Grave’s Diseases
Penatalaksanaan:
Non medikamentosa :
Medikamentosa :
Prognosis :
q.a.f : dubia
INFORMASI INTI
KELENJAR TIROID
PENDAHULUAN
1. Sintesis tiroglobulin
2. Pengelolahan iodium anroganik menjadi organik
I . Sintesis Tiroglobulin
Lobulus tiroid terdiri atas folikel-folikel yang dilapisi epitel selapis gepeng yang
mengelilingi lumen
folikel. Prazat hormon tiroid adalah tiroglobulin yang disintesis oleh endoplasmik reticulum
bagian kasar dari sel epitel, kemudian menuju endoplasmik reticulum badan halus akhirnya
mencapai badan-badan Golgi. Dalam perjalanan tersebut terjadi penambahan gugus
karbohidrat. Setelah susunan protein itu
lengkap maka molekul protein itu (tiroglobulin) bergerak ke arah apek dan disekresikan ke
dalam lumen folikel.
II . Metabolisme Iodida dan Hormon Tiroid
Bahan pembentuk yodium anorganik dalam tubuh sebagian besar diambil oleh
tiroid untuk sintesis hormon tiroid.Dari total 50 mg yodium dalam tubuh + 10 – 50 mg ada
dalam tiroid. Intake yodida normal seharihari+ 100 - 200 mg .TSH merangsang pengambilan
yodida oleh tiroid dan efek ini dihambat oleh puromycin. Yodida diserap terutama dalam
usus kecil, diangkut dalam plasma dalam bentuk ikatan yang lemah dengan protein + 2/3
dari yodida yang dimakan akan diekskresi oleh ginjal, yang + 1/3 diambil oleh kelenjar tiroid.
Sejumlah kecil yodida disekresi oleh kelenjar saliva lambung dan usus kecil dan sedikit dalam
ASI. Iodium memasuki tubuh dari makanan atau air dalam bentuk ion iodida atau iodat,
dalam lambung ion iodat diubah menjadi iodida
Iodinasi cincin fenolitik dari residu tirosin dalam tiroglobulin membentuk mono dan
diiodotirosin, yang digabungkan membentuk T4 dan T3.
Setelah pembentukan hormon di dalam folikel, maka hormon tersebut akan dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan. Dimulai dari koloid yang terdapat di dalam lumen folikel,
perubahan-perubahan kemudian terjadi dalam sel folikel yang membentuk pseudopodia
pada membran apikalis. Perubahan ini dirangsang oleh TSH, maka butir-butir koloid dan
pseudopodia akan terbentuk dalam beberapa menit. Afinitas dari sel-sel ini memerlukan
mikrotubuli yang utuh, suatu organel yang berlokasi di dekat membran apikalis. Segera
sesudah masuk ke dalam sel, butir-butir koloid itu akan dibawa oleh organel
tersebut ke arah basal, kemudian bergabung dengan lisozom yang mengandung hidrolase
yang penting untuk membebaskan yodoamino acid dari ikatan peptida. Sejauh yang
diketahui tidak ada mekanisme yang khusus dalam hal sekrasi hormon dari dalam sel yang
berdifusi ke pembuluh darah. Globulin ini dilepas oleh kelenjar tiroid melalui saluran limfe.
Mekanisme ini belum jelas diketahui, mungkin karena koloid menerobos melalui ruang
antar sel.
HIPERTIROID
DEFINISI
GRAVE’S DISEASE
Penyakit graves, juga dikenal sebagai penyakit Parry atau Basedow, adalah kelainan
autoimun spesifik tiroid ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap reseptor TSH ( TSH-
R) dan sering bermanifestasi sebagai goiter difus, tirotoksikosis, kelainan mata (Grave’s
opthalmopathy) dan kelainan kulit (Grave’s dermopathy).
Prevalensi :
Secara fisiologis,pelepasan hormon tiroid diperantai oleh TSH yang akan berikatan dengan
reseptor TSH di kelenjar tiroid. Hormon tiroid yang terbentuk akan berperan sebagai
negative feedback untuk mencegah keadaan hipertiroid.
Pada Grave’s disease,terdapat reaksi imun baik humoral (pembentukan autoantibodi)
maupun seluler (reaktivitas limfosit. Rx ini ditujukan pada reseptor TSH (TSH-R), 90% pada
tiroid peroksidase (TPO) dan 50% pada tiroglobulin (TG). Selain itu,antibodi ditunjukan pada
megalin (reseptor tiroglobulin sel tiroid), pada thyroidal iodide symporter, dan pada
komponen otot mata serta fibroblas.
Ab TG tidak diketahui peranannya pada penyakit ini, namun beberapa kasus menunjukkan
deposit kompleks Ag-Ab TG di membran tubulus ginjal. Ab TPO memiliki fungsi sitotoksisitas
seperti pada Hashimoto.
Ab yang berperan dalam Grave adl Ab pada reseptor TSH (TSH-Ab) yang berada di membran
sel tiroid.
Pada saat ikatan TSH-R dan TSH-Ab ,fungsi adenilat siklase dan reseptor fosfolipase A2 akan
diaktifkan stimulasi kelenjar tiroid
Sekitar 1/3 penderita tiroid autoimun memiliki Ab ANA,anti Ro, anti La, Anti ds-DNA, dan
anti kardiolipin antibodi
Onses Grave’s ophtalmopathy pada 75% kasus terjadi dalam sblm/ sesudah pasien
didiagnosis tirotoksikosis. Kelainan mata bilateral. Manifestasi paling dini dari Grave’s
ophtalmopathy adl sensasi tidak nyaman pada mata atau lakrimasi berlebihan
1/3 pasien mengalami proptosis yang dapat di deteksi dengan melihat sklera diatara batas
bawah iris dan palpebra bawah pada mata dalam keadaan fiksasi primer. Proptosis dinilai
secara objektif dengan oksoftalmometer.
Pada 5-10% penderita,oedem otot yg berat mengakibatkan diplopia terutama saat melihat
ke atas dan lateral. Manifestasi paling parah adl kompresi nervus optikus di apeks bola mata
sehingga tjd edeme papil,defek lapang pandang periferm dan permanen kebutaan jika tidak
diterapi.
Dermopati tiroid terjadi pada <5% penderita Grave’s disease,biasanya diserta oftalmopati
sedang hingga berat. Meskipun lebih sering mengenai daerah anterior dan lateral tungkai
bawah (pretibial myxedeme),perubahan kulit dapat jg terjadi pada daerah yg mengalami
trauma. Lesi tipikal berupa plak menimbul non inflamasi berwarna merah muda atau ungi
dan memiliki gambaran spt kulit jeruk.
Thyroid acropachy bermanifestasi sebagai clubbing fingers,dijumpai pada <1%
penderita,khususnya yg mengalami dermopati pula.
Mata : menatap dan pelebraran fisura palpebra,jarang berkedip (Stellwag’s sign), Von
Graefe’s sign,Joffroy’s sign, Rosenbach’s sign,Moebius’ sign disebabkan overstimulasi
simpatis
Tes untuk menentukan konsentrasi produk-produk sekresi kelenjar tiroid di dalam darah.
1. a. Hormon tiroid total (T4 dan T3), saat ini disebut TT4 dan TT3
Nilai normal T4 (Tiroksin) pada dewasa : 4,5 – 11,7 μg / dl
Nilai normal T3 (Triiodotironin) pada dewasa : 0,8 – 1,8 ng / ml
b. Hormon tiroid bebas (FT4 dan FT3) → Free T4 dan Free T3
Nilai normal FT4 (Free thyroxine) pada dewasa : 0,9 – 1,9 ng / dl
Nilai normal FT3 (Free triiodothyronine) pada dewasa : 3,5 – 6.1 pg / ml
Kedua pemeriksaan ini merupakan Immunological tests. FT4 dianjurkan sebagai tes kedua.
Tes yang mengidentifikasi dan mengukur substansi-substansi patologis yang secara normal
tidak ditemukan di dalam darah.
1. Penentuan dengan reaksi serologi / imunologi (untuk etiologi)
. AMA : antibodi terhadap tiroid mikrosomal
. ATA : antibodi terhadap tiroid tiroglobulin
. TRAb : antibodi terhadap reseptor TSH/Tirotropin
DASAR DIAGNOSIS
Anamnesis
o Aktivitas simpatis berlebih (trakikardia,palpitasi, diare intermiten)
o Hipermetabolisme (ansietas,penurunan BB, sering berkeringan terutama di
malam hari )
o Manifestasi Grave’s opthalmopathy (diplopia)
o FR Grave’s ophtalmopathy (kebiasaan merokok)
Pemeriksaan fisik
o Aktiviras simpatis berlebih (takiaritma,hipertensi,akral lembab)
o Grave’s opthalmopathy (bilateral eksoftalmos dengan eksotropia kanan)
o Grave’s disease (difus goiter,tidak nyeri,bruit -)
Pemeriksaan penunjang :
o TSH menurun,FT3 dan FT4 meningkat : hipertiroid primer
Clinicaly
Measure
suspected
FT4/T4 , TSH
Hyperthyrodism
Thyrotoxicosis 7 Immunoassay T3
T3 elevated repeat analyses T3 elevated
confirmed inference thyrotoxicosis
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan Penyakit Graves (Penyakit Tirokardiak dan Badai tiroid )
Tujuan Pengobatan :
Menghilangkan kelebihan hormon tiroid
Meminimalkan simptom dan akibat jangka panjang
Pengelolaan :
Simptomatis : beta blocker (propanolol)
Definitif :
o Obat antitiroid
o Ablasi jaringan tiroid :
Radio active Iodine (RAI)
Kontra Indikasi absolut :
o Kehamilan
o Laktasi
o Anak-anak
Tiroidektomi subtotal