06-HO Pelaksanaan Pekerjaan Pekerasan Jalan Beton
06-HO Pelaksanaan Pekerjaan Pekerasan Jalan Beton
PEKERJAAN PERKERASAN
JALAN BETON
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen
mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K- 400.
Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton
pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi
utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu
lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka
permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin.
Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub
base course).
2). Lapis Pondasi
Bawah
Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :
- sebagai lantai kerja (working platform),
- mencegah pumping (pemompaan), dan
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis
pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu
lintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui
retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang
kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas
berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir-butir
halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat
beton sehingga plat beton kehilangan dukungan sehingga akhirnya retak karena
plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur.
Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah
di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular
material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke
bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di
bawah perkerasan (subdrain).
Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material
halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan
harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus
dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai
lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material
penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak
boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond
Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau
gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek
bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh
dikasarkan (grooving atau (brushing).
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya
bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering”
campuran beton.
4.1.2.3 Prinsip Penyebaran Beban
Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada
umumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).
Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen
1) Perkerasan beton semen
dengan sambungan tanpa
tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain
Concrete Pavement /
JPCP);
2) Perkerasan beton semen
dengan sambungan dengan
tulangan (Jointed
Reinforced Concrete
Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen
menerus (tanpa
sambungan) dengan
tulangan (Continuously
Reinforced Concrete
Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen
pratekan (Prestressed
Concrete Pavement /
PCP).
Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek
Pelebaran Jalan
Paving direction
Side form
Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesin
penghampar tipikal
4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform
Concrete Finisher)
Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak
memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat
digunakan alat berikut ini:
2. Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat
berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup
(immersed tube) atau multiple spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa.
Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices,
subgrade dan acuan (form) samping.
3. Acuan
Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m,
dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton
perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamannya.
Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai
digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat
penghampar dan penempa.
Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari
2/3 tinggi acuan.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari
suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm.
Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang
bersambungan.
Alat penghampar beton mekanis
(dengan fixed form)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
Penghamparan dan pemadatan
beton secara manual
4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan
Perapihan Tepi
Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau
mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-
masing berjarak antara 15 sampai 20 mm.
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada
sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat
beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan
lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar
Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah
gompal.
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis
Pembuatan tekstur permukaan beton
secara manual
Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan
abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji
selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya,
serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.
Gergaji Beton
4.2.2 Pemilihan Peralatan
Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang
harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat
tersebut milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:
• Depresiasi,
• Suku bunga,
• Pajak,
• Asuransi, dan
• Biaya penyimpanan alat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah:
• Biaya bahan bakar,
• Biaya pelumas,
• Biaya perawatan,
• Biaya perbaikan,
• Biaya operator, dan
• Biaya pembantu operator;
Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per jam
kerja.
4.2.3 Penetapan Peralatan
Pada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan oleh
Kontraktor a.l. adalah:
sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam
bentuk sewa-beli (leasing).
- Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting
untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu
berpenampang ) di bagian bawah plat beton.
a) Dicor per lajur
Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit
lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur
akibat muai-susut slab beton.
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan
tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan.
Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman
penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.
Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:
Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak
(non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke
dalam mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran
tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh
melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat
atau temperatur beton ≥ 30
oC.
Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis yang
mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-
masing berjarak 15 sampai 20 mm.
4.4.3.2 Pengujian permukaan beton
Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari 12,5
mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari
lebar lajur yang terkena bongkaran.
•Jenis Pekerjaan
•Nomor Mata Pembayaran
•Nama Mata Pembayaran
•Tanggal pelaksanaan pekerjaan
•Lokasi pekerjaan
•Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan
•Tanggal dan jam kedatangan material
•Tanggal dan jam penggunaan
•Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume)
•Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.).
•Masalah yang timbul dan pemecahannya.