Anda di halaman 1dari 14

DISEASES CAUSED BY GENETICVARIATION

ATEP WILDAN
DOEN PETRA
MONICA BATUBARA
SETIANINGSIH
UMIYATUN HASANH
COMPUTING
COMPONENTS

• Variasi genetik adalah variasi yang terjadi pada genom suatu organisme baik
pada basa nukleotida, gen ataupun kromosom.
• Variasi genetik pada tingkat dasar ditunjukkan oleh perbedaan pada urutan
basa nukleotida (adenin, timin, guanin dan sitosin) yang membentuk DNA di
dalam sel. Sumber terjadinya variasi genetik antara lain, mutasi, migrasi dan
rekombinasi .Parameter yang digunakan untuk menganalisis variasi genetik
adalah dengan diversitas haplotip, diversitas nukleotida dan jarak genetik
PENYAKIT VARIASI GENETIC SECARA UMUM

• 1. Alkaptonuria
Alkaptonuria adalah kelainan genetik yang diturunkan dari orangtua. Dalam keadaan normal, tubuh akan memecah
dua senyawa pembentuk protein (asam amino), yaitu tirosin dan fenilalanin melalui serangkaian reaksi kimia. Namun
dalam kondisi alkaptonuria, tubuh tidak dapat memproduksi enzim homogentisate oxidase dalam jumlah cukup.
Enzim tersebut dibutuhkan untuk memecah hasil metabolisme tirosin berupa asam homogentisat. Akibatnya, asam
homogentisat menumpuk lalu menjadi pigmen berwarna hitam atau gelap dalam tubuh, sementara sebagian lainnya
dikeluarkan melalui urine.
Ketidakmampuan tubuh menghasilkan enzim homogentisate oxidase disebabkan oleh adanya mutasi pada gen
penghasil enzim tersebut, yaitu gen homogentisate 1,2-dioxygenase (HGD). Kelainan ini diturunkan secara autosomal
resesif, yang artinya mutasi gen tersebut harus diturunkan dari kedua orangtua baru menimbulkan kelainan ini, tidak
hanya salah satu.
2. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelompok kelainan pada darah yang terjadi secara turun temurun.
Kelainan genetik ini terjadi karena adanya kesalahan pada salah satu gen pada kromosom X, yang
menentukan bagaimana tubuh membuat faktor pembekuan darah. Kondisi ini menyebabkan darah
tidak dapat membeku secara normal, sehingga ketika pengidapnya mengalami cedera atau luka,
perdarahan yang terjadi akan lebih lama.
3. Anemia Sel Sabit
Kelainan genetik ini disebabkan oleh adanya kesalahan gen yang kemudian memengaruhi
perkembangan sel darah merah. Sel darah merah pengidap penyakit ini memiliki bentuk yang
tidak wajar, sehingga menyebabkan sel darah tersebut tidak dapat hidup lama seperti sel
darah sehat pada umumnya.
Anemia sel sabit dapat menimbulkan masalah, karena memungkinkan sel darah tersebut
terjebak di dalam pembuluh darah. Anak dengan kondisi ini sejak lahir dapat mengalami
anemia, rentan terhadap infeksi, dan sakit di beberapa bagian tubuh. Meski begitu, ada juga
pengidap yang hanya mengalami sedikit gejala dan bisa hidup dengan normal.
4. Syndromes Klinefelter
Merupakan kelainan genetik yang terjadi hanya pada laki-laki. Pengidap sindrom
Klinefelter memiliki gejala berupa bentuk Mr. P dan testis yang kecil, rambut hanya
tumbuh sedikit di tubuh, memiliki payudara yang besar, badan tinggi dan berbentuk
kurang proporsional. Ciri khas lain pada kelainan genetik ini adalah kurangnya hormon
testosteron dan infertilitas.
5. Sindrom Down
Sindrom Down terjadi karena adanya materi genetik yang berlebih pada anak,
sehingga menyebabkan perkembangan anak secara fisik dan mental terhambat.
Normalnya, seseorang mendapatkan 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari ibu
dengan total 46 kromosom. Pada sindrom Down, terjadi kelainan genetik dengan jumlah
kromosom 21 bertambah, sehingga total kromosom yang didapat oleh anak adalah 47
kromosom.

Kondisi ini tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan genetik, tetapi dapat
dideteksi lebih awal sebelum anak lahir. Kondisi anak dengan sindrom Down dapat
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagian anak dapat hidup dengan cukup
sehat, sedangkan sebagian lagi memiliki masalah kesehatan, seperti kelainan jantung
atau kelainan otot.
6. Diabetes
Diabetes merupakan keadaan ketika terdapat kelainan pada metabolisme tubuh yang
ditentukan berdasarkan tingkat kandungan gula yang tinggi pada tubuh. Penyakit diabetes
terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kondisi
autoimunitas yang merusak antibodi. Kondisi tidak normal pada sistem kekebalan tubuh
pengidap diabetes tipe 1 tersebut dipercaya merupakan penyakit yang disebabkan faktor
genetik.
REFERENCE
Penyakit graves/graves’ disease (GD) adalah penyakit
autoimun di organ tiroid yang umumnya ditandai dengan
hipertiroid.1 GD lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada
laki-laki (5:1).

GD dapat menimbulkan tirotoksikosis, yaitu peningkatan hormon tiroid


akibat gagalnya mekanisme normal tubuh terhadap self tolerance sehingga
terjadi reaksi autoimun. Thyroid stimulating hormone receptor (TSHR)
merupakan antigen yang berperan untuk menstimulasi pembentukan antibodi
dalam tubuh. Antibodi tersebut dapat mengikat dan mengaktifkan reseptor
TSH serta menimbulkan hipertrofi dan hiperplasia tiroid yang ditandai
dengan pembesaran kelenjar tiroid dan meningkatnya hormon tiroid.
Penatalaksanaan GD dapat dilakukan dengan pemberian obat antitiroid,
yodium radioaktif dan tiroidektomi. Pemberian obat antitiroid merupakan pilihan
pertama karena paling mudah, namun membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk
mencapai remisi.

Penderita GD dinyatakan remisi apabila kadar FT4, FT3 dan TSH dalam
serum sudah normal tanpa pemberian obat, namun kenyataanya lebih dari 50%
penderita GD yang remisi dapat kembali mengalami gejala hipertiroid (relaps/
kambuh).5,8 Hal tersebut disebabkan selain faktor pengobatan, terdapat faktor
risiko lain yang berpengaruh terhadap remisi seperti jenis kelamin, usia saat
diagnosis dan genetik.
Gen CD40 merupakan salah satu kandidat gen yang meregulasi respons
imun GD, yang terdapat di sel folikular tiroid. Ekspresi gen CD40 yang
berlebihan dapat menyebabkan pembentukan antibodi spesifik terhadap tiroid
dan menghasilkan sitokin atau kemokin di sel folikular tiroid. Penelitian
sebelumnya menunjukkan single nucleotide polymorphysm (SNP) di daerah 5’-
untranslated region (5’-UTR) posisi C/T-1 berperan terhadap etiologi GD.4,5
Alel C di daerah 5’-UTR gen CD40 berasosiasi dengan GD dan memengaruhi
aktivitas terbentuknya antibodi terhadap TSHR.

Hasil penelitian in vitro menunjukkan adanya polimorfisme alel C dapat


meningkatkan proses translasi dari mRNA gen CD40 sebesar 20%-30% jika
dibandingkan dengan alel T. Hal tersebutmenyebabkan peningkatan ekspresi
protein CD40.10,12
Metode Subjek Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah DNA tersimpan yang berasal dari penderita GD yang berobat ke Poliklinik
Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada bulan
Agustus Desember 2014. Penelitian telah disetujui Komite Etik Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia No.490/UN2.F1/ETIK/2015.
Pemilihan kelompok kasus (kambuh) dan kelompok kontrol (tidak kambuh), dilakukan berdasarkan kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi. Kelompok kasus merupakan penderita GD yang sudah dinyatakan remisi setelah
mendapatkan pengobatan antitiroid selama sekurang-kurangnya 12 bulan, namun kambuh setelah obat antitiroid
dihentikan. Kriteria inklusi adalah hipertiroid, kadar FT4 meningkat dan TSHs menurun serta bersedia ikut dalam
penelitian dengan menandatangani informed consent.
Kelompok kontrol merupakan penderita GD yang sudah mengalami remisi setelah mendapatkan pengobatan
antitiroid selama sekurang-kurangnya 12 bulan dan tidak kambuh lagi meskipun obat antitiroid sudah dihentikan.
Kriteria inklusi adalah eutiroid, kadar FT4 normal (12,0-27,5pmol/L) dan TSHs normal (0,25- 4,0mU/L) serta
bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi baik pada kelompok
kasus maupun kontrol adalah sudah pernah mendapat yodium radioaktif dan tiroidektomi. Jumlah sampel adalah
60 orang dengan masing-masing kelompok sebanyak 30 orang.
Karakteristik Pasien Penderita GD Kambuh dan Tidak Kambuh
Karakteristik pasien penderita GD yang dievaluasi meliputi jenis kelamin dan usia saat
diagnosis yang diperoleh dari data rekam medis. Usia saat diagnosis dikelompokkan
menjadi dua berdasarkan niali tiik poong ( cut off point ) pada software SPSS yaitu versi 20,
yaitu penderita GD yang berusaha di bawah 31 tahun keatas .

Anda mungkin juga menyukai