FAKTOR-FAKTOR DALAM
PROSES PENGOLAHAN &
METABOLISME PROTEIN
Kelompok 1:
• Citra Inggil Elza Dini (2020340043)
• Deta Wahyuningtias (2022349016)
• Khairunnisa (2020349021)
• Marina Munthe (2020340009)
• Samuel Togu P N (2022349009)
INTRODUCTION
Zat Gizi
Manusia
Karbohidrat, Protein, Lemak, Air
Makronutrien
Zat Gizi
Vitamin, Mineral, dll.
Mikronutrien
Zat gizi dalam bahan pangan akan rusak sebagian besar pada proses
pengolahan karena sensitif, oksigen, sinar, dan panas
Pengolahan
TUJUAN
PENGOLAHAN
BAHAN PANGAN
MENYIAPKAN BAHAN PANGAN UNTUK
DISAJIKAN
PENGAWETAN
KEAMANAN PANGAN
PENGOLAHAN
PROTEIN
"Semua asam amino dalam bahan pangan, terutama lisin, treonin dan metionin
bersifat sensitif terhadap pemanasan kering dan radiasi."
Oleh karena itu, dalam pengolahan bahan pangan akan terjadi penurunan nilai biologis protein secara
signifikan*, dan perubahan-perubahan pada sifat maupun struktur protein
V E R V I E W
REASEMISASI PROTEIN
INTERAKSI INTERAKSI
REAKSI PROTEIN X PROTEIN X
MAILARD SENYAWA LIPID
POLIFENOL TEROKSIDASI
LISINOLALANIN
REAKSI MAILARD
Reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula
pereduksi dengan gugus amina bebas dari asam amino
Reaksi Mailard yang berkelanjutan dengan tidak terkontrol dapat berpotensi menyebabkan
penurunan nilai sensoris dan nilai gizi dari produk pangan
SKEMA REAKSI MAILARD
Pada tahap awal terjadi kondensasi antara gugus karbonil
dari gula pereduksi dengan gugus amino bebas dari asam
amino dalam rangkaian protein.
Produk hasil kondensasi selanjutnya akan berubah menjadi
basa Schiff karena kehilangan molekul air (H2O) dan
akhirnya tersiklisasi oleh Amadori rearangement
membentuk senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa
• pH Value
Range pH 3-9 reaksi mailard meningkat (optimal)
• Kadar air
Kadar air 30%-75% --> optimum
Source: Liu X, Xia B, Hu L-T, Ni Z-J, Thakur K,
Wei Z-J. Maillard conjugates and their potential in food and nutritional industries: A review. Food
Frontiers. 2020;1:382–397. https://doi.org/10.1002/fft2.43
MRPs have been proved to have good antibacterial ability
with an obvious effect on the improvement of the natural
antiseptic functioproperties (Zhao, Yuan, Zhang, & Yang,2018)
MRPs could effectively inhibit the ACE activity and thus reduce
blood pressure (Mesías & Delgado-Andrade,2017)
OK SIGE N ORTOKUINON
PR OTE IN-
POL IFE NOL
PH BA S A
ASAM FE NO L AT,
FL AVO N ID ,D A N
TAN IN
Reaksi pembentukan senyawa kompleks antara protein dan
senyawa polifenol
Senyawa polifenol akan mudah teroksidasi dengan adanya oksigen dalam suasana alkali atau
terdapatnya enzim polifenolase, membentuk senyawa radikal orto-kuinon.
Source:Muchtadi, 2010
Rasemisasi Asam Amino
Terjadinya rasemisasi asam amino merupakan
fenomena yang terjadi pada saat protein
diperlakukan dalam larutan alkali dan dapat
mempengaruhi nilai gizi protein.
Reaksi Beta-Eliminasi
Reaksi Subtitusi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERBENTUKNYA
pH LISINOALANIN
Lisinoalanin terbentuk pada pH 9 dan akan semakin tinggi jumlahnya dengan semakin tingginya
pH.
Suhu pemansan yang terlalu tinggi menyebabkan potein terpotong menjadi bagian-bagian kecil yang
Suhu mungkin sudah menjadi protein asing bagi enzim yang dapat disebut sebagai denaturasi berat.
Reaksi Lisinoalanin sebagai efek dari terbentuknya ikatan silang antar asam-asam amino yang terjadi karena penurunan
Maillard ketersedian semua asam-asam amino, termasuk Leusin yang biasanya paling stabil
Oksidasi Jika lemak yang teroksidasi bertemu dengan asam amino lisin maka dapat menyebabkan terbentuknya
Lemak lisinoalanin yang merupakan protein (asam amino) yang telah termodifikasi
Kombinasi kombinasi dari suhu yang tinggi dan pH yang tinggi dapat mempercepat terbentuknya lisinoalanin. Kombinasi tersebut
Reaksi juga mempengaruhi terjadinya reaksi reseminasi asam amino.
GEJALA ATAU EFEK AKIBAT
bioavailibilitas asam-asam aminoLISINOALANIN
• menurunnya nilai gizi protein karena terjadinya penurunan daya cerna protein dan ketersediaan atau
esensial.
• bersifat toksik juga bersifat anti nutrisi dimana dengan adanya anti nutrisi tersebut pada bahan pangan akan
menghambatenzim pencernaan protein untuk memecah protein.
PENCEGAHAN
menggunakan pH dan suhuLISINOALANIN
• Mengurangi terbentuknya LAL yaitu dengan penurunan pH sertasuhu pada proses pengolahan atau
yang sesuai,
• Pada susu formula, diminimalisirkan pada proses sterilisasi untuk selalu menghindarkan
terbentuknya LAL
• Pada ikan, pembentukan lisinoalanin dapat dicegah dengan melakukan pengasapan untuk
mencegah kerusakan lisin.
INTERAKSI PROTEIN-LIPID
TEROKSIDASI
Oksidasi dalam makanan adalah suatu proses yang berhubungan dengan lipid dan protein, proses ini disebabkan
oleh efek spesi oksigen reaktif/ reactive oxygen species (ROS) (Bernardini et al., 2011). Modifikasi oksidatif
dapat menyebabkan banyak konsekuensi fungsional dan menyebabkan perubahan pada tekstur makanan,
kapasitas menahan air (WHC), digestibility/ daya cerna dan juiciness dalam daging ikan.
OKSIDASI LIPID
• 1. Pembentukan "primary product" : hidrogen peroksida. ini
dipicu oleh adanya : panas, cahaya, radiasi, ion logam dan
diinisiasi oleh radikal bebas
• 2. Degradasi hidrogen peroksida. hasil degradasi : "secondary
product" misalnya : aldehid, keton dan hidrokarbon
• 3. reaksi lanjut "secondary product" menghasilkan senyawa
stabil misal asam karboksilat dan produk produk polimer
INTERAKSI DAN KORELASI
PROTEIN-LIPID TEROKSIDASI
Selama penyimpanan fillet ikan, protein terekspose oleh lipid teroksidasi atau produk pemecahan sekunder
("secondary product") yang dapat menyebabkan beberapa perubahan fungsi protein termasuk insolubilisasi,
polimerisasi, hilangnya aktivitas enzimatik dan pembentukan senyawa lipid-protein kompleks
a b
Beberapa produk oksidasi lipid
hidroperoksida terurai menjadi produk
(hidroperoksida, radikal bebas lipid dan
oksidasi lipid sekunder, misalnya,
produk oksidasi sekunder yang mudah
malonaldehida yang dapat bereaksi lebih
menguap) dapat bereaksi dengan protein
lanjut dengan gugus amino atau untuk lipid
untuk menghasilkan radikal bebas yang
tak jenuh aldehida bereaksi dengan Cys, His,
berpusat pada protein
atau Lys melalui Reaksi Adisi Michael
MEKANISME INTERAKS
Produk oksidasi lipid sekunder dapat berikatan dengan protein dengan dua cara yaitu dengan cara berikatan dengan
active site atau rongga atau pada ikatan hidrofobik pada posisi dekat dengan permukaan protein. Aldehida sebagai
produk lipid teroksidasi mengakibatkan agregasi protein-lipid melalui ikatan crosslinking.
Jalur untuk interaksi produk lipid teroksidasi (karbonil) dengan protein adalah formasi dari Schiff base (Senyawa
schiff base adalah senyawa dengan gugus fungsional azometin (-CH=N) atau disebut juga senyawa imina yang
terbentuk dari kondensasi amina primer dengan senyawa karbonil) dan Michael type (Refsgaard, Tsai, & Stadtman,
2000). Dalam reaksi karbonilamin, aldehid berikatan langsung denan grup amino di dalam protein melalui ikatan
kovalen. Interaksi dimetilamina dan formaldehid dari trimetilamina-N-oksida dapat menurunkan WHC dan kelarutan
protein pada daging (daging ikan fillet).
MEKANISME INTERAKS
Produk lipid teroksidasi mungkin berinteraksi dengan protein pada situs kelompok hidrofobik, yang
menyebabkan dihasilkannya produk yang larut dalam lemak. Konsekuensi dari interaksi ini mengakibatkan
penurunan kelarutan hidrofobisitas protein (Liang, 1999) pada saat struktur sekunder dan tersier protein diubah.
Reaksi ini sebagian besar terjadi pada beberapa asam amino rentan seperti His, Lys, Pro, Arg, Tyr, Trp, Cys dan
Bertemu dengan produk lipid teroksidasi melalui rantai samping reaksi.
Source : Hematyar N, Rustad T, Sampels S, Dalsgaard T K. Relationship between lipid and protein
oxidation in fish. Article Review. Aquaculture Research. 2019;50:1393–1403.(slu.se)
THANK YOU
For the attention!