Anda di halaman 1dari 7

FISSURA ANI

Preceptor : dr.Landy M, Sp.B


ANAL FISSURE
 Suatu robekan pada anoderm, distal dari linea dentata
 etiologi berhub dgn adanya trauma  feses yang keras /
diare terus menerus
 Gejala:
 Nyeri pada robekan saat defekasi
 Hematochezia
 Nyeri intens selama beberapa jam setelah BAB
 PF: tidak dianjurkan untuk melakukan rectal toucher, anoscopy,
atau proctoscopy karena sangat nyeri
 Pada acute fissure; robekan superfisial
pada distal anoderm dan hampir sering
disembuhkan dgn terapi
medikamentosa
 Chronic fissures  ulserasi dgn tepi
menumpuk, dgn serabut putih dari
sphincter ani internus yang terdapat
pada dasar ulserasi. Jenis fissura ini
membutuhkan terapi operatif.
Penatalaksanaan
 First-line therapy  minimalisir trauma anus (stool
softeners, and warm sitz baths)
 Addition  2% lidocaine jelly / other analgesic creams
 Nitroglycerin ointment (0.2%)  memperbaiki aliran
darah (e.s = severe headache)
 Oral & topical calcium channel blockers (diltiazem dan
nifedipine) digunakan untuk mengobati fissura dan lebih
sedikit e.s dibanding topical nitrates.
 Golongan baru  Arginine (nitric oxide donor) dan
topical bethanechol (a muscarinic agonist) juga digunakan
u/ mengobati fissura
 Medical therapy  effective pada sebagian besar kasus
acute fissures, tapi hanya 50 - 60% pada kasus chronic
fissures
 Terapi operatif direkomendasikan untuk chronic
fissures yang gagal dengan terapi
medikamentosa
 Prosedur operatif  Lateral internal
sphincterotomy
 Tujuan: mengurangi spasme dari sphincter
internus dgn memisahkan bagian dari otot
 Teknik  Open & closed
 Keberhasilan operatif u/ memperbaiki gejala
> 95 %. Rekurensi  < 10%
 Risiko terjadi incontinence (biasanya untuk
flatus) berkisar 5 - 15%.

Anda mungkin juga menyukai