berdasarkan di mana batas-batas sistem ditarik
dan kecenderungan untuk fokus pada teknis aspek secara lebih rinci.
 Sistem nilai yang bertentangan, dengan nilai-nilai humanistik di satu sisi, keberadaan dianggap oleh
beberapa orang sebagai tidak sesuai dengan nilai-nilai manajerial.
 Kurangnya kriteria keberhasilan yang disepakati, sebagian karena sulit mengidentifikasi kriteria evaluasi
untuk aspek sosial dari sistem.
 Fokus pada analisis daripada sintesis, yang menunjukkan bagaimana sebuah sistem terlihat setelah itu
dibangun, daripada menawarkan dukungan untuk bagaimana membangun sistem yang sukses.
Sistem Informasi sebagai Socio-Technical System
 Kurangnya multidisiplin, dengan beberapa disiplin ilmu gagal untuk memahami apa disiplin ilmu lain yang
dapat berkontribusi untuk pengembangan sistem.
 Kurangnya dukungan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan dan pengguna yang sesuai.
Tugas
Setelah mengetahui tentang STS dalam pengembangan sistem
dan teknologi dalam organisasi, beberapa masalah mungkin
terjadi yang akhirnya memberi dampak besar kepada
kegagalan sistem. Jelaskan menurut pendapat Anda, apakah
hubungan antara terjadinya kegagalan sistem informasi
dengan konsep STS? Berikan argumen untuk menguatkan
dugaan Anda.

Anda mungkin juga menyukai